15. Kepergian

846 63 14
                                    

.
.
.
Ayah langsung membopong Gilang, tanpa menghiraukan kan aku yang sempat dia dorong hingga aku tersungkur.

Dan ibu menangis, dia menghampiriku dan membangunkanku. Aku rasa dia mencemaskanku juga.

"Apa kau baik-baik saja Bim?" Tanya ibu.

"Aku baik bu, ayo kita bawa Gilang kerumah sakit bu" ajakku.

Ayah membawa Gilang kerumah sakit, aku dan ibu mengikuti ayah. Aku tak henti-hentinya menangis, begitu juga dengan ibu dia sangat terpukul saat ini.

****

Suasana sangat tegang kali ini, ayah yang terus-terusan berjalan kesana kemari menunggu hasil dari dokter.
Dan ibu yang sedari tadi memelukku dan berdoa agar Gilang baik-baik saja.

"Kenapa kau pergi kepantai? Dan membawa anak-anak kesana?" Tanya ayah sedikit menggunakan nada tinggi.

"Kau yang menyuruh kami kesana!" Ucap ibu.

"Lantas kenapa kau menyalahkan ku" lanjut ibu.

Aku melihat keduanya secara bergantian, semuanya salahku.
Kenapa aku tidak menunggu Gilang mengikatkan tali sepatunya, kenapa aku tidak membantunya saat itu??

"Dan kau Bim, kenapa kau membiarkan adikmu di tengah jalan seperti itu"

"Aku berusaha menyuruhnya untuk kepinggir jalan yah, tapi dia menyuruhku untuk meleray kalian berdua" jelasku.

"Jika sampai terjadi apa-apa dengan Gilang aku tidak akan pernah memaafkan kalian berdua" ucap ayah.

Dan baru kali ini aku merasa sakit yang begitu dalam, memang aku yang salah, aku pantas mendapat ini dari ayah.

"Sudah cukup yah!! Bim masih kecil,dia ngga tau apa-apa"

"Ayah denger? Bim sempat menyuruh Gilang untuk tidak ditengah jalan"

"Sudah,Semuanya sudah terjadi. Ngga ada yang harus disalahkan"

"Lebih baik ayah pergi, dan urus saja perempuan tadi" ucap ibu.

Sontak tangan ayah hendak memukul ibu, tetapi aku langsung memeluk ibu. Aku tidak bisa melihat wanita yang sangat aku sayangi disakiti oleh seseorang yang tak lain ayahku sendiri.

Ayah langsung memisahkan ibu dari pelukanku, ayah mendorongku hingga aku terjatuh kelantai dan manarik ibu dengan kasar.

"Dia anak saya!! Jadi saya akan menemani dia sampai dia sembuh, dan kamu tidak ada hak untuk mengusir saya" ucap ayah sedikit teriak.

"Lantas siapa Bim?? Ada hak kamu untuk berbuat kasar sama anakmu juga" tanya ibu, ayah melihatku yang sedang memegangi lututku.

Pandangannya tidak seperti seorang ayah kepada anaknya, ayah benar-benar membenciku sekarang.

"Dia yang menyebabkan Gilang seperti ini!!"
Ucap ayah sambil menunjukku.

Hati ku sangat hancur mendengar perkataan ayah, aku tidak bisa mendengarnya lagi. Aku meninggalkan ayah dan ibu yang masih bertengkar.

Aku menuju taman rumah sakit, meluapkan semua kesedihan ku disana, dan berdoa agar Gilang baik-baik saja.

Beberapa menit kemudian ibu datang menghampiriku,

"Bim?" Ucapnya lirih.

Ia duduk disampingku memelukku sangat erat, dia tahu aku sangat terpukul atas kejadian tadi.

You Are Different [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang