22. Dekat

672 54 34
                                    

Senyum Pak Bim mengembang indah dibibir merah mudanya, sangat senang bisa mendengar pengakuan dari Mey. Namun juga sedih, karena Mey yang harus lebih dulu mengungkapkan bukan dirinya.

"Tolong, jangan pernah berbicara untuk pergi dari saya Mey. Saya tidak pernah ingin mendengarnya"

"Maksud Pak Bim?"

"Tidak ada maksud apapun, saya hanya ingin kamu tidak mengatakannya"

"Saya menyukai kamu, lebih cepat dibanding kamu menyukai saya" ucap Pak Bim.

"Tapi kenapa Pak Bim ngejauhin Mey?" Balas Mey, air matanya kembali meluncur diatas pipi halusnya.

"Saya bukan menjauh, tapi saya menyerah karena saya tau berjuang sendiri adalah susah."

"Tapi sekarang, Pak Bim bisa berjuang sama Mey. Ngga perlu berjuang sendiri" omongan Mey membuat hati Pak Bim benar-benar luluh. Anak satu ini benar-bemar jago membuat hati seorang seperti Pak Bim meleleh layaknya es krim yang disimpan diatas kompor yang menyala.

"Lantas Ajun?" Tanya Pak Bim.

"Ajun?? Memangnya dia siapa Mey??"balas Mey.

"Bukannya kalian berpacaran?"

"Tidak, Mey tidak pernah ngomong kalau Ajun pacar Mey. Lagi pula itu mh Ajunnya aja, Mey kan ga pernah nerima dia waktu dia nembak Mey" jelas Mey.

"Ohh gitu, bagus deh"

Kedua tangan Mey mengusap bekas air mata dipipinya, dia sedikit malu dengan apa yang Pak Bim ucapkan. Sungguh, tidak menyangka seorang yang ia anggap serius selama ini bisa semanis ini.

"Kenapaa bagus?" Tanya Mey.

"Ya bagus, karena saya masih ada kesempatan"

"Panggilnya saya-kamu baku banget perasaan" ucap Mey, Pak Bin sudah biasa mendengar ucapan Mey yang seperti itu.

"Kenapaa?? Ngga suka?" Tanya Pak Bim.

"Kamu kan tau sendiri saya seperti apa?" Lanjutnya.

"Iya karena Mey tau Pak Bim, Mey jadi suka" balas Mey sedikit pelan, dia sangat malu mengucapkan itu.

***

Pandangan Mey tidak lepas dari jendela kelasnya, memang benar kelas Mey adalah kelas yang paling strategis jika ingin modus ke anak-anak yang sedang berolah raga dibawah.

Kelas Mey berada dilantai atas dan jika melihat ke arah jendela akan mengarahkan ke lapangan olahraga. Hari ini, dia sangat senang karena dia melihat bahwa Pak Bim sedang mengadakan test dilapangan itu.

Tatapannya tidak lepas dari jendela, sangat jelas sekali pujaannya sedang mengajar dibawah sana. Sesekali ia memberi semangat pada Pak Bim, tapi Pak Bim tidak pernah merespon ia.

Tapi Mey mencoba untuk berpikir positiv bahwa ini adalah lingkungan sekolah, mungkin Pak Bim tidak ingin orang banyak mengetahui kedekatannya.

"Besedia...siap" ucap salah seorang murid yang sedang diperintah untuk mengaba-aba murid lain yang akan melakukan lari capat.

Kemudian Pak Bim melihat ke atas dan mengarahkan pandangannya ke arah Mey, dan membunyikan peluit dengan mengedipkan sebelah matanya. Mey membungkam bibirnya, dia benar-benar malu atas perlakuan manis Pak Bim.

Rasanya ingin menjerit, tetapi tak Bisa karena saat ini bukan pelajaran kosong. Yap, ada guru yang sedang mengajar dikelasnya namun, guru tersebut baik hati dan tidak sombong.

Kemudian Mey mengigit jarinya, berpikir keras apa yang harus ia lakukan untuk membalas Pak Bim. Akhirnya Mey berpikir untuk menggambar love di jendela yang membuat ia bisa melihat Pak Bim.

Mey menunggu Pak Bim melihat ke arahnya agar ia bisa membuat bentuk hati dijendela itu. Saat Pak Bim melihat ke arah Mey, ia langsung meniup jendela dan menggambar hati disana.

Tapi, tidak ada respon apapun dari Pak Bim yang membuat Mey sedikit kecewa. Lantas ia menutup jendela menggunakan gorden, ia tidak mau mengganggu Pak Bim saat jam pelajaran lagi, akibatnya ia tidak akan mendapat respon dari Pak Bim.

Beberapa menit setelah Mey menutup jendela itu, ia kembali membukanya. Tetapi, nihil Pak Bim tidak ada disana hanya ada anak didiknya saja, lantas kemana Pak Bim pergi?

Mey mencari kebeberapa sudut lapangan, tetapi ia tidak menemukan Pak Bim. Saat Mey sibuk mencari, seseorang memanggil Mey dan meminta ijin agar dapat mempersilahkan Mey untuk keluar kelas. Mey sangat bingung, dia tidak tahu siapa yang memanggilnya.

"Pak Bim?" Ucap Mey sedikit kaget, yap Pak Bim sedang berdiri diluar kelas Mey. Dengan spontan Mey langsung menutup pintu kelasnya, ia tidak membiarkan ada orang yang mengetahuinya.

"Kenapa?" Tanya Pak Bim, ia melihat ekspresi Mey yang memanyunkan bibirnya dan melipat kedua tangannya didepan dada.

Mey menggelengkan kepalanya, untuk membalas ucapan Pak bim.

"Jawab"

"Abisnya Pak Bim jahat, ngga bales bentuk hati dari Mey. Mey kan jadinya marah"ucap Mey dengan polos.

"Ohh jadi marah karena itu, ya udah nih" Pak Bim memasukan tangannya kedalam saku celananya, mengambil sesuatu dari dalam sana.

"Taraaaaaa" Pak Bim mengeluarkan tangannya dengan jari telunjuk dan ibu jari ditempelkan membentuk hati.

"Apaan sih bapak ih" ucap Mey sambil tertawa.

"Nah gituh dong senyum, jangan cemberut terus"

"Mau apa ke sini, bukannya lagi ngajar?" Tanya Mey.

"Ga boleh?"

"Iyah boleh, tapi kan Mey nya juga lagi belajar" jelasnya.

"Yaudah deh" ucap Pak Bim, lantas membalikan badannya. Tapi, tidak berhasil pergi karena Mey menahannya.

"Ihh jangan marah, iyaiya maaf deh"

"Becandaaaa" Pak Bim mengelus-elus puncak kepala Mey, dan sedikit mengacak rambutnya.

"Bapak, jadi berantakan kan rambut Mey"

"Ya udah sana, belajar lagi yang rajin yaa" ucap Pak Bim membuat Mey kaget, sungguh perintah yang sangat manis bagi Mey.

Pak Bim memegang dagu Mey, dan perlahan-lahan mendekatkan dirinya ke arah Mey. Jantung Mey berdegup sangat kencang, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Pak Bim. Mey memejamkan Matanya, ia benar-benar merasa gugup.

"Mingkem, jangan melongo terus nanti ada lalat masuk loh" ucap Pak Bim, sambil tertawa dan membuat mulut Mey langsung tertutup rapat.

"Bapakkk" ucap Mey kesal, ia sangat gugup tadi, ia berpikir Pak Bim akan menciumnya. Untung saja, itu hanya perkiraan Mey yang salah.

"Udah sana, masuk lagi ke kelas. Belajar yang giat bentar lagi kamu kan Ujian Nasional, jangan lupa nanti siang jam istirahat ke ruang saya, kita makan siang bersama" ucap Pak Bim.

Senyum diwajah Mey tercipta begitu indah, ia sangat senang dengan perlakuan Pak Bim. Walaupun kini tidak ada kejelasan mengenai hubungan mereka, tetapi Mey tetap bahagia dengan ini.

"Bapak duluan yang ke sana" menunjuk ke arah lapangan, tempat Pak Bim mengajar.

"Kamu duluan yang masuk"

"Oke"

.
.
.
.
.
.
Hayy...hay....

Gimana?? Ya ampun degdegan dehh..(emang biasanya engga apa?) Ahhh pokonya, seneng banget bisa up lagi...

Buat kalian yang udah baca, jangan lupa vote and comennya yaa...ditunggu banget☺

Jangan lupa juga baca cerita ALDERA yaa, itu karya kedua ku..

Babay..
Cuap:*
Dari author, Mey&Abimana Bagaskara.

You Are Different [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang