[19] Trouble

669 36 1
                                    

Perkelahian antara Niko dan Rivaldo telah menjadi perbincangan di sekolah saat ini, semua murid membicarakan mereka dan parahnya adalah semua murid menatapku saat tengah berjalan di koridor sekolah. Aku bisa melihat tak jarang di antara mereka banyak yang berbisik saat melihatku. I know. Mereka pasti membicarakanku dan aku tau mereka menyangkut pautkan perkelahian antara Niko dan Rivaldo pasti karena aku.

Aku harus mencari mereka berdua dan bertanya apa yang terjadi antara mereka berdua.

Aku melihat sosok seorang laki-laki yang sangat aku kenal. Aku pun menghampirinya, "Sini lo ikut gue." Kataku dan menarik orang itu. 

"Lun, kenapa lo narik gue ke bawah tangga?"

"Dimana temen lo?"

"Temen gue yang mana?"

"Viko! Lo gak usah pura-pura bego deh."

"Oh... Lo cari Rival." Kata Viko dengan tersenyum sinis.

"Iya! Dimana temen brengsek lo itu."

"Dia gak sekolah." Viko pun mengangkat bahunya, seperti tak peduli.

Aku terdiam. "Rival gak sekolah? Terus gimana dong? Gue kan mau ngobrol sama dia." Batinkum

"Lun, udah kan? Gak ada yang mau lo tanyain lagi ke gue, gue pergi ya." Kata Viko dan berjalan pergi.

"Apa Rival di skors? Atau dia emang gak mau sekolah?" Batinku.

Aku pun melangkahkan kakiku lagi di koridor sekolah, aku berjalan dengan pelan sambil memikirkan diriku sendiri. Kenapa begitu banyak masalah yang hadir di kehidupanku, rasanya aku sudah begitu lelah untuk menghadapi begitu banyak masalah dan aku rasanya sudah capek karena begitu sabar dengan semua sikap buruk orang-orang yang datang kepadaku. Ya, selama ini aku bersikap sabar dan diam saja bila ada orang yang mencaci dengan begitu banyak perkataan yang tak enak di dengar. Tapi sekarang! Aku gak akan diam lagi, aku akan berani berontak dan melawan mereka yang terus mem-bully-ku. Aku harus berani! Cukup sudah selama hampir 3 tahun ini aku di SMA. Aku sudah cukup banyak mendengar perkataan yang kurang nyaman di dengar. Aku gak mau diam lagi.

"Lun!"

"Luna!"

Aku yang mendengar suara teriakan itu pun menoleh dan melihat ke arah suara teriakan itu.

"Lun, lo kemana aja sih?" Tanya Nana dengan wajah lelah.

"Gua tadi cuman keliling sekolah aja kok."

"Heh! Lo gak bosen apa kelilingin nih sekolah? Gua aja bosen tiap hari datang ke nih sekolah." Kata Ola.

"Wih ngeri, songong bet lu." Kata Nana.

"Udah ah. Yuk, kita ke kelas." Ajakku.

"Pulang sekolah nanti aku akan pergi ke rumah Niko." Batinku.

***

Kini aku sudah berada di depan pagar rumah yang di penuhi dengan berbagai tanaman yang begitu cantik - cantik. Rumah ini adalah rumah Niko, aku harus bertemu dengannya dan membicarakan apa yang terjadi antara Niko dengan Rivaldo, banyak anak - anak di sekolah bilang mereka berkelahi ada sangkutannya denganku. Maka dari itu aku harus mencari tau tentang semua ini.

"Permisi!"

"Assalamualaikum."

Setelah aku berkali - kali mengucapkan salam, keluarlah seorang perempuan manis dan menghampiriku di depan pagar. Aku kenal dia! Dia kan cewek yang beberapa kali ini terlihat selalu dekat dengan Niko.

Perempuan itu tersenyum, "Wa'alaikumsalam. Maaf lama ya." Katanya.

Aku pun membalas senyumannya, "Iya gak papa."

"Mau ketemu Niko ya?" Aku hanya membalasnya dengan anggukan.

"Ayo. Silahkan masuk." Perempuan itu pun membukakan pagar rumah Niko.

"Ah iya, kita belum kenalan ya? Aku Rara." Ucapnya dan mengangkat tangannya untuk bersalaman denganku, aku pun membalas mengangkat tanganku untuk bersalaman dengan tangannya, "Nama gue—"

"Aluna kan. Aku tau." Sambungnya.

"Lo tau gue?" Kataku dengan menunjuk diriku sendiri.

Rara hanya tersenyum, lalu menaiki anak tangga dalam rumah Niko.

"Itu cewek seenak jidat aja jalan di dalam rumah orang, naik keatas tangga? Eh... Bukannya itu arah kamar Niko ya."

"Niko! Lo harus ketemu sama Aluna."

"Gue gak mau, Ra. Lo gak usah maksa deh."

"Tapi Niko! Gue yakin lo pasti kangen Aluna, kan? Lo mau ketemu dia kan? Gengsi kan lo."

"Diem deh lo, gak usah banyak bacot! Sana, mending lo pulang!!!"

"Niko gak mau ketemu gue. Oke gak papa, gue gak bakal nyerah."

Buk

"Nikoooo!!! Lo sialan."

Kumelihat Rara berlari menuruni anak tangga dengan wajah kesal.

"Emm... Aluna, maaf ya Niko lagi gak mau diganggu." Kata Rara.

"Oh... Iya, gak papa kok, Ra. Kalau gitu gue pulang ya."

"Ayo biar gue anter ke depan pagar." Kata Rara.

Ketika sampai di depan pagar.

"Luna, sekali lagi maaf ya Niko nya gak bisa di ganggu, lagi sensian dia."

Aku hanya tersenyum, "It's oke. Mungkin dia kecapean."

"Kalau gitu gue pamit pulang ya. Salamin ke Niko." Kataku dan berjalan menjauhi rumah Niko.

"Hari yang panjang sekali, melelahkan."

***

Kamu tidak bisa menenangkan badai, jadi berhentilah mencobanya. Apa yang dapat kamu lakukan adalah menenangkan diri. Badai akan berlalu.

-Aluna, Dilema-

DILEMMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang