"Kring.. Kring.. Kring"
Suara jam beker terasa akan menembus telingaku.
Suara yang lima menit lalu aku hempaskan dari telingaku. Agar aku dapat tertidur kembali."Mey, Mey, Mey"
Suara yang kembali terdengar menggantikan suara jam beker kesayanganku.
Ya..!
"Mey" adalah nama panggilan kesayangan dari keluarga untukku.
Yang lebih tepatnya "Anindhita Meyra Fortuna" entah karena apa dan dari mana nama itu sampai di pemikiran keluargaku hingga menjadikan nama itu ada pada diriku.Fortuna yang artinya pembawa keberuntungan.
Tapi apa lah arti sebuah nama?
Semua itu tidak sesuai dengan keadaan ku saat ini."Mey! Mey! Mey!"
Suara itu kembali menembus telingaku dari bawah sana untuk yang kedua kalinya.
Ya.
Itu adalah ibuku, seorang wanita yang selama 17 tahun merawat ku seorang diri. Aku sangat menyayanginya begitupun dia sangat menyayangiku walaupun dia jarang sekali berada di rumah tapi aku mengerti dia bekerja keras untuk menghidupiku.
"Ayoo segera bersiap, sudah hampir jam 6 pagi, kalo tidak mau bangun apa perlu ibu yang bangun kan"
Suara itu kembali terdengar, dan sekarang terasa semakin dekat. Langkah kaki nya mulai terdengar mendekati kamar tidurku.
"Mey, Segera bersiap ibu akan menyiapkan sarapan untukmu" ucap nya lagi dan lagi.
"Ya, aku akan segera bersiap" balasku. Sebenarnya aku sangat malas untuk bangun dan harus bersiap untuk pergi ke sekolah hari ini.
*****
Beberapa menit kemudian aku turun dari lantai atas kamarku menuju suatu ruangan yang dihiasi keheningan.Dengan perasaan malas aku turuni satu persatu anak tangga. Entah karena malas atau karna keadaanku ini aku sangat sulit menuruni anak tangga yang jumlah nya tidak lebih dari 15 ini.
Aku meletakan bokong ku di atas kayu dengan pahatan cantik yang mempunyai empat kaki.
"Mey kenapa wajahmu sayang? Sepertinya kamu sakit?"
Tanya wanita yang kini berada disebelah ku sambil menempelkan tangannya di atas keningku.
"Tidak Bu aku tidak apa-apa." Balas ku dengan nada malas.
Sebenarnya hari ini aku sangat malas buat pergi sekolah karena apa?
Karena hari ini pasti akan sama dengan hari kemarin.
Aku tidak tau alasan ibuku menyekolahkan ku di sekolah terfavorit di Jakarta."Kalo kamu sakit mendingan tidak usah sekolah biar nanti ibu yang bilang ke wali kelas kamu" dengan nada khawatir.
"Tidak bu, tidak usah hari ini ada ulangan bahasa" balasku dengan nada rendah.
"Jika tidak kuat jangan dipaksa yah Mey? Ibu khawatir padamu. Oh iya seminggu ini ibu akan bekerja diluar kota tidak apa-apa kan kamu ibu tinggal sendiri?" tanyanya dengan nada cemas.
"Iya bu tidak apa-apa, aku kan sudah 17 tahun, aku bisa jaga diri aku sendiri ibu hati-hati ya di sana" balasku.
"Iya Mey, Ibu akan berangkat setelah mengantarmu ke sekolah yah Mey" tanya ibu sambil memberikan sarapan untukku.
Tapi aku sama sekali tidak memakannya semua nya sama saja makan atau pun tidak.Tidak akan merubah pemikiran orang-orang yang selalu mengejek tentang fisikku.
*****
"Dhita.. Dhita"

KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Different [TAHAP REVISI]
Teen Fiction[Selesai] DiFollow dulu yaaa..☺ . Seseorang bisa saja terlihat sempurna secara fisik. Tapi, tidak semua orang melihat kesempurnaan dari fisik. Mungkin, aku adalah salah satunya. Aku melihat seseorang dari matanya. karena, mata yang akan menjelaskan...