Chapter 6 : Ciuman Dan Rahasia [private]

7.5K 1.2K 317
                                    

Jihoon terdiam menatap dirinya pada pantulan cermin di hadapannya. Saat ini dia sedang berada di kamar mandi yang berada di dalam kamar tidur Guanlin. Sudah hampir sepuluh menit dia tidak bergerak sama sekali. Matanya terfokus pada tanda kemerahan yang terlihat jelas di bahu kanannya, ulah Jinyoung tadi. Hatinya bergemuruh hebat ketika melihat tanda itu. Tanda yang dia tidak harapakan dari orang yang tidak dia harapkan pula.

Harusnya Jinyoung tidak berbuat kurang ajar seperti itu, karena status Jihoon adalah 'kakak iparnya'. Sedangkan Guanlin yang berstatus sebagai 'suaminya' saja belum pernah menyentuhnya kecuali berpegangan tangan. Entah kenapa Jihoon berpikir mungkin dia tidak akan merasa seperti manusia kotor saat ini bila Guanlin lah yang membuat tanda itu.

Tangannya terulur untuk mengambil sabun di pinggir wastafel, kemudian dia menggosokkan sabun itu pada pundaknya, berusaha membersihkan tanda kemerahan yang sangat menjijikan itu. Menggosokkan sekuat tenaga, berharap tanda itu akan hilang sekarang juga.

"Huks..." sebuah isakan keluar dari mulutnya, padahal Jihoon sudah berusaha membungkamnya dengan menggigit bibirnya kuat. Dalam hatinya dia terus meruntuki Jinyoung yang selalu merendahkannya. Dia tidak tahu apa salah yang diperbuatnya hingga Jinyoung begitu membencinya.

TOK TOK

Jihoon sedikit terlonjak saat mendengar suara ketukan pada pintu kamar mandi.

"Sayang... apa yang sedang kau lakukan di dalam?"

Itu suara Guanlin.

Jihoon dengan cepat berusaha merapikan dirinya yang terlihat cukup berantakan. Kaos tidurnya basah, rambutnya berantakan, dan matanya yang sedikit membengkak karena menangis.

Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya secara perlahan. Terlihat Guanlin yang kini menatapnya khawatir.

"Kau kenapa?" Tanya lelaki tampan itu.

Jihoon hanya menggelengkan kepalanya pelan.

Guanlin dengan cepat mengambil sebuah handuk dari balik pintu dan memakaikannya pada sang istri yang terlihat tidak baik-baik saja. "Cepat ganti bajumu sayang. Kau bisa masuk angin bila memakai baju basah seperti ini."

Bukannya menuruti perintah Guanlin, Jihoon malah memeluk tubuh lelaki itu erat. Membenamkan wajahnya pada dada Guanlin. Dan kembali menangis. Dia tidak perduli bila baju Guanlin akan ikut basah saat terkena bajunya. Dia hanya butuh sandaran saat ini. Dia butuh seseorang untuk terus menopangnya. Tidak cukupkah keluarga Daniel saja yang selalu merendahkannya? Mengapa sekarang ada lagi yang memandangnya rendah? Jinyoung... bahkan lelaki itu menganggap Jihoon adalah seorang pelacur.

Guanlin membalas pelukan Jihoon. Dia mengusap punggung lelaki manis itu dengan lembut, berusaha menenangkannya. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengan istrinya itu, namun dia hanya diam, menunggu sang istri siap untuk bercerita.

"Huks... kenapa semua orang merendahkanku? Huks..." lirih Jihoon di tengah tangisannya.

Guanlin melepaskan pelukannya, dia menatap wajah Jihoon dengan intens, kemudian menghapus air mata yang membasahi pipi kemerahan milik sang istri. "Siapa yang bilang begitu? Dia pasti sangat bodoh." Guanlin mengangkat wajah Jihoon yang sejak tadi tertunduk. "Hey lihat aku sayang."

Jihoon mengangkat wajahnya dengan ragu. Sejujurnya dia jarang sekali menangis di depan orang lain seperti saat ini. Namun dia sudah tidak sanggup. Hatinya terasa sangat sakit karena perkataan dan perbuatan orang-orang yang terus merendahkannya. Apa dia salah kalau terlahir sebagai yatim piatu? Apa dia salah berasal dari panti asuhan?

"Aku tidak tahu siapa yang merendahkanmu, tapi jangan dengarkan mereka. Bagiku kau adalah sesuatu yang sangat berharga di hidupku. Kau seperti malaikat yang Tuhan kirimkan untukku. Kau adalah segalanya bagiku. Jadi berhentilah menangis, hatiku sakit melihat air mata yang membasahi wajahmu." Ucap Guanlin penuh perasaan, dia terus menyeka air mata yang keluar dari mata indah milik Jihoon.

LIAR [[ Panwink / Guanhoon ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang