"LEPASIN IH CACING PITA!"
"DIEM ANJING!"
Lea merengut, lalu menarik tangannya dari cengkraman Bara dengan paksa. Habisnya dia kesel banget, gara-gara Bara selalu berbicara kasar padanya. Padahal tempo lalu Bara sudah berjanji padanya, kalau dia nggak akan berbicara kasar lagi ke siapapun. Sayangnya, lelaki tetaplah lelaki. Yang suka mengingkari janji meskipun mulutnya-lah yang mengucapkan sumpah itu.
"Refleks, Le."
Lea tetap merengut. Nggak peduli soal muka Bara yang memelas dan penampilan Bara yang malam ini terlihat hot.
"Gini aja, setiap gue ngomong kasar--gue bakal traktir lo es krim. Gimana?"
Cewek yang memakai jaket denim kepunyaan Bara--terdiam sejenak. Menimbang-nimbang tawaran yang Bara berikan padanya.
"Deal!"
"Enak di lo, goblok."
"Kasar lagi!"
Bara berkacak pinggang, lalu berdecak. "Yaudah gue minta maaf. Sekarang lo tunggu sini ya?"
Pun Lea menatap keadaan sekelilingnya yang memang sedikit horor. Dan dia juga baru sadar, kalau mereka berdua sedang berada di depan toilet yang berlokasi di tempat futsal langganan Bara.
Di sini, hanya ada satu toilet yang tempatnya berada di ujung lapangan. Dan hanya di fasilitasi sebuah lampu yang sudah sedikit redup.
"Gue ganti baju dulu. Kalo ada apa-apa, gedor aja pintunya. Okay?"
Lea menggeleng. "Aku takut. Kamu kenapa malah ajak aku ke sini?"
Pun Bara menyandarkan tubuhnya di dinding toilet. Satu tangannya menggenggam tangan kiri sang gadis yang terasa dingin.
"Gue ... Gue juga takut, Ale. Makanya gue ajak lo."
Lea menghela napas. Sedikit terkejut dengan pengakuan Bara.
Oh ternyata Bara juga takut sama hantu?
"Kamu--"
"Iya, gue takut sama setan. Udah lo diem-diem aja di sini, gue mau salin baju dulu."
"Tapi--"
"Nggak bakal ada apapun, Sayang. Tunggu bentar ya?" Lea terpaksa mengangguk. Dan setelah Bara masuk ke bilik toilet, Lea berdiri di depan pintunya sambil memerhatikan sekeliling.
Ya ampun, kenapa bulu kuduknya berdiri sekarang sih?!
Lea mendengar suara keran air yang menyala, mengakibatkan jantungnya berdetak lebih cepat. Dia bertambah takut, kalau Bara nggak mendengar ketukan pintunya saat ada bahaya nanti.
"Bara?"
Cukup lama panggilannya nggak terjawab, membuat tingkat kecemasan Lea berada di level tertinggi. Sampai di satu titik, ketika Lea hendak mengetuk pintu berbahan dasar kayu tersebut--Bara menjawab panggilannya.
Lea mendesah lega, sebelum ada seseorang yang memegang bahunya secara tiba-tiba. Yang berakibat dia sedikit memekik karena terkejut.
"Sendirian aja di sini, Neng. Mau di temenin nggak?"
Cewek itu menepis tangan sang cowok yang bertengger di bahunya. Kemudian menatap orang itu dengan berani.
"Gak usah sentuh gue kalau muka lo nggak mau babak belur."
Cowok asing itu menampilkan wajah pura-pura terkejutnya. Dan malah mencoba menyentuh Lea dengan lancang. "Wow, gue pengin liat gimana hasil muka gue setelah ngemacem-macemin cewek cantik kayak lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SEBAGIAN PART SUDAH DI HAPUS] [TERSEDIA VERSI CETAK & EBOOK] Bara, namanya. Lelaki berdarah Arab yang mungkin setelah kamu membacanya, Kamu akan jatuh cinta padanya. WARNING: MENGANDUNG KATA-KATA KASAR! (13+)