18. Ajun?

784 49 4
                                    

"Mey, bagaimana jika hari minggu kita latihan?" ucap Pak Bim.

"Minggu?"

"Iya hari minggu, itu kan waktu libur jadi, akan lebih banyak waktu buat kamu berolahraga" jawabnya. Mey sedikit berfikir dia mengingat sesuatu hari minggu Ajun mengajaknya jalan, entah kemana ia belum diberi tahu. Bagaimana ia akan menjelaskan kepada Pak Bim dia tidak mungkin menolaknya tidak mungkin juga membatalkan ajakan Ajun. Dia sedang mencari keputusan yang tidak akan mengecewakan keduanya.

"Bagaimana ya Pak, Mey hari minggu ada acara sama Ajun" omongan Mey terhenti, dia sangat tidak enak harus seperti ini.

"Ya sudah, tidak apa-apa" jawab Pak Bim, entah apa yang Pak Bim rasakan hatinya sedikit perih. Padahal dia sengaja mengajak Mey latihan agar dia bisa bersamanya. Tapi, dia rasa Mey akan lebih memilih pergi bersama Ajun, karena dia tahu Mey sangat menyukai Ajun dan apa daya dia yang seorang guru Mey yang mustahil untuk Mey menyukainya apalagi disaat semua pria mengejar-ngejarnya.

"kalau begitu saya kembali ke kantor dulu" lanjutnya, memang tadi Pak Bim sengaja menunggu Mey keluar dari kelasnya dan kebetulan juga Pak Bim baru selesai mengajar dikelas sebelah kelas Mey. Jadi, dia berpikir untuk menemui Mey terlebih dahulu.Tetapi, hasilnya nihil Mey menolak ajakannya untuk latihan.

Saat Pak Bim membalikan tubuhnya dan berjalan meninggalkan Mey, tiba-tiba Mey memanggilnya dan menghampirinya. Hati Pak Bim bergetar saat Mey memanggil namanya sudah gila memang tapi ini lah yang ia rasakan.

"Pak, tunggu" ucapnya, kemudian menghampirinya.

"Iya?"

"Bagaimana, jika kita latihan hari sabtu saja? Mey kalau hari sabtu bisa" tanyanya.

Sekarang, giliran Pak Bim yang berfikir dia mengingat-ngingat suatu hal. Ya dia ingat jika hari sabtu dia ada urusan penting dengan rekannya, dia juga harus merekap nilai-nilai anak kelas XI, pekerjaannya bisa saja ditunda tetapi janji dia dengan rekannya apa bisa ditunda? Pak Bim sangat bingung, apa yang harus dia perbuat.

"Ayo ya Pak, kan Mey juga harus tetep olahraga biar tubuh Mey stabil dan juga sehat" rayu Mey, Pak Bim benar-benar bingung dia menghela nafas.

"Baiklah Mey, saya tunggu kamu ditempat biasa kita latihan jam 8 pagi" balasnya, dia terpaksa menunda janji dengan rekannya, semoga saja rekannya tidak keberatan jika janjinya ditunda ke hari minggu saja.

Mey menganggukan kepalanya, dia senang akhirnya dia dapat membuat keputusan yang tidak mengecewakan Ajun dan Pak Bim.

"Ya sudah, saya ke ruang guru dulu ya" ucap Pak Bim, Mey menganggukan kepalanya lantas Pak Bim pergi meninggalkan Mey. Begitupun Mey, ia kembali ke kelasnya.

Sesampainya dikantor Pak Bim menelpon rekannya untuk memberi tahu kan keputusannya, dia sangat berharap rekannya itu dapat memaklumi keputusannya.

"Hallo...Raihan ini gue Bim"

Omongan Pak Bim berhenti beberapa saat sepertinya temannya itu menjawab omongan Pak Bim.

"Jadi gini, gue mau kasih tau soal rapat buat ngebahas event dibandung kayaknya dipundurin jadi hari minggu. Gapapa kan??" Tanyanya.

"Gue mah oke-oke aja sih, nanti gue kasih tau yang lainnya"

"Iya gue mau minta maaf banget nih, soalnya ngedadak ngasih taunya. Gue hari sabtu ada kerjaan penting yang ngga bisa gue tinggalin, sorry nih yah"

"Oke Bim gapapa, santai sama gue mah"

"Thanks ya Han, kasih tau yang lainnya juga"

"Siip ntar gue kasih tau"

Sambungan telpon kemudian terputus, akhirnya Pak Bim sudah merasa lega temannya itu setuju dengan keputusan dia, dan Mey juga tetap bisa latihan bersamanya. Membahagiakan memang bisa bersama seseorang yang ia sukai. Sebelum bertemu Mey, Pak Bim belum merasakan jatuh cinta lagi setelah putus dengan kekasihnya dulu sebab kekasihnya memutuskan untuk bertunangan dengan pilihan orang tuanya.

Sejak saat itu, Pak Bim belum menjalin hubungan dengan siapapun lagi dan baru merasakan jatuh cinta kembali saat melihat kesabaran dan kekuatan Mey menghadapi orang-orang yang selalu menghinanya.

Disisi lain Mey masih sangat ingin memiliki Ajun, sampai saat Ajun mengajak Mey jalan dia langsung menerimanya.

Mey saat ini sedang bersama Eca, membicarakan suatu hal, menceritakan semua perjuangan dia merubah dirinya dengan bantuan Pak Bim. Eca sangat salut dengan perjuangan Mey merubah dirinya meski dengan bantuan Pak Bim.

Tapi tiba-tiba saja Ajun memanggilnya, dan Mey langsung menghampirinya. Dia sangat bahagia bisa dekat dengan Ajun saat ini,

"Mey?" Ucap Ajun.

"Iya Ajun?"

"Ada yang mau gue omongin, tapi ngga disini"

"Ajun mau ngomong apa?"

"Pulang sekolah, loe pulang sama gue. Nanti gue kasih tau apa yang mau gue omongin" ucap Ajun.

Mey menganggukan kepalanya dengan cepat, lantas dia tersenyum kepada Ajun. Ajun membalas senyuman Mey, yang membuat hati Mey sangat bahagia.

Bel pulang berbunyi, Ajun sudah berdiri diluar kelas Mey. Hanya dengan melihat Mey dan senyum kepadanya, Mey sudah mengerti bahwa Ajun sedang menunggunya. Dia berpamitan kepada Eca, Eca hanya menganggukan kepalanya saja lantas Mey berlari menghampiri Ajun.

"Ayo.." ucap Ajun mengajak Mey untuk pulang.

Mey tersenyum kepada Ajun, lantas mereka pergi menuju parkiran untuk mengambil motornya lantas pergi meninggalkan sekolah.

Sepi mengiringi mereka sepanjang jalan, Mey tidak berani mengajukan pertanyaan ataupun memulai pembicaraan. Dia hanya menatap Ajun dari kaca spion motor Ajun, dia sangat ingin menanyakan hubungan Ajun dan Dinda. Tetapi, dia tidak tahu harus mulai dari mana pembicaraannya itu.

"Mmmm Ajun?" Ucap Mey.

"Ajun??"

"Iya Mey?" Jawab Ajun.

"Mey boleh tanya??"

"Tanya soal apa? Tanyain aja gapapa ko Mey"

Mey terdiam, dia memikirkan kalimat apa yang harus ucapkan. Dia sangat bingung, bagaimana dia menanyakannya?.

"Soal...soal hubungan Ajun sama Dinda" jawabnya.

"Oh hubungan gue, gue udah putus 2 hari yang lalu" jawab Ajun dengan nada yang biasa saja.

"Putus?" Tanya Mey, Ajun menjawab dengan anggukan kecil. Senyum Mey lagi-lagi mengembang manis dibibirnya, dia bisa saja menjadi pacar Ajun cowok yang paling banyak disukai oleh cewek. Kesempatannya sangat besar sekarang, Mey sangat bahagia.

"Emang kenapa Loe nanya gitu?" Tanya Ajun.

Mey menggelengkan kepalanya, dia tidak tahu harus menjawab apa?

"Ngga ko Ajun"

"Loe mau jadi pacar gue?"
.
.
.
.
.
.
Hay..hay....hay...?
Gimana??
Semoga dapat menghibur kalian...
Eh iya, mau promosiin lagi nih cerita baru aku judulnya "ALDERA". Insya allah kalian suka, soalnya aku udah buat cerita ini dengan sepenuh hatiku, jangan lupa di votment nya ya...yuk yang belum vote cerita ini boleh di vote dulu, itu bakal nambah semangat aku lanjutin cerita ini.

Jangan lupa diFollow jugaa..

Babay..
Cup:*
Dari Author.

You Are Different [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang