25. Hari sakral

807 56 10
                                    

Pak Bim dan Mey sepakat untuk pergi jalan-jalan hari ini, waktu weekend memang asik diisi dengan liburan bersama orang terkasih. Entah itu keluarga, pasangan ataupun sahabat.

Tapi kali ini, Mey diajak oleh Pak Bim ketempat dimana banyak sekali permainan. Hari ini, mereka akan bersenang-senang. Melupakan sejenak permasalahaan yang dihadapi keduanya.

Pak Bim sempat mengajak Ibunda Mey ikut, tapi sayang dia sedang ada kerjaan yang tak bisa ia tinggalkan. Mey juga sempat mengajak Eca, tapi Eca tidak mau ikut karena takut menjadi nyamuk nantinya.

Mey dan Pak Bim berada diperjalanan, sekarang. Menikmati keramaian kota ini, kota yang sangat ia cintai.

"Pokonya Mey harus naik semua wahananya" ucap Mey tiba-tiba. Membuat pria disampingnya langsung melihat ke arah suara itu muncul, tepat disampingnya sekarang. Sosok wanita cantik, manis dan polos sedang berada bersamanya. Pria itu berhasil membuat seorang bidadari yang sempat tersembunyi dibalik tubuh besarnya kini dapat menjadi miliknya.

Sungguh, hal ini yang Pak Bim bayangkan dulu saat pertama kali melihat keberanian Mey. Perasaannya muncul begitu saja, saat melihat Mey dengan berani membungkam semua orang yang menghinanya dengan kemampuan ia.

"Hmmm" balas Pak Bim.

"Hmm apa??"

"Iya kita akan naik semua wahana yang ada disana" ucap Pak Bim. Dia tidak ingin mengambil pusing perkataan Mey, cukup mengiyakan saja Mey akan bahagia.

"Bener ya??"

"Jangan bohong" ucap Mey, tak yakin dengan pria itu. Mey sangat suka dengan permainan, dulu saat badannya besar ia sempat kesulitan naik beberapa wahana yang diukur secara berat badan.

"Hmmm.."

"Hmm aja terus, sampe jadi intronya Nisya Sabyan" Mey cukup kesal dengan jawaban Pak Bim tadi. Dia membalikan tubunya membelakangi Pak Bim dan melihat ke arah jendela. Menikmati alam yang terpampang nyata dikaca Mobil.

"Marah?" Ucap Pak Bim, ia merasa tidak enak dengan apa yang ia katakan kepada Mey tadi.

"Ngga, kenapa harus marah kan Mey bukan siapa-siapa Bapak"

"Kenapa jawabnya gitu? Emang kalau mau marah harus jadi siapa-siapa dulu?" Jawab Pak Bim.

"Bapak!!"  Ucap Mey sedikit teriak, dia benar-benar kesal. Seharunya Pak Bim tidak becanda saat Mey sedang serius.

Bukan serius sih, lebih ke ngasih kode

Yaelah apaan sih nih author:v

"Ya udah maaf" Omongan Pak Bim sedikit lirih, melihat Mey yang benar-benar kesal sekarang. Ia tidak ingin menghancurkan mood Mey kali ini, ini hari yang akan menjadi sejarah penting. Dan ia tidak akan menghancurkannya.

Mey dan Pak Bim sudah sampai ditempat yang mereka tuju, Mey keluar dari mobil dan nampak takjub dengan keadaan disini. Semua wahana terlihat sangat menantang dan ingin sekali Mey coba.

Pak Bim keluar dari mobil, menghampiri Mey yang tengah asik meneliti setiap sudut wahana yang ada disini.

"Mau langsung naik?" Dengan sigap Mey menganggukan kepalanya, Pak Bim sangat gemas melihat tingkah Mey.

"Mau yang mana dulu?"

Mey menggigit bibir bawahnya, mulai berpikir wahana apa yang akan ia naiki terlebih dahulu. Ada banyak sekali wahana disini, dan dia harus mencobanya satu persatu.

"Bagaimana kalau rollercoaster?" Ucap Mey sangat berantusias.

"Serius?"

"Ya. Ayo" Mey menarik tangan Pak Bim, membawanya menuju wahana rollecoster. Wajah Pak Bim memucat seketika, mengingat dia sangat takut dengan wahana ini.

You Are Different [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang