12. -like her-

10.6K 1.7K 106
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Gelap, walaupun keadaan kamar yang ia tempati gelap di karenakan lampu yang tidak menyala. Lebih tepatnya sengaja tak di nyalakan sang penghuninya, hanya ada pencahayaan dari lampu belajar satu-satunya penerangan yang ada di sana.

Itu adalah metode belajar versi Hana, belajar di ruangan yang gelap dan ditemani alunan musik klasik yang ia dengar lewat headset yang ia kenakan. Dengan begitu semua pelajaran mampu ia hapal dengan cepat dan masuk ke dalam kepalanya.

Tapi, saat ini sepertinya metode itu sedikit tidak membantu. Pasalnya sejak ia pulang dari Cafe dua jam yang lalu, Hana tidak dapat fokus sedikitpun.

Berkat keributan yang terjadi di Cafe tadi, ia jadi pulang lebih awal dari jam biasanya. Dan itu karena Sehun, pria itu tidak salah sama sekali. Justru ia membantu Hana mencegah orang-orang tidak bertanggung jawab yang seenaknya mengambil gambarnya. Pria ituㅡSehun. Dengan gentle mencegah mereka, lalu tak lama setelah itu terjadi keributan. Tentu saja keberadaan Sehun menjelaskan segalanya, penggemar pria itu bertebaran dimana-mana, yang siap kapan saja menyerbu.

Hana tidak senang sama sekali karena ia dapat selesai bekerja lebih awal, ia tidak senang karena kini ia bak selebritis yang gambarnya di buru banyak orang, ia juga tidak senang karena Sehun bersikap manis dengan cara melindunginyaㅡtapi setidaknya ia berterima kasih padanya. Justru Hana gelisah, sekarang para penggemar Sehun sudah mulai menunjukkan siapa mereka, mereka mulai berani menerobos zona aman miliknya, dan itu bukan sesuatu yang baik.

Bahkan di sekolah pun beberapa murid sering kali dengan sengaja mendatanginya untuk sekedar bertanya, dan tidak sedikit juga mereka yang terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan pada dirinya, dengan sengaja sesekali menabrakan bahu mereka ketika berpapasan. Itu benar-benar mengganggu.

...

"Ayo lebih cepat!"

Itu suara guru Jung, guru olahraga yang berusia tiga puluh tahunan itu memang terkenal kejam pada murid-murid.

"Baik!" jawab murid-murid serentak, mempercepat langkah mereka.

Sudah terhitung lebih dua puluh putaran murid-murid itu berlari mengelilingi lapangan, dan itu cukup menjelaskan semuanya, kalau mereka sudah sangat kelelahan, termasuk Hana yang saat itu berada di barisan paling belakang.

"Lelah?"

Hana menoleh, pada Taeyong yang berada di sebelahnya. Sebelum menjawab dengan napas tersengal. "Bisa kau lihat sendiri."

Taeyong tertawa ringan, "Ya, aku melihatnya."

Suara peluit dari guru Jung yang berbunyi tanda agar berhenti. Membuat murid-murid bersorak dalam hati, siksaan yang mereka rasakan akhirnya berakhir.

Hatred [ two ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang