"Sial, kenapa sudah hampir setengah jam belum jalan juga?" Gerutu Jinyoung karena mobil yang ditumpanginya dan Nyonya Lai sedari tadi stuck di tengah kemacetan.
"Sepertinya ada acara pawai di pusat kota." Jawab supir kepercayaan Nyonya Lai.
"Kalau tahu ada pawai disana kenapa kau masih lewat sini, bodoh!" Kesal Jinyoung membentak supir itu. Kenapa disaat terburu-buru seperti ini selalu saja ada halangan yang harus dihadapi.
"Jinyoung kau mau kemana?" Tanya Nyonya Lai bingung saat anak bungsunya itu membuka pintu mobil dan hendak keluar.
"Aku tidak bisa menunggu seperti ini, Bu." Jawabnya kemudian dia berjalan cepat setengah berlari di celah celah kendaraan yang cukup padat.
Park Jihoon... aku mohon tunggu aku sebentar saja.
-- LIAR --
Guanlin melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah setelah memastikan para satpam kepercayaan keluarganya benar-benar sudah mengusir Jihoon si pembohong itu. Langkahnya terhenti saat melihat mangkuk-mangkuk berisi makanan di atas meja makan. Dia melihat berbagai masakan disana. Ada ayam teriyaki dan telur gulung kesukaannya. Dia hampir saja memakannya kalau tidak mengingat siapa yang telah memasak makanan itu.
"Pelayan, buang semua makanan ini!" Perintahnya. Ya. Emosinya memenangkan pergulatan batin dengan perutnya yang minta diisi oleh sesuatu.
"Kenapa di buang Yah? Bukannya Bunda sudah susah payah membuatnya tadi pagi."
Guanlin membalik tubuhnya saat melihat sang anak berdiri di belakangnya dengan raut wajah penuh tanya. Dia sudah mengganti baju seragamnya dengan kaos rumahan yang terlihat manis di tubuh mungilnya.
"Yah, Bunda mana? Bunda bilang akan mengajarkan Minji menggambar bunga yang cantik setelah pulang sekolah." Ucap Minji lagi tak menunggu Ayahnya menjawab pertanyaannya sebelumnya.
"Dia sudah pergi."
Minji menautkan alisnya bingung dengan jawaban sang Ayah. "Dia siapa?"
"Dia bukan bundamu, Minji. Dia hanya seorang pembohong besar. Dia tidak pernah menyayangimu dengan tulus. Dia hanya ingin uang dari Kakek." Rancau Guanlin yang semakin membuat sang anak bingung.
"Bunda pergi kemana?" Minji kembali bertanya setelah berusaha mencerna penjelasan sang Ayah.
"Sudah Ayah bilang dia bukan bundamu!!!"
Minji tersentak saat sang ayah membentaknya.
"A-ayah..."
"Dia hanya seorang penipu! Jadi jangan pernah sekalipun Minji menyebutnya sebagai Bunda lagi! Dan jangan pernah membicarakannya lagi di depan Ayah!" Guanlin nyaris berteriak dan tak lama kemudian terdengar pintu kamar yang dia banting. Dia meninggalkan Minji yang mulai menangis ketakutan begitu saja di lantai bawah.
"Nona Minji jangan menangis." Seorang pelayan menghampiri gadis kecil itu dan memeluk tubuh mungil yang bergetar karena menangis itu.
"B-bunda... huks... Minji mau Bunda..."
Pelayan yang memang sedari tadi mendengar pertengkaran tuan dan nyonya muda keluarga Lai itu hanya memandang Minji prihatin. Dia menghapus air mata yang membasahi pipi chubby gadis kecil itu. "Jangan menangis Nona, atau Ayah akan semakin marah padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LIAR [[ Panwink / Guanhoon ]]
Fanfiction"Tolong berpura-puralah menjadi istri Guanlin." "Kami akan memberikan bayaran senilai lima ratus juta won untukmu bila kau mau membantu kami berpura-pura menjadi istri Guanlin." [chapter 3, 6 dan 11 aku private] ☺️ Ranking : 431 IN FANFICTION (22/10...