"Bunda, aku tidak bisa memakan ayam ini." Minji terlihat kesal karena ayam goreng yang dia makan sangat susah untuk digigit oleh gigi-giginya yang kecil.
Jihoon yang baru saja ingin menyuap nasi ke dalam mulutnya, akhirnya membatalkannya dan kembali menaruh sendok itu di atas piringnya. "Sini bunda bantu." Jihoon membantu Minji memotong ayam itu hingga berbentuk kecil-kecil dan Minji bisa dengan mudah memakannya.
Jihoon tersenyum kaku saat dia sadar semua mata di ruang makan itu kini sedang menatap dirinya. Ya, Jihoon saat ini sedang makan malam bersama keluarga Lai. Nyonya Lai memandangnya dengan sebuah senyum penuh rasa terima kasih, Tuan Lai yang baru saja pulang dari kantor hanya memandangnya datar, dan Lai Jinyoung yang memandangnya penuh selidik.
Mata Jihoon tak sengaja bertatapan dengan mata Jinyoung yang sedari tadi terus memperhatikannya. Dan Jihoon langsung menundukkan wajahnya saat Jinyoung mengeluarkan senyum miringnya yang lebih mirip dengan seringai. Jihoon berpura-pura sibuk dengan makanan di hadapannya, entah mengapa dia merasa sangat risih dengan tatapan Jinyoung. Dia tidak suka. Tatapan Jinyoung seakan merendahkannya, sama seperti tatapan keluarga Daniel padanya dulu.
"Chi Hun..."
Jihoon tidak sadar kalau Tuan Lai baru saja memanggilnya.
"Lai Chi Hun."
Suara Tuan Lai yang lebih keras akhirnya membuyarkan lamunan Jihoon. Ah, hampir saja Jihoon lupa kalau namanya bila berada di mansion ini adalah Lai Chi Hun.
Jihoon mengangkat wajahnya menatap Tuan Lai. Dia ingin menjawab panggilan yang dikeluarkan oleh lelaki paruh baya yang masih terlihat gagah itu, namun dia bingung harus memanggil beliau dengan sebutan apa. Tuan? Atau Ayah?
"Setelah makan temui ayah di ruang kerja. Ada yang ingin ayah dan ibu bicarakan padamu."
Jihoon mengangguk pelan. "Baik a-ayah." Dan Jihoon mendengar suara kekehan kecil dari mulut Jinyoung. Lelaki itu sedang menertawakannya. Namun kali ini Jihoon tidak mau ambil pusing, dia melanjutkan makannya dan sesekali membantu Minji memotong ayamnya.
.
.
.Jihoon mengetuk pintu kokoh yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran-ukiran yang membuat pintu itu terlihat sangat mewah. Pintu kerja Tuan Lai.
Pintu itu terbuka dan muncullah sosok cantik Nyonya Lai yang selalu tersenyum kepada Jihoon. "Ayo masuk. Ayah sudah menunggumu."
Jihoon berjalan masuk ke dalam ruang kerja Tuan Lai mengikuti Nyonya Lai setelah sebelumnya menutup pintu tersebut. Sama seperti pintunya, isi ruangan ini pun terlihat sangat mewah. Seluruh permukaan dinding ditutupi rak tinggi berisi beratus-ratus atau beribu-ribu buku seperti di perpustakaan, namun dengan rak berwarna emas yang membuatnya terlihat sangat mewah. Lampu kristal besar menggantung sempurna di tengah ruangan tersebut. Di sudut kanan ruangan terdapat meja dan kursi kerja yang cukup besar dan terlihat sangat nyaman, dengan sebuah papan nama bertuliskan 'Lai Jonghyun' di atas meja tersebut. Dan terdapat tiga buah sofa besar berwarna hitam di tengah ruangan tersebut, tempat Tuan dan Nyonya Lai duduk saat ini.
"Maaf aku sedikit lama. Tadi Minji memintaku mengantarnya ke kamar dan menemaninya tidur." Ucap Jihoon tidak enak karena membuat pasangan suami istri ini menunggunya, dia sedikit membungkuk hormat sebelum akhirnya duduk di hadapan pasangan suami istri tersebut.
Tuan Lai langsung mendorong sebuah kertas di atas meja ke arah Jihoon. Yang membuat Jihoon hanya memandangnya bingung.
"Baca surat itu." Perintah Tuan Lai dengan suaranya yang berat.
Jihoon mengambil surat itu kemudian membacanya dengan perlahan. Matanya membesar saat melihat isi surat itu. Surat Perjanjian tentang persetujuan Jihoon untuk berpura-pura menjadi menantu keluarga Lai. Dan yang lebih membuat Jihoon terkejut adalah nominal yang tertulis di dalam surat perjanjian tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIAR [[ Panwink / Guanhoon ]]
Fanfic"Tolong berpura-puralah menjadi istri Guanlin." "Kami akan memberikan bayaran senilai lima ratus juta won untukmu bila kau mau membantu kami berpura-pura menjadi istri Guanlin." [chapter 3, 6 dan 11 aku private] ☺️ Ranking : 431 IN FANFICTION (22/10...