Empat Tujuh

28.8K 2.1K 53
                                    

"Gue nanti malem nggak bisa jalan sama lo. Gue mau ngumpul sama temen. Nggak pa'pa 'kan?"

Lea meresponnya dengan anggukan, karena mulutnya terlalu sibuk menjilati jari-jarinya yang terkena es krim.

"Nanti pulangnya gue usahain buat mampir. Lo nanti bilang aja mau apa, biar gue belikan."

"Nggak usah," tukas Lea tanpa menatap Bara. "Kamu langsung pulang aja."

"Yaudah pokoknya kalo nanti lo mau sesuatu, chat gue."

Lagi-lagi Lea mengangguk, kemudian membuang stik es krimnya ke sembarang arah.

"Kamu mau langsung pulang? Atau mau mampir dulu?"

"Langsung pulang aja. Lo sama siapa di rumah?"

"Um... Ada Nazwa sama Mama kok!"

Bara mengangguk. Lantas tangannya bergerak naik, mengusap puncak kepala gadisnya.

"Gue pulang dulu."

"Oke, Kapten. Hati-hati ya bawa motornya! Jangan ngebut!"

Bara tertawa kecil. Jarinya dengan usil menarik hidung Lea hingga memerah.

"Gue tempeleng nih kalo manggil gue kayak gitu."

"Gue pukul nih kalo ngancem gue kayak tadi!"

Keduanya sama-sama tertawa cukup lama di sertai banyolan-banyolan yang mereka ciptakan. Dan mereka baru berhenti tertawa ketika mendengar suara gerbang yang terbuka.

"Loh, kok nggak masuk aja?"

Bara tersenyum manis, lalu menjawab pertanyaan Widya dengan sopan. "Enggak usah, Tante. Saya cuma sebentar kok."

"Mama mau ke mana?"

"Ke supermarket depan. Kamu jaga rumah ya? Ada Nazwa di dalam."

"Siap, Bu Bos! Beliin biskuit keju ya?"

"Ya, ya!"

"Tante naik apa?"

Ibu dan anak itu menatap Bara, lantas wanita yang sama cantiknya dengan Lea, menjawab. "Naik ojek sih. Orang deket kok."

"Saya anterin aja ya, Tante?"

"Nggak, nggak usah. Banyak ojek kok."

"Gak pa'pa, Tante. Satu arah ini."

Widya meringis. Bagaimana pun juga, dia nggak bisa menolak tawaran Bara.

Ah, lagi pula, kapan lagi coba di antar ke supermarket oleh brondong semanis Bara?

Dengan hati-hati, Widya mendaratkan bokongnya di jok motor Bara. Posisi duduknya sekarang menyamping, dan perlahan, sebelah tangannya mulai berpegangan pada jaket yang Bara kenakan.

Setelah mereka berpamitan dengan Lea, Bara membawa motornya dengan sangat hati-hati. Sama seperti waktu dia memboncengi gadisnya.

"Om Ibnu gimana kabarnya, Te?"

"Alhamdulillah sehat. Kamu di tanyain tuh kenapa nggak main-main."

Bara terkekeh pelan. "Sibuk, Tante. Paling, minggu besok baru bisa."

"Sibuk pacarin anak saya maksudnya?"

Kali ini Bara tertawa, menyebabkan beberapa pengendara motor lainnya melirik ke arahnya dengan penasaran.

"Saya mah, sibuk ngeseriusin anak Tante."

Widya pun tertawa. Setelah lima detik berlalu, wanita tersebut kembali bertanya. "Kamu lucu, baik, ganteng juga ... Kamu nggak bakal ngemainin putri saya 'kan?"

Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang