[26] Calvin Ola

277 10 0
                                    

Sudah sekitar kelima kalinya Ola menghela nafas dan hal itu tak luput selalu diperhatikan oleh Widia dan Nana.

Merasa heran dengan kelakuan sahabatnya kedua gadis itupun mencoba bertanya.

"Kenapa sih lu?" Tanya Nana.

"Iya, lu kenapa dari tadi ngehela nafas mulu?" Tanya Widia.

"Gua tuh sebel sama Calvin!" Pekik Ola dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Alasannya lu sebel sama dia kenapa?" Tanya Widia dengan mendekatkan posisi duduk mereka.

Saat ini, mereka sedang berada di cafe dekat kampus, biasanya mereka kesini untuk menikmati berbagai macam dessert.

"Gua kemaren gak sengaja ketemu Calvin di H&M sama cewek waktu gua jalan sama Mama gua." Kata Ola dan memasang wajah cemberutnya.

Widia dan Nana hanya menghela nafas.

"Gua kesel banget! Gua gak nyangka Calvin tega banget sama gua, dia bilang dia sayang banget sama gua tapi..." Ola memberi jeda. Ia mengehela napas pelan. "Huh, dia gak bener-bener sayang gua."

Widia dan Nana hanya bisa diam, mereka bingung dengan permasalahan antara Ola dan Calvin. Pasalnya, Ola dan Calvin selama terakhir ini memang dekat dan bahkan selayaknya orang pacaran tetapi diantara mereka berdua tidak ada status yang jelas.

"La," Ola yang sedari tadi menundukkan kepalanya pun menatap menghadap Widia. "Lo sama Calvin itu cuman teman bukan pacaran. Lo gak bisa larang dia buat gak berdekatan sama orang lain, lu harus sadar itu. Posisi lu disini bukan siapa-siapanya dia. Kalau dia bilang sayang ke lo, bisa saja kan sayang sebagai seorang teman bisa juga dia anggap lu kayak saudaranya. Bisa aja lo selama ini BAPER KE CALVIN." Widia berkata dengan menekan kata terakhirnya.

Ola menggelengkan kepalanya, "perasaan gua tuh yakin kalau Calvin punya perasaan yang sama kayak gua."

"Perasaan lo doang itu mah." Kata Nana dan menggelengkan kepalanya.

Suara ponsel pun memecahkan obrolan mereka, handphone Ola berbunyi dan tertera nama "Calvin Harris" dilayar handphone nya.

"Angkat aja, mungkin dia bingung lu dari kemarin gak balas pesan dari dia ataupun telpon dari dia." Kaya Nana meyakinkan.

"Gue kesel sama dia, gue gak mau ngomong sama dia." Kata Ola dan kini ia menangis.

Widia merangkul Ola, "La, jangan gini ah, lo harus obrolin berdua Calvin soal ini."

"Pasti sekarang Calvin khawatir sama lo, soalnya lo gak ada kabarin dia dari kemarin." Kata Nana.

Ponsel Ola masih saja berdering tak hentinya. Maka Ola pun mulai mengangkat telpon dari Calvin.

"Ha-"

"Olaaa... kamu kenapa gak balas pesan dari aku? Telpon aku juga dari tadi gak kamu angkat, kamu kenapa? Kamu baik-baik aja kan, aku khawatir."

Ola menahan tangisnya yang akan pecah sebentar lagi, entah mengapa mendengar suara Calvin yang khawatir ia menjadi lemah seperti ini. Seolah-olah ia tak ingin kehilangan sosok lelaki penuh canda dan  perhatian itu. Calvin adalah lelaki yang bisa membuat Ola selalu tertawa, penuh perhatian, selalu sabar menghadapi Ola yang terlewat bodoh terkadang bahkan lambat.

"La? Are you there? You okay?"

"I'm okay."

"La, aku ada salah ya? Kok kamu kayaknya cuekin aku dari kemaren."

"Aku sibuk dan gak ada pegang hp dari kemaren, baru ini cek hp."

Tentu saja Ola berbohong.

"La, kamu selesai kuliah jam berapa hari ini?"

DILEMMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang