Guanlin menatap sang istri yang kini duduk di sofa tepat di sebelahnya. Mereka masih berada di ruang kerja milik Guanlin. Tak ada pembicaraan setelah ciuman tadi. Mereka hanya diam. Jihoon hanya menunduk sambil memainkan jarinya gelisah karena Guanlin yang sedaritadi menatapnya tanpa berpaling.
Guanlin menghela nafas panjang, sepertinya dia sudah tidak tahan pada suasana awkward dengan istrinya ini. "Jadi sebenarnya kau kenapa, sayang? Aku cukup terkejut saat kau datang dengan keadaan kacau dan langsung menyerangku seperti tadi."
Wajah Jihoon bersemu merah ketika Guanlin menggunakan kata 'menyerang'.
Oh astaga apa aku seagresif itu?
"A-aku..." tiba-tiba kerongkongan Jihoon terasa kering. Sulit sekali untuk mengatakan sesuatu pada Guanlin.
"Ya. Kau kenapa?"
"A-aku..."
"Kau..."
"Lupa membawakanmu makan siang." Akhirnya kalimat itu yang keluar dari mulut Jihoon. Dia tidak mungkin mengatakan kalau dia datang karena ingin Guanlin menghapus jejak ciuman dari Jinyoung.
"Astaga. Hanya karena itu?" Guanlin tertawa melihat ekspresi sang istri yang sangat menggemaskan.
Jihoon mengangguk.
"Jadi ciuman tadi adalah pengganti makan siang? Hanya ciuman?"
Wajah Jihoon semakin merona mendengar pertanyaan Guanlin.
Tawa Guanlin semakin lebar saat melihat sang istri yang semakin salah tingkah. Dia hanya ingin menggoda lelaki manis itu, dan itu sangat menyenangkan untuknya.
"Minji masih di sekolah, aku lupa kalau dia ada latihan menari untuk pentas minggu depan. Jadi aku tidak sempat membuatkan makan siang untukmu." Jelas Jihoon, dan lagi-lagi dia kembali berbohong. Sepertinya sekarang mulutnya sudah terbiasa mengeluarkan sebuah kebohongan, mungkin kalau dia adalah pinocchio hidungnya sudah sepanjang kaki Guanlin karena terlalu sering berbohong.
"Kapan Minji selesai latihan?"
"Hm, kira-kira setengah jam lagi."
Guanlin bangkit dari duduknya kemudian menarik tangan sang istri untuk mengikutinya.
"G-guan, kita mau kemana?"
"Menjemput Minji kemudian makan siang bersama. Kita sudah lama tidak makan di luar."
.
.
."Bundaaa... Minji ingin es krim." Rengek gadis kecil itu saat Jihoon sedang menyuapi sepotong daging ke mulutnya.
"Nanti sayang, setelah kau selesai makan steak ini." Jihoon masih kukuh menyuapkan potongan steak itu ke mulut Minji yang tertutup rapat. Bocah itu merajuk.
"Semakin lama kau menghabiskan makananmu, maka semakin lama pula kau mendapatkan es krimmu." Final. Jihoon tidak ingin dibantah. Minji sudah terlalu sering merajuk seperti ini dan Jihoon ingin bocah kecil itu berhenti melakukan kebiasaan jeleknya yang selalu ingin dituruti itu. Jihoon ingin mengajarkan Minji kalau dia ingin mendapatkan sesuatu maka dia juga harus melakukan sesuatu yang setimpal.
Dan benar saja, akhirnya Minji menyerah. Dia membuka mulutnya dan memakan steak miliknya, walau wajahnya masih sedikit ditekuk.
Jihoon tersenyum melihatnya, kemudian mengusap kepala Minji dengan penuh sayang. "Anak pintar." Pujinya kepada bocah kecil itu.
Guanlin yang sedaritadi memperhatikan interaksi keduanya hanya tersenyum kecil. Chi Hun nya sudah benar-benar berubah. Guanlin sangat ingat bagaimana biasanya Chi Hun selalu menuruti keinginan Minji, bahkan terkadang istrinya itu ikut merengek seperti Minji bila keinginannya tidak dipenuhi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIAR [[ Panwink / Guanhoon ]]
Fanfiction"Tolong berpura-puralah menjadi istri Guanlin." "Kami akan memberikan bayaran senilai lima ratus juta won untukmu bila kau mau membantu kami berpura-pura menjadi istri Guanlin." [chapter 3, 6 dan 11 aku private] ☺️ Ranking : 431 IN FANFICTION (22/10...