(12) Finally 1

361 68 36
                                    

Hoi~ 

Kata @hime_army97 author updatenya lama, mian :p Sebenarnya chapter ini tuh agak panjang dan nggak asik kalau dibuat LDR alias beda chapter, tapi ternyata emang kepanjangan, so terpaksa author jadiin dua part ya chapter ini *asal nggak misahin dua insan yang lagi jatuh cinta aja, so far sih oke ya :p mian juga buat @IncessKyungie_96 karena ngungkap siapa V jadi lama :v

happy reading


Kupikir aku perlu bertemu langsung dengan Hoseok ssaem, tapi V melarangku, katanya sudah tidak ada waktu lagi. Kami harus lebih cepat dari polisi katanya, kalau tidak, mungkin akan ada nyawa yang melayang lagi. Ya ampun, semoga dia hanya bercanda dengan kata-katanya itu. Aku sama sekali tidak mau membayangkannya, itu mengerikan. Bermain-main dengan nyawa orang itu mengerikan, tahu?!

Aku melirik Jin sebentar, menimbang-nimbang apakah kami perlu menginterogasinya juga atau tidak. V menatapku dan Jin secara bergantian, sepertinya dia tahu apa yang sedang kupikirkan. Aku takut Jin tersinggung. Menurutku, dia lebih sensitif daripada kelihatannya.

"Kau lunasi dulu semua hutang-hutangmu, baru kita selesaikan." usulku.

"Hal ini tidak ada hubungannya dengan hutang-hutangku, dasar bodoh." jawabnya.

Bagaimana bisa hal ini tidak ada hubungannya dengan hutang-hutangnya, semua masalah hutang itu akan berpengaruh pada emosi, kau tahu?! Aku tidak tahu kenapa, tapi aku lebih khawatir pada masalah hutang itu daripada keterlibatan Jin dengan kasus ini.

V berjalan mendekati meja Jin dan aku mengikutinya.

"Jin?" panggilnya.

Jin mendongak, wajahnya polos orang dewasa dan aneh rasanya kalau sampai dia juga ikut terlibat.

Aku berjalan mendahului V dan menyodorkan sejumlah uang pada Jin, "Minumannya aku yang bayar." kataku.

V menatapku datar, dia seolah tidak peduli dengan urusan bayar-membayar ini. Apa dia memang selalu seperti itu?!

Jin tidak menyentuh uang kami, dia hanya tersenyum sebentar kemudian menatap kami secara bergantian.

"Kalian benar-benar mengingatkanku pada kami yang dulu." katanya.

Aku dan V duduk di depan Jin. Aku bisa melihat kerinduan di matanya saat dia mengatakan hal itu.

"Siapa yang kau maksud?" tanya V.

Hal yang sama yang ingin kutanyakan seandainya dia tidak menanyakannya lebih dulu.

"Namjoon dan aku." jawab Jin sambil meletakkan kemeja Namjoon ssaem di meja di hadapan kami.

"Pasti salah satu di antara kalian ada yang gila." kataku menimpali.

Jin terkekeh sementara V diam saja.

"Dia dulu juga sangat emosional seperti dirimu, JK." katanya

Astaga, jadi yang gila justru Jin?!

"Kami dulu sangat dekat." lanjutnya.

"Berarti kami sama sekali tidak mirip dengan kalian." ucapku.

Jin mengernyitkan kening.

"Kami sama sekali tidak dekat." lanjutku.

Jin tersenyum kecil menanggapi ucapanku, "Kami dulu juga tidak sadar kalau kami sangat dekat." ucapnya.

"Aku tidak mau dekat-dekat dengannya, dia yang mendekatiku!" dan akupun kaget sendiri mendengar perkataanku barusan.

V yang duduk di sebelahku menyeringai seperti biasanya, "Bukannya kau yang terobsesi pada diriku, huh?"

Tidak mungkin. Tapi aku diam saja, tidak ingin menyangkalnya. Sejujurnya, aku ini hanya ingin tahu dan penasaran setengah mati tentang siapa sebenarnya dia, apakah itu bisa disebut dengan obsesi?

Jin tersenyum melihat kami, sepertinya dia benar-benar merindukan masa lalunya. Bukankah saat ini mereka masih dekat seperti dulu, apa yang dirindukannya dari Namjoon ssaem, mereka bisa saling bertemu, bahkan dia sempat mengatakan kalau Namjoon ssaem sering datang ke kedainya, kan?

"Memangnya kalian sekarang sudah tidak dekat lagi?" tanyaku memancing.

"Tidak juga." katanya, ia membuang nafas, "Kupikir aku hanya merindukan Namjoon yang dulu." lanjutnya.

Aku dan V diam saja, kami sama-sama menatap Jin. Mungkin ini adalah metode terbaik untuk mendapatkan keterangan dari Jin tanpa harus menginterogasinya secara terang-terangan. Biarkan Jin bercerita.

"Semua hal bisa berubah seiring berjalannya waktu, kau tahu. Begitupun dengan manusia, dan Namjoon pun juga sama. Dulu, kami sangat naif seperti kalian ini, suka bermain, suka tantangan, menghadapi masalah dengan enteng, tidak peduli apa kata orang, begitulah anak muda. Tapi, lama kelamaan Namjoon berubah, dia yang awalnya tidak peduli dengan wanita menjadi gila akan wanita. Dia suka mempermainkan banyak wanita. Dari situlah aku mulai merasa jauh dari dirinya." Jin mengakhiri ceritanya dengan menerawang entah kemana.

Menurutku, Namjoon ssaem cukup beruntung karena masih ada yang mengenangnya seperti itu meskipun sekarang dia telah berubah.

"Kenapa dia bisa berubah seperti itu?" tanya V.

"Berapa pacar yang dia punya?" tanyaku.

V mendelik menatapku. Oke, tenggelamkan aku saja sekarang juga, dari sisi manapun, pertanyaanku memang kedengaran bodoh.

"Sejak ibunya melarikan diri dari rumah bersama laki-laki lain, lalu ayahnya juga menikah lagi dengan perempuan yang usianya hanya dua tahun lebih tua dari Namjoon." Jin menghela nafas sebentar kemudian melanjutkan, "Kupikir wanita yang dia dekati sudah banyak sekali."

Oke, jadi pada intinya Namjoon ssaem itu balas dendam. Menurut pendapatku, sebenarnya dia itu sangat membenci wanita.

Sepertinya ini bisa menjadi motif yang cocok bagi Namjoon ssaem.

V mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja, dia juga memejamkan matanya, sepertinya dia sedang berpikir. Well, aku juga sedang berusaha untuk berpikir tapi gagal gara-gara melihatnya yang seperti itu.

Bagaimana bisa seorang laki-laki menjadi sangat cantik?

Aku mengalihkan perhatianku dengan mengamati kemeja Namjoon ssaem yang ada di meja. Aku mungkin bisa kehilangan jantungku kalau terus mengamati V lama-lama.

Kemeja itu kelihatan lusuh, mungkin belum dicuci setelah dipakai oleh pemakainya. Ugh, jorok sekali. Aku bisa melihat ada noda-noda gesekan hitam keabu-abuan di bagian lengannya. Seperti noda besi atau apalah, aku tidak yakin.

V berhenti mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja dan dia membuka mata. Matanya tampak berkilauan, rasanya aku ingin men--- menc--

coloknya.

"Jin, kau menyayangi Namjoon?" tanya V tiba-tiba.

Mata Jin membelalak, sepertinya dia tidak yakin akan menjawab apa, tapi akhirnya dia berkata, "Tentu saja. Dia sahabatku, tentu saja aku menyayanginya."

"Kau ingin dia kembali seperti dirinya yang dulu lagi?" V bertanya lagi.

"Aku hanya tidak ingin dia menyia-nyiakan hidupnya untuk menyakiti banyak wanita. Dia harus mulai hidup dengan benar." jelas Jin.

Sepertinya aku mulai mengerti bagaimana perasaan Jin.

"Baiklah, kalau begitu hubungi dan undang dia kemari, ada beberapa hal yang ingin kusampaikan." katanya.

"Kurasa dia juga akan kemari sebentar lagi untuk mengambil kemejanya." balas Jin.

"Bagus. JK, hubungi gadis cengeng itu dan suruh dia datang kemari secepatnya." perintahnya.

Aku tidak tahu apa yang direncanakannya tapi aku patuh saja dan segera menghubungi Fei seperti yang dia maksud.

"Sekarang JK, kencangkan sabuk pengamanmu karena sebentar lagi kita akan sampai di tujuan. Aku akan menjemput gadis yang satunya lagi." ucapnya kemudian meninggalkan kedai.

Aku dan Jin saling bertatapan, tidak tahu rencana apa yang sedang dikerjakan oleh V. Tapi, aku punya firasat bagus tentang hal ini. Aku percaya padanya.

***


AKRASIA [VKOOK] -- [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang