(3) WHO ARE YOU?

508 92 3
                                    



Kami kembali ke dalam kelas dalam keheningan. Lagi. Saat sampai di kelas, pertengkaran yang sebelumnya telah usai. Dua gadis dan ketua kelas kami tidak terlihat di dalam kelas, aku yakin mereka sekarang sedang berada di ruang guru.

V duduk di bangkunya, aku pun begitu. Tentang percakapan kami yang sebelumnya, dia hanya menanggapiku dengan santai. Katanya dia ingin mencobanya, tinjuku, tapi itu berarti bahwa kami harus saling membunuh satu sama lain sampai ada yang mati. Katanya dia bisa saja mati karena aku.

"Apa kau takut mati?" tanyaku.

Dia diam.

"Manusia saling membunuh, itu artinya akan ada yang mati pada akhirnya." lanjutku.

"Aku takut mati." jawabnya.

Aku terkejut. Seseorang yang selalu mengatakan tentang bunuh membunuh mengatakan bahwa ia takut mati sekarang. Apa dia sedang bercanda?

Setelah itu tidak ada percakapan lagi dan kami kembali ke dalam kelas. Pintu kelas dibuka dan Ai masuk ke dalam kelas. Sambil berkacak pinggang dia menuju bangku kami. Dia mendengus kesal.

"Hei kalian para pecundang, apa yang kalian lakukan?" teriaknya.

"Ehh?"

V hanya diam.

"Kalian pe-cun-dang." katanya lagi.

"Aishhh." Aku benci seperti ini. Aku menyandarkan kepalaku di meja dan menutupi bagian atas kepalaku dengan buku seadanya.

Di sisi lain V masih setenang biasanya. Dia masih bersandar pada kursinya.

"Ah, kalian berdua ini benar-benar cocok. V, sepertinya kau menemukan teman yang cocok denganmu." kata Ai lalu kembali ke bangkunya.

Apa sih maksudnya itu? Kenapa aku harus cocok dengan V? Apa karena kami sama-sama jarang berbicara dan berinteraksi? Teman katanya, huh? Andai saja kami memang berteman. Aku tidak tahu orang macam apa V itu, benarkah dia manusia?

Saat pelajaran berlangsung, V berbisik di telingaku, "Ada yang mati."

****

Seseorang mengetuk pintu kelas beberapa saat kemudian. Ibu guru yang sedang mengajar di depan kelas dipanggil keluar, lalu beliau buru-buru masuk ke dalam kelas lagi untuk meletakkan spidol yang dipegangnya, kemudian dengan panik segera keluar kelas lagi. Anak-anak di kelas lain mulai ribut, begitu pula kelas kami. Ai, si ketua kelas keluar kelas dan setelah beberapa saat dia masuk ke dalam kelas lagi dengan raut wajah yang sedih, panik, dan bingung. Anak-anak di dalam kelas mulai ribut.

"Ada apa?"

"Ada apa?"

"Ada apa?"

Begitulah mayoritas murid di kelas kami bertanya pada Ai.

"Sonia-" Katanya lirih.

Sonia? Ah, dia adalah gadis dengan keriting gantung yang tadi sempat bertengkar.

"Sonia mati." Kata Ai pada akhirnya.

Ap- apa yang baru saja dikatakannya? Aku langsung menoleh pada V dan matanya telah lebih dulu menangkap mataku.

Ai menjelaskan bahwa Sonia baru saja ditemukan tak bernyawa di halaman gedung sebelah, sepertinya dia lompat dari atas gedung itu, meskipun saat ini semua itu belum pasti. Apa-apaan ini, V sama sekali tidak bercanda saat mengatakan kalau ada yang mati tadi. Bocah ini, tahu dari mana dia?

Semua pertanyaan di kepalaku tergambar jelas dalam tatapan mataku. V belum mengatakan apa-apa. Dia ini sebenarnya apa? Aku tidak memedulikan keadaan ribut di sekelilingku. Banyak anak yang tidak percaya, panik, dan ribut sendiri. Sebenarnya aku pun begitu, tapi saat melihat mata V, aku tidak tahu, rasanya semuanya menjadi jelas.

Srekkkkkkkk.

Suara kursi tergeser.

Aku menarik kerah baju V, mata kami masih saling tatap, "Who are you?

Suaraku bergetar.

*****


AKRASIA [VKOOK] -- [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang