"Minji ayo makan makananmu sebelum dingin." Perintah Nyonya Lai kepada sang cucu yang kini sedang terlihat sibuk mengelus perut sang bunda yang masih terlihat datar. Wajah Minji terlihat begitu bahagia, tak jauh dengan ekspresi Guanlin saat diberi tahu tentang kehamilan sang bunda.
"Bunda ayo makan yang banyak, agar adik Minji cepat besar dan cepat lahir. Minji sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya." Ujar gadis kecil itu dengan wajah polosnya.
Jihoon tersenyum saat mendengar perkataan Minji, kemudian dia mengangguk dan memakan salad yang ada di piringnya. Sebenarnya dia sedang tidak bernafsu untuk makan. Membayangkan daging, telur, dan seafood yang tersaji di meja makan itu masuk ke dalam perutnya saja sudah membuatnya mual, dan jadilah dia hanya memakan salad sayur yang sepertinya tidak membuatnya mual namun baik untuk kesehatan janin yang ada di kandungannya.
"Makan ini, sayang." Guanlin meletakkan sepiring daging yang sudah dia potong kecil-kecil di sebelah piring Jihoon yang hanya berisi salad. "Kau bukan kambing yang hanya bisa makan sayuran seperti itu, bagaimana kalau nanti kau jadi kurus? Aku tidak mau dibilang sebagai suami yang tidak becus mengurus istrinya."
"Tapi--"
"Aaaaaa~~" Guanlin menyuruh sang istri untuk membuka mulutnya ketika dia mengarahkan sepotong daging ke mulut sang istri.
Dan dengan terpaksa Jihoon membuka mulutnya untuk memakan daging yang Guanlin berikan padanya.
"Enakkan?"
Jihoon mengangguk sambil mengunyah daging di mulutnya. Daging itu memang sangat enak, karena Nyonya Lai memesannya dari restauran yang cukup terkenal di Seoul. Ya semoga saja setelah ini dia tidak memuntahkan kembali daging-daging mahal itu. Dia mengambil sendok di tangan Guanlin yang baru saja ingin menyuapinya kembali. "Aku bisa makan sendiri."
"Benarkah? Saat kau hamil Minji dulu kau bahkan tidak mau makan kalau tidak aku suapi." Ucap Guanlin tanpa sadar dia telah membuat mood Jihoon menurun.
Nyonya dan Tuan Lai pun terlihat canggung ketika mendengar ucapan sang anak, namun mereka berdua menutupinya dengan berusaha terlihat sibuk dengan makanan di piring mereka.
"Aku tidak semanja itu." Jawab Jihoon tanpa menatap wajah Guanlin.
"Tapi aku suka kau yang manja seperti itu, sayang." Guanlin mencubit pipi sang istri dengan gemas.
Ya, karena yang kau sukai dari dulu bukanlah aku...
"Jadi kau tidak suka denganku yang tidak manja seperti sekarang?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Jihoon begitu saja. Astaga sepertinya bawaan hamil membuat moodnya benar-benar naik turun. Bahkan pertanyaan pertanyaan yang dulu mampu dia tahan, kini dengan mudahnya keluar dari mulutnya.
"B-bukan begitu, sayang. Aku selalu menyukaimu apa adanya. A-ku..."
"Berhentilah bercakap saat sedang makan." Tuan Lai memotong penjelasan anaknya. Dia terlihat cukup jengah dengan drama di depannya itu. Dan demi apapun Guanlin merasa berterima kasih pada sang Ayah yang menolongnya keluar dari situasi awkward karena mulutnya yang salah berucap.
"Aku pulang..."
Sosok lelaki tinggi yang baru saja memasuki ruang makan itu mengalihkan pandangan semua mata disana.
"Wah, ternyata kau masih ingat untuk pulang anakku sayang." Sindir Nyonya Lai pada lelaki tinggi yang merupakan anak bungsunya, Jinyoung.
Jinyoung tidak terlalu memperdulikan sindirian ibunya, dia dengan santainya duduk di sebelah sang ibu, kemudian menatap Jihoon yang duduk di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIAR [[ Panwink / Guanhoon ]]
Hayran Kurgu"Tolong berpura-puralah menjadi istri Guanlin." "Kami akan memberikan bayaran senilai lima ratus juta won untukmu bila kau mau membantu kami berpura-pura menjadi istri Guanlin." [chapter 3, 6 dan 11 aku private] ☺️ Ranking : 431 IN FANFICTION (22/10...