15. -a kiss-

11.6K 1.8K 266
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

'Dalam gelap yang hening, aku berjalan. Mencari arah menuju jalan bahagia.'

...

Suara alarm yang memekakkan telinga menjadi sambutan pagi untuk seorang gadis yang masih terlelap di dalam selimut tebalnya.

Merasa terganggu dengan suara itu, gadis tersebut menyibakkan selimutnya. Tangannya meraba-raba asal alarm yang berasal dari ponsel miliknya.

Dengan mata setengah terpejam ia menatap layar ponsel, mematikan alarm sambil menguap dan menyimpan ponsel ke atas nakas. Mulai mengumpulkan kesadarannya.

Hana; gadis itu. Turun dari ranjang, dengan sempoyongan ia berjalan menuju kamar mandi. Namun saat Hana akan membuka pintu kamar mandi, ia terdiam dengan kening berkerut. Lalu berbalik ke arah ranjang, seingatnya ia tertidur di meja ruang tamu setelah selesai belajar?

Kedua manik hitam Hana menangkap tumpukan buku yang semalam ia angkut ke ruang tamu, sudah tersusun rapi di atas meja belajarnya. Tapi Hana tetaplah seorang Kim Hana yang tidak ingin ambil pusing dengan semua itu. Sudah pasti Sehun yang membawanya kemari, memangnya siapa lagi penghuni rumah ini.

Ia mengangkat bahu acuh, dan kembali membuka pintu kamar mandi. Melanjutkan tujuannya untuk mandi.

...

"Kita akan kemana? "

Taeyong sedikit melirik pada Lay yang duduk di balik kemudi mobil, memainkan setir dengan lihai saat menyalip beberapa mobil dengan kecepatan sedang.

"Kita harus ke tempat ayahmu dulu, " kata Lay tanpa melepaskan pandangannya dari jalanan di depan sana.

Taeyong terdiam sejenak, sebelum berdehem pelan. Benar juga, sejak ia menginjakkan kakinya di tanah Korea, ia sama sekali belum pernah menemui ayahnya.

Sejujurnya Taeyong bukan tidak ingat ataupun enggan untuk datang ke sana. Ia hanya... tidak ingin merasakan hatinya kembali bagai ditusuk belati oleh kenyataan menyakitkan.

Walau sudah bertahun-tahun lamanya, namun tetap saja Taeyong tidak bisa melupakannya. Dan sepertinya tidak akan pernah bisa.

"Hyung.." Panggil Taeyong pelan, berbisik. Jika saja pendengaran Lay tidak tajam. Ia pasti tidak dapat mendengarnya.

Mendengar suara Taeyong yang seperti itu, Lay sedikit melirik pada pria muda di sebelahnya. Mencoba menangkap perubahan raut muka Taeyong dengan kedua nerta nya.

"Ya, kenapa? "

"Apa hanya aku yang tidak tahu apa-apa mengenai ayah? " tanyanya, menatap Lay penuh harap. Berharap Lay akan mengatakan semua yang pria dewasa itu ketahui.

"Kau akan tahu nanti. " Lay kembali memfokuskan pandangan pada jalanan, enggan berlama-lama menatap Taeyong yang terlihat sangat kecewa dengan jawaban yang ia berikan.

Hatred [ two ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang