Jihoon turun dari taksi yang baru saja dia naiki, tepat di depan lobby sebuah rumah sakit terbesar di Seoul. Dia melirik jam tangan yang melekat di pergelangan tangan kirinya, pukul 09:48. Dilangkahkan kakinya setengah berlari menuju kamar 101 tempat putra sulung keluarga Lai yang juga merupakan suami pura-pura Jihoon di rawat.
Seharusnya dia ke rumah sakit sekitar pukul 08:00 setelah mengantar Minji ke sekolah, namun gadis kecil itu merengek manja meminta Jihoon menemaninya sampai pelajaran kedua, dan alhasil membuat Jihoon terlambat sampai di rumah sakit. Nyonya Lai menyuruh Jihoon ke rumah sakit pagi ini untuk menggantikan asisten pribadi Guanlin yang semalaman menemani Guanlin di rumah sakit.
Jihoon mengatur nafasnya yang sesak karena sedikit berlari. Ditatapnya pintu kamar bertuliskan angka 101 yang berada di depannya saat ini. Entah kenapa dia tiba-tiba merasa sangat gugup saat ini. Rasanya mirip seperti saat Daniel mengajak Jihoon menemui orang tuanya. Membuat Jihoon takut dan mual. Membuka pintu di hadapannya sama saja dengan membuka lembaran baru di hidupnya. Ya, statusnya akan berubah menjadi istri seseorang bila membuka pintu itu, walau tanpa adanya sebuah pernikahan.
Jihoon akhirnya membuka pintu itu setelah menghembuskan nafas panjang, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
"Maaf aku terlambat..." Jihoon membungkukkan badannya ke arah lelaki berkulit sawo matang yang berada di sebelah ranjang rumah sakit.
Lelaki berkulit sawo matang yang bila Jihoon tidak salah ingat adalah Park Woojin, asisten pribadi Guanlin itu tersenyum kecil ke arah Jihoon. Dia meletakkan apel yang sedang dia kupas di atas nakas, kemudian membungkuk ke arah Jihoon.
Jihoon baru saja ingin membungkukkan badannya, bermaksud membalas hormat Woojin. Namun tiba-tiba seseorang memeluknya, membuat Jihoon cukup terkejut. Dia tidak memperhatikan kalau ada orang lain di kamar itu selain Woojin dan Guanlin yang masih belum sadarkan diri.
Isak tangis orang yang sedang memeluknya itu membuat Jihoon mengerutkan keningnya bingung. Mengapa orang ini menangis?
"Ahn Hyungseob, kau membuatnya bingung." Ucap Woojin kepada lelaki yang sedang memeluk Jihoon saat ini.
Lelaki bernama Ahn Hyungseob itu melepaskan pelukannya pada tubuh Jihoon. Dia menyeka air mata yang masih mengalir dari matanya yang bulat. Astaga, lelaki itu terlihat sangat manis dan menggemaskan di mata Jihoon.
"Maafkan aku." Ucap Hyungseob pelan.
Jihoon menggelengkan kepalanya."T-tidak apa-apa."
"Aku Ahn Hyungseob. Istri Woojin dan juga sahabat Chi Hun sejak SMA." Lelaki manis itu memperkenalkan dirinya kepada Jihoon.
"Ah ya.. a-aku..." Jihoon terdiam, dia bingung harus memperkenalkan dirinya sebagai siapa?
Hyungseob tersenyum melihat Jihoon yang kebingungan. "Kami tahu semuanya, Nyonya Lai sudah menceritakannya pada kami." Jelas Hyungseob yang saat ini masih memperhatikan wajah Jihoon cukup lekat. "Kau benar-benar mirip dengan Chi Hun. Oh astaga air mataku selalu keluar bila membicarakan Chi Hun si ceroboh itu."
Jihoon dapat melihat sorot kesedihan di mata Hyungseob saat membicarakan Chi Hun. Lelaki manis itu pasti sangat kehilangan sosok sahabatnya itu.
"Sayang berhentilah membuatnya takut. Dia datang kesini untuk melihat Guanlin, bukan untuk melihat kau menangis." Woojin memperingatkan istrinya dan dibalas oleh tatapan tajam dari sang istri. Woojin yang melihat tatapan sang istri pun langsung diam sambil menggaruk tengkuknya. Suami takut istri, pikir Jihoon.
"Jihoon, bisa kau temani Guanlin dulu? Aku dan Hyungseob ingin ke cafetaria dulu, kami belum sempat sarapan."
Jihoon mengangguk mantap menjawab pertanyaan Woojin. Dia jadi merasa tidak enak karena membuat pasangan suami istri itu telat untuk sarapan, padahal sekarang sudah hampir siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIAR [[ Panwink / Guanhoon ]]
Hayran Kurgu"Tolong berpura-puralah menjadi istri Guanlin." "Kami akan memberikan bayaran senilai lima ratus juta won untukmu bila kau mau membantu kami berpura-pura menjadi istri Guanlin." [chapter 3, 6 dan 11 aku private] ☺️ Ranking : 431 IN FANFICTION (22/10...