"Kamu pacarnya Bara?"
Lea menjawabnya dengan senyuman kaku. Sedikit grogi ketika Rizal melontarkan pertanyaan pertama untuknya.
"Um--"
"Iya, Pa. Dia cewek Bara. My girl,"
Uhuk!
Lea tersedak pelan, sehingga tangannya bergerak mengambil segelas air yang ada di dekatnya. Pun Mayang yang baru pertama kali melihat kejadian seperti ini, tersenyum geli.
"Oh jadi yang di panggil my girl itu Lea doang ya? Mama enggak?"
"Enggak. Mama itu my hero bagi Bara."
"Sudah berapa lama pacaran dengan Bara?"
Lea menunduk, memainkan makan malamnya yang sekarang sangat susah untuk dia telan.
"Baru--"
"Lusa kita udah sebulan."
Lea menghela napas. Dalam hatinya dia menjerit senang ketika tahu bahwa Bara ternyata mengingat tanggal jadiannya.
Ya ampun, rasanya mau melayang aja!
"Bara itu anaknya nggak romantis. Jadi, jangan berekspektasi kalau kamu bakal di kasih boneka gede pas ngerayain tanggal jadian kalian," ujar Rizal setelah menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya.
Dan gadis yang belum genap berumur 17 tahun itu meringis. "Iya, Om. Lagian, boneka aku di rumah udah banyak kok,"
"Dari mantan-mantannya ya?"
Bara berdecak ketika sadar Rizal tengah membuatnya panas.
"Asikan mana, pacaran sama Bara atau mantan-mantan kamu?"
Lea tersenyum cerah, "Ya asikan sama Bara dong, Om. Kalau pas pacaran sama mantan aku itu asik, pasti aku nggak bakal putus sekarang,"
Pun Bara yang merasa menang, tersenyum miring.
"You see, Dad? Bahkan anakmu ini bisa menaklukan hati seorang gadis cantik seperti Tasha." kata Bara sembari menepuk-nepukkan dadanya pelan.
Rizal mencibir. Lantas pria yang memakai kaus bertuliskan hot daddy tersebut menjawab, "Tasha? Siapa--"
"Tasha itu Lea. Bara manggilnya--"
"Cih, sok romantis segala kam--"
"Bara emang nggak romantis! Tapi bisa buat Tasha bahagia!"
Lea dan Mayang yang hanya bisa menonton pertengkaran kecil antara Ayah dan putranya ini diam saja. Ternyata asyik juga jika di barengi dengan makan malam.
"Kamu bener bahagia pacaran sama Bara?" Mayang berbisik.
"Kalau luka lama Tante itu di obati, Tante pasti merasa bahagia 'kan?"
Mayang meletakkan sendok garpunya, kemudian bertopang dagu sembari melirik Bara yang duduk di sebelah Lea.
"Tapi ... Kalian lucu, seperti kopi susu."
Lea tertawa kecil, ikut melirik Bara yang masih beradu mulut dengan Rizal.
"Bukan kopi susu, Tante. Tapi susu cokelat,"
Lea menelan makanannya, lantas melanjutkan ucapannya. "Sebab Bara kayak cokelat, manis."
"Bara beruntung bisa milikin kamu."
"Aku yang beruntung bisa milikin Bara. Dia salah satu cowok idaman aku--"
"Oh gitu ya?"
Gadis remaja tersebut menghela napas saat orang yang sedang di bicarakan malah mendengar omongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SEBAGIAN PART SUDAH DI HAPUS] [TERSEDIA VERSI CETAK & EBOOK] Bara, namanya. Lelaki berdarah Arab yang mungkin setelah kamu membacanya, Kamu akan jatuh cinta padanya. WARNING: MENGANDUNG KATA-KATA KASAR! (13+)