Dua tahun sudah berlalu dengan cepat, hari-hari sudah terlewati dengan indah. Perjalanan asmara Mey yang berliku-liku akhirnya bisa menemukan titik temu. Titik dimana itu adalah awal dari segala nya.
Masa-masa Sekolah Menengah Atas kian melebur, impiannya semakin dekat di depan mata. Ini adalah awal semester ke-dua Mey, dalam jurusan perkuliahan yang Mey pilih. Meski sebenarnya fakultas ini bukan tujuan awal Mey. Namun, semuanya berubah setelah dirinya benar-benar merasakan berada di fakultas ini. Mey sedikit terlambat memasuki dunia perkuliahan, ada banyak alasan yang ia punya.
Sebenarnya ia memiliki fashion sendiri dalam memilih jurusan, tetapi restu sang bunda lah yang lebih penting. Fakultas kedokteran lah yang akhirnya menjadi kesepakatan mereka berdua, meski semua orang tahu tidak bisa dengan mudah siapapun masuk pada fakultas itu. Inilah alasan Mey menunda kuliahnya, ia sempat gagal pada tes tahun yang sama saat ia lulus SMA. Namun, ia mencoba kembali pada tahun berikutnya setelah ia berjuang mati-matian dalam mempersiapkan tes ini dan pada akhirnya ia berhasil lulus, meski tidak berada pada peringkat atas namun bisa melihat sang ibunda bahagia atas kelulusan nya saja sudah membuat dirinya merasakan kebahagiaan juga.
Oh iya, mengenai hubungan nya dengan Pak Bim. Hubungan mereka baik-baik saja layaknya orang lain menjalin hubungan, meski terkadang mereka benar-benar merasakan hubungan jarak jauh. Ayahanda Pak Bim sedang sakit akhir-akhir ini di negara Italia sana. Entah karena apa Mey sangat bangga pada Pak Bim, ia benar-benar masih menyayangi ayahnya, meski apa yang telah ayah nya lakukan di masa lalu.
Orang bilang, jarak bukan penghalang bagi suatu hubungan. Tapi terkadang, jarak lah penyebab kerinduan datang. Dan sesekali kerinduan menjadi alasan utama pemicu pertengkaran kecil pada hubungan Mey dan Pak Bim.
Minggu ini Mey mendapatkan kabar, bahwa Pak Bim akan pulang ke Indonesia. Inilah kesempatan mereka untuk bertemu, dan melepas kerinduan yang sudah di simpan beberapa Minggu yang lalu.
"Mey!"
"Meyraa, woy!" Panggil seseorang dengan kerasnya. Dia Hani, seseorang yang Mey temui pertama kali di fakultasnya. Hani memiliki nasib yang sama dengan Mey, ia sempat menunda kuliah nya selama satu tahun dan berjuang kembali di tahun kedua. Mereka bertemu saat tes masuk perkuliahan, dan kini menjadi sahabat Mey.
Jika ada yang tanya dimana Eca, jawabannya Eca masih satu kampus dengan Mey. Namun, berbeda jurusan. Eca memilih manajemen sebagai fakultasnya, dan hubungan Eca dan Mey masih berlanjut sebagai sahabat. Meski jika di bandingkan dengan dulu, kedekatan mereka sedikit merenggang.
"Handphone terus, tau-lah yang pacarnya mau pulang." Ledek Hani, Mey tidak menggubris sama sekali. Ia terus menatap benda pipih di depannya.
"Elah, dicuekin dong gue." Oceh Hani. Mey terus menatap handphone-nya dan beberapa kali tersenyum kecil. Rupanya Mey sedang melakukan percakapan via chatting bersama Pak Bim.
"Senyum aja terooos, sampai kantongnya Doraemon diwariskan ke si Entong." Untuk kesekian kalinya, Mey tidak peduli dengan apa yang Hani ucapkan. Obrolannya dengan Pak Bim sangat asik kali ini, membahas semua yang di lakukan oleh Pak Bim di Italia sana. Sebab itu, Hani tidak dipeduli kan kali ini.
"Dih, beneran dong gue di abaikan."
"Au ah, Mey ih." kesal Hani. Kali ini Mey menghentikan aktifitasnya, dan mulai merespon Hani.
"Iya Hani, ada apa gerangan?" sahut Mey, nampaknya Hani ingin membicarakan sesuatu kali ini. Raut wajah Hani mulai berbeda, ia nampak murung dan sedikit mengerutkan dahinya terlihat sedih.
"Jadi gini Mey, tadi pagi dompet gue ilang. Dan gue bener-bener ngga tau ada dimana tuh dompet." jelas Hani serius kali ini.
"Namanya juga hilang, pasti ngga tau lah ada dimana." jawab Mey serius juga kali ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Different [TAHAP REVISI]
Novela Juvenil[Selesai] DiFollow dulu yaaa..☺ . Seseorang bisa saja terlihat sempurna secara fisik. Tapi, tidak semua orang melihat kesempurnaan dari fisik. Mungkin, aku adalah salah satunya. Aku melihat seseorang dari matanya. karena, mata yang akan menjelaskan...