(9) WRECK

342 61 13
                                    

Aku tidak tahu V pergi kemana, waktu yang kami janjikan untuk bertemu kembali juga masih cukup lama. Tapi aku tidak punya tempat tujuan lain lagi, apalagi ini di dalam sekolah, bisa-bisa aku justru ketahuan membolos oleh guru jika berkeliaran tidak jelas. Jadi, aku memutuskan untuk menunggu V di atap yang tadi pagi saja.

Sesampainya di sana, aku menatap ke atap di sebarang, pita kuning polisi masih di sana, ada yang bekibar-kibar tertiup angin. Aku bersandar di tempat kami yang tadi pagi. Karena sudah cukup siang, rasanya aku tidak bisa membuka mataku akibat silaunya matahari.

Aku teringat percakapanku dengan V pagi ini, di tempat ini. Dia bilang dia hanya percaya padaku, bahkan pada polisi saja tidak. Apa yang dia ketahui tentang aku? Masa laluku? Kebiasaanku? Apa hanya karena itu dia percaya padaku?

Aku yang dulu memang gemar menggunakan tinjuku, berkelahi adalah makanan sehari-hariku. Tapi, aku tidak pernah menggunakan tinjuku untuk menekan mereka yang lemah. Aku selalu punya alasan dalam menggunakan tinjuku. Dan, satu hal lagi, aku tidak pernah berniat menggunakan tinjuku untuk membunuh seseorang.

V mungkin sudah tahu semua tentang diriku, tapi aku tidak tahu apa-apa tentang dirinya. Aku justru terjebak dalam teka-teki kematian Sonia demi mencari tahu hal itu, hal tentang V.

Ngomong-ngomong soal Sonia, aku menjadi semakin yakin bahwa dia tidak mungkin bunuh diri. Ai dan dr. Jimin adalah orang-orang terakhir yang melihat Sonia, dan mereka sama-sama mengatakan bahwa sikap dan ekspresi Sonia tidak menunjukkan adanya gejala pra-bunuh diri. Lalu, ada apa sebenarnya ini? Kenapa polisi menyimpulkan Sonia bunuh diri? Kasus ini ditangani oleh para polisi yang kompeten, mungkinkah ada kesalahan dalam penyelidikan mereka sehingga mereka membuat kesimpulan yang keliru?

V boleh saja mengatakan bahwa dia tidak percaya pada polisi, tapi rasanya aku juga tidak percaya kalau polisi sampai membuat kesimpulan yang salah. Ada sesuatu yang salah sepertinya, tapi aku tidak tahu apa itu. Mungkin kami harus segara menemui Fei terlebih dahulu. Aku sangat ingin tahu detail pertengkaran mereka. Soal orang yang mereka perebutkan, orang yang disebutnya brengsek, dan bisa jadi orang itu adalah penyebab dari semua ini. Orang yang tidak punya hati. Dia bukan manusia.

Aku harus membuktikan apakah orang itu masih punya hati atau tidak.

Setengah jam telah berlalu semenjak aku keluar dari ruang kesehatan. V muncul kemudian dengan membawa dua botol kola di kedua tangannya, dia melemparkan salah satunya padaku begitu jarak kami semakin dekat, kemudian dia menjatuhkan dirinya di sampingku.

Csssss.

Dia membuka botol kolanya dan langsung meneguknya. Dia menutup kedua matanya begitu terkena silau matahari. Dia menyenggolkan botol kolanya pada botol kolaku kemudian meneguk isinya lagi, kali ini sampai habis.

Hh, dia ini dari mana saja sampai kehausan seperti itu?

"Darimana saja kau?" tanyaku sambil membuka botol kolaku.

Dia menarik nafas, "Memastikan ini dan itu?" jawabnya seolah bertanya.

"Memastikan apa?" aku penasaran.

"Sesuatu yang salah. Bagaimana denganmu? Apa yang kau dapat?" dia mengubah topik pembicaraan seperti tidak ingin membahas hal itu terlebih dahulu.

Huh, dia selalu seperti itu, dia selalu menyisakan kepingan misteri dan teka-teki di dalam kepalaku. Aku kemudian menceritakan pembicaraanku dengan dr. Jimin tadi. Dia diam saja dan tidak berkomentar, kemudian dia tiba-tiba berdiri, “Kita harus menemui gadis itu.†ucapnya.

"Siapa?" aku mengangkat alisku.

Aku tahu siapa yang dia maksud, aku hanya ingin tahu kenapa dia tidak menyebut namanya saja agar lebih mudah.

AKRASIA [VKOOK] -- [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang