Chapter 24 : Anak-anak

12.1K 1.8K 672
                                    

TOK TOK

Suara ketukan pintu membuat Jihoon tersadar dari lamunannya. Hampir setengah jam dia termenung di dalam kamarnya setelah pertemuannya dengan Jinyoung saat makan malam tadi. Dia hampir tidak menyentuh makan malamnya sama sekali, tiba-tiba saja perutnya terasa mual dan tangannya berkeringat. Kenangan dua tahun lalu kembali bermunculan di kepalanya, kenangan yang sudah dua tahun ini dia coba lupakan namun tak pernah berhasil.

Jihoon memandang sebuah gambar yang dia pegang sejak tadi. Sebuah kertas bisa yang berisi gambar buatan Minji waktu itu, gambar tentang keluarga kecilnya yang utuh. Jihoon bersyukur gambar itu ia masukkan ke dalam koper saat itu, sehingga dia masih bisa memiliki gambar ini. Setidaknya untuk mengobati rasa rindunya pada anak-anak.


TOK TOK

Jihoon akhirnya bangkit dari duduknya dan berjalan untuk membuka pintu kamarnya yang sedari tadi diketuk seseorang.

Dia kembali menahan nafas saat melihat Jinyoung lah yang berdiri di depan pintu kamarnya. Lelaki itu masih menatapnya dengan lekat seperti tadi. Ada rasa sedikit menyesal membuka pintu kamarnya saat ini, dia belum siap untuk bertemu seseorang yang mengetahui betapa tersiksanya dia selama beberapa tahun ini. Dia selalu berpura-pura bahagia dan selalu tersenyum di depan Minhyun dan Hyunbin, dia tidak ingin mereka tahu bahwa sebenarnya dirinya begitu jauh dari kata bahagia. Dia tersiksa selama ini karena rasa rindu.

"Boleh aku masuk? Ada yang ingin aku bicarakan padamu."

Jihoon menghela nafas panjang, dia tahu tak kan bisa menghindari lelaki di hadapannya ini. Perlahan Jihoon menggeser tubuhnya dan membiarkan Jinyoung berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Jinyoung duduk di sebuah kursi yang biasa Jihoon pakai untuk merias wajahnya. Sedangkan Jihoon memilih duduk di tempatnya semula, yaitu pinggir ranjang empuknya.

Mereka berdua hanya terdiam. Jinyoung yang sedari tadi terus menatap Jihoon, dan Jihoon yang hanya menundukkan wajahnya berusaha menghindari tatapan Jinyoung. Tetap seperti itu hingga beberapa menit terlewati begitu saja.

"Kemana saja kau selama ini?" Akhirnya Jinyoung membuka pembicaraan karena dia tidak melihat tanda-tanda Jihoon akan membuka mulutnya. Dia pikir Jihoon akan senang saat bertemu dengannya, dia pikir Jihoon akan antusias bertanya tentang keadaan anak-anaknya, namun sepertinya Jinyoung salah.

"A-aku disini."

"Bagaimana bisa?" Tanya Jinyoung penasaran.

"Ceritanya panjang." Jihoon tidak berniat menceritakannya pada Jinyoung.

Kali ini Jinyoung yang menghela nafasnya. Dia merasakan perubahan pada diri Jihoon. Lelaki manis itu tidak sehangat dulu. "Kau tidak merindukan anak-anak?"

Jinyoung dapat melihat tubuh Jihoon menegang saat dia membicarakan tentang anak-anak, dan tangan Jihoon terlihat sedikit bergetar.

"B-bohong kalau aku bilang tidak merindukan mereka. Seorang ibu tidak akan pernah bisa melupakan anak-anaknya." Jihoon menjawabnya dengan suara bergetar. Dia menahan tangisnya saat ini. Tangis yang hampir setiap malam menemaninya.

"Lalu kenapa selama ini kau tidak pernah mencoba menemui mereka?"

Akhirnya air mata yang sedari tadi Jihoon tahan, menetes dari mata indahnya. "A-aku punya hak apa atas mereka? Bukankah kalian semua hanya menganggap aku seorang penipu yang tak berhak atas apapun, bahkan aku tak berhak atas anakku sekalipun."

"Park Jihoon!" Entah kenapa Jinyoung tidak suka atas jawaban Jihoon. Dia dan orang tuanya tidak pernah menganggapnya sebagai penipu setelah sadar betapa tulusnya Jihoon menyayangi anak-anaknya. Bahkan Minji yang bukan anak kandungnya sekalipun. Jinyoung bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Jihoon. Dia duduk di sebelah lelaki manis itu, dan tanpa ragu menggenggam jemari Jihoon dengan tangannya yang besar.

LIAR [[ Panwink / Guanhoon ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang