Mey dan Pak Bim berada tepat dirooftop salah satu bangunan dijakarta, keduanya tengah memandangi indahnya pemandangan senja yang ada. Inilah momen yang di idamkan setiap pasangan. Berada bersama menikmati langit yang sama diwaktu yang sama.
Mey bahagia, moment ini akhirnya bisa ia dapatkan bersama seorang yang ia percaya untuk mengisi hatinya. Mey dan Pak Bim sedang duduk dikursi kayu yang berada ditengah rooftop. Mey sesekali memejamkan matanya, menikmati angin yang berhembus dan berhasil menembus kulitnya begitu saja.
Pak Bim menatap Mey sesekali, ingin mengawali pembicaran. Namun, tidak tahu harus dari mana? Rasanya setiap menatap Mey, ia ingin berterimakasih atas takdir tuhan yang mempertemukan ia dengan Mey.
Hari sudah mulai larut, keduanya masih asik menikmati pemandangan kota dari atas. Semua terlihat, padatnya kota, kendaraan yang berlalu lalang, lampu penerang disetiap jalan dan kehidupan yang terjadi dikota ini.
"Mey??"
Mey menolehkan pandangannya tepat kesamping kanannya, terlihat seorang pria yang tengah menatapnya kali ini. Mey tersenyum kearahnya, pria itupun membalasnya dengan senyuman seadanya.
"Terimakasih"
Tangan Pak Bim mengambil tangan Mey, dan menggenggamnya dengan erat. Tak ingin sama sekali melepasnya. Tatapan Pak Bim pun tak ingin lepas dari Mey.
"Dulu saya sangat membenci cinta, menurut saya cinta adalah sakit."
"Cinta yang membuat keluarga saya hancur"
"Cinta yang membuat kehidupan saya menjadi gelap, Cinta yang telah menghianati saya, Cinta juga yang sudah meyakinkan saya bahwa hidup tidak harus dengan cinta"
"Saya begitu percaya dengan cinta, sampai akhirnya cinta mengkhianati saya"
"Membuat keluarga saya hancur, saya sangat ingin memberi tahu kamu tenang hal ini"
"Saya tidak ingin ada yang saya rahasiakan"
Mey melepaskann genggaman Pak Bim dengan perlahan, menundukan kepalanya. Matanya mulai perih, dadanya terasa sesak, sungguh bukan ini yang ingin dia dengar. Sekarang, giliran Mey yang menggenggam tangan Pak Bim. Tau, bahwa Pak Bim sangat membutuhkan genggaman kali ini.
Tangannya terasa dingin, mungkin karena cuaca. Mey mencoba menenangkan Pak Bim.
"Saya sangat takut dengan pantai, kenapa?"
"Karena dipantailah kejadian itu terjadi. Mey kau tahu? Dulu keluarga ku adalah keluarga yang sangat bahagia. Keluarga saya adalah keluarga yang lengkap, ayah, ibu dan saudara. Ayahku adalah pengusaha sukses diera nya, dia adalah pahlawan bagi keluarga saya. Dia terlihat sangat menyayangi ibu, begitupun ibu sangat menyayangi ayah."
"Sampai akhirnya itu terjadi, ayah meninggalkan ibu karena alasan dia mencintai wanita lain. Saudara saya mengalami kecelakaan yang sangat parah, sehingga mewajibkan ia untuk menjalani perawatan diluar negeri"
Mey menggenggam lebih kencang tangan Pak Bim, dia tidak akan membiarkan hal sulit menimpa Pak Bim lagi.
"Hanya ayah yang bisa membawa Gilang pergi untuk pengobatan, sampai detik ini saya tidak pernah melihat adik saya lagi. Dan mungkin mereka sudah hidup bahagia disana"
"Ini yang membuat saya tidak percaya dengan cinta, sampai akhirnya kamu meyakinkan saya bahwa cinta tidak seburuk yang saya pikirkan"
Mey tersenyum mendengar perkataan Pak Bim, pipinya mulai terasa panas sekarang. Pujian itu membuat jantung Mey kembali merasakan sensasi yang luar biasa dari Pak Bim. Mey melepaskan tangan Pak Bim, merasa malu. Mey berdiri dari kursi yang ia duduki bersama Pak Bim tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Different [TAHAP REVISI]
Teen Fiction[Selesai] DiFollow dulu yaaa..☺ . Seseorang bisa saja terlihat sempurna secara fisik. Tapi, tidak semua orang melihat kesempurnaan dari fisik. Mungkin, aku adalah salah satunya. Aku melihat seseorang dari matanya. karena, mata yang akan menjelaskan...