[22] Niko Pergi Ke Sydney

313 14 0
                                    

2 bulan kemudian...

Aku menyerah sebulan yang lalu, aku memilih berhenti di saat mendekati ujian. Aku gak mau mengganggu waktu belajarku karena terus memikirkanmu dan membuatku gagal di kelulusan nanti, karena aku ingin masuk universitas yang aku mau.

Terlebih lagi, sepertinya kamu sudah benar-benar melupakanku ya, aku diam dan kamupun diam dan juga kamu lebih banyak menghabiskan waktu dengan perempuan itu, Rara. Sepertinya, dia jauh lebih baik dariku ya, maka dari itu kamu selalu dengannya dan sepertinya kalian memiliki hubungan yang lebih. Aku bisa apa bila sudah begitu? Lebih baik aku mundur kan?

Kali ini, aku mengerti apa yang kamu rasakan disaat aku selalu mendorongmu menjauh, rasanya sakit ya, aku saja rasanya ingin berhenti sejak di awal tapi karena aku mengingat pengorbananmu dulu aku bertahan sampai saat ini. Namun, sepertinya sekarang aku lebih baik mundur saja, aku lelah Niko, ini berat banget. Aku capek harus selalu menangisimu, aku capek harus terus melihatmu bersama Rara, aku udah gak bisa pertahanin kamu, maafin aku.

Niko, walau hati ini capek untuk terus pertahankan kamu tetapi rasa cinta ini akan selalu ada buat kamu. Gak mudah buatku untuk bisa sampai ke titik dimana aku pada akhirnya bisa jatuh cinta sama kamu, rasanya bahagia ya bisa mencintai orang yang rela mengorbakan rasa cintanya agar bisa membuat orang yang dia cinta bahagia. Kini, aku merasakannya, aku merasakan menjadi kamu. Apakah ini karma untukku? Tapi tak apa, karma yang kudapatkan ini telah membuatku bahagia dan mengerti, seharusnya aku bisa menerima cinta dengan baik dan menjaga cinta dari orang sebaik kamu dengan baik, bukannya malah melepaskannya. Ini adalah karma terbaik yang aku dapatkan, Niko.

Niko, untuk pertama kalinya aku akan menyatakan kalimat yang dulu selalu kamu tunggu dan bahkan kalimat ini yang dulu selalu kamu nyatakan ke aku, kini aku akan membalasnya. "Niko, aku Aluna mencintaimu dengan nyata tanpa ada kebohongan di dalamnya, aku mencintaimu dengan tulus dan apa adanya tanpa menuntut apapun. Niko, terima kasih sudah pernah mencintaiku dengan tulus bahkan rela tersakiti oleh perasaan yang tak terbalaskan, terima kasih sudah pernah mau bertahan walau selalu mendapatkan sakit dan kecewa. Terima kasih sudah pernah menjadi seorang pahlawan yang terbaik dan terkeren selama ini, terima kasih pula sudah mau mencintai perempuan bodoh sepertiku ya. Kamu hebat Niko, kamu bisa bertahan dengan perempuan bodoh sepertiku, kini aku merasa beruntung karena pernah dicintai olehmu. Maafkan aku yang baru saja menyadari betapa pentingnya dirimu, betapa berharganya dirimu, betapa cintanya dirimu padaku, maafkan atas segala kesalahanku Niko. Aku sungguh mencintaimu, Niko. I love you, forever."

***

Kini aku dan Niko sudah tak pernah bertemu. Setelah acara kelulusan, Niko menghilang dan tak pernah kulihat lagi. Aku benar-benar lost contact dengan Niko karena ya, aku tak pernah menghubunginya juga.

Aku sudah mendaftar kuliah dan mendapatkan kuliah di Universitas Indonesia, aku mengambil jurusan Ilmu Kedokteran. Ini adalah cita-citaku, aku ingin menjadi dokter dan dulu yang selalu menyemangatiku adalah Niko. Aku dan Niko sama - sama ingin menjadi dokter, dan sekarang lagi-lagi aku merindukannya.

Ting tung ting tung

Widiaw😻

Widia : lu dmn?

Aluna.w : drmh, knp?

Widia : ok gw otw rmh lo sma anak2

Aluna.w : ok sheyeng.

Aku bisa berbahagia saat ini, karena aku masih bisa bersahabat dengan ketiga sahabatku, bahkan kami satu kampus walau kami berbeda jurusan. Widia mengambil jurusan manajemen, Nana mengambil jurusan ilmu hukum dan Ola mengambil jurusan ilmu ekonomi. Walau berbeda jurusan setidaknya kami masih bisa bertemu dan masih bisa menghabiskan waktu bersama-sama.

***

Aku memasuki mobil Widia, ketika Widia sampai di depan rumah.

"Wid, emang kita mau kemana sih?"

"Lun, udah deh lu diem aja, kagak usah banyak bacot. Pasang sabuk pengaman lo, karena kita bakal ngebut dan lo bedua di belakang pegangan ya, gua mau ngebut nih." Widia langsung saja tancap gas.

Selama dalam perjalanan yang ada hanya keheningan, setiap aku bertanya kepada Widia, Nana maupun Ola mereka hanya menyuruhku duduk dengan tenang saja.

Aku kaget ketika mobil Widia menuju ke bandara. Untuk apa kami kesini?

"Ngapain kita ke bandara?" Tanyaku bingung.

"Mau beli ikan." Kata Ola, "ya, enggak lah Lun, kita ke sini mau mengucapkan salam perpisahan buat sahabat kita di sekolah." Lanjutnya.

"Siapa?" Tanyaku bingung.

"Banyak bacot ah, yuk buruan!" Widia pun menarikku untuk berlari mengikutinya.

***

Mataku menangkap sosok yang selama ini kurindukan akan kehadirannya, aku rindu lelaki ini. Niko, dia ada di bandara, jadi dia yang akan pergi. Kali ini, Niko akan pergi sungguhan, dia benar-benar akan meninggalkanku disini dengan perasaan yang terpendam sedalam-dalamnya. Niko akan pergi dengan membawa separuh hatiku yang ikut pergi dengannya.

Disana aku melihat Rara, ternyata sepertinya benar jika mereka benar-benar memiliki hubungan yang lebih, mereka adalah sepasang kekasih. Bahkan Rara begitu akrab dengan keluarga Niko, hubungan mereka sepertinya memang serius. Andai saja, yang berada di posisi Rara adalah aku, pasti aku akan bahagia sekali karena seperti yang kulihat saat ini, keluarga Niko sangat dekat dengan Rara bahkan terlihat menyayangi Rara. Aku iri sekali.

Niko memeluk Rara dan beserta keluarganya. Niko akan pergi, benar-benar pergi.

"Lun, ayo gabung sama teman-teman yang lain. Kita harus ucapkan salam perpisahan ke Niko." Kata Nana dan menarikku.

Aku hanya diam dan mengikuti langkah mereka.

"Niko!" Nana meneriakkan nama Niko.

Aku hanya bisa diam seperi orang bisu, aku bingung harus seperti apa.

Niko berjalan ke arah kami, dia menampilkan senyumannya. Senyuman Niko adalah senyuman kesukaanku, lembut, hangat dan menenangkan, setiap melihat senyumannya pasti ingin tersenyum juga seperti menular.

"Hai kalian."

"Nik, lo beneran mau pergi kuliah di Sydney?" Nana bertanya dengan wajah sedih.

Ah, aku juga sedih tapi... aku gak akan perlihatkan kesedihanku ini.

"Iya, gua kuliah di Sydney."

"Kok lo gak pernah cerita sih sama kita-kita, tau-taunya lo udah mau pergi aja." Kata Widia, ia pun memukul lengan Niko. Niko tertawa kecil menanggapinya.

"Gua awalnya iseng doang, nge-tes daftar di Sydney. Eh, ternyata keterima dong, ya namanya rezeki masa gua tolak, ya gak?" Niko sempat melirik ke arahku.

Rezeki ya, rezeki atau kamu memang berniat menjauhiku dengan cara seperti ini.

Sydney tidaklah dekat, itu jauh sekali Niko. Kamu benar-benar mempersiapkan tempat yang jauh sekali ya agar tak bertemu denganku lagi.

***

Kini kamu tak hanya mendorong tetapi juga menendangku dari kehidupanmu, rasa sakitnya kini berkali-kali lipat lebih sakit.

-Aluna, Dilema-

DILEMMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang