(11) LIAR

366 65 20
                                    

Hoi, hoi, author mau curhat dikit, ehemmm. Nggak curhat sih sebenarnya mau say thanks sama readers yang udah mau baca fanfic ini, meskipun kegajean bertebar dimana-mana. Big thanks buat yang sudah mau baca apalagi vomment, ya ampun adem banget tiap liat ada yang vomment meskipun sedikit. Jadi, guys, buat kalian yang vomment, uname kalian teringat jelas di kepala eneng, hehe *flying kiss ala Jin

***

V tersenyum miring. Matanya juga tersenyum. Lalu, ia mengusap kepalaku, sementara senyumannya masih menghias wajah tampannya. Aku belum pernah sedekat ini dengan siapapun, apalagi dengan V, dan jujur saja melihat seseorang dari dekat seperti ini membuatku sedikit gugup.

Aku berusaha menepis tangannya yang mengelus kepalaku, tapi tangannya yang lain menahan tanganku. V berbisik di telingaku, "Kau benar-benar sudah jatuh padaku."

Aku merinding.

Bisikannya seperti angin yang perlahan membungkus tubuhku dalam kedinginan.

Aku mendorong tubuhnya menjauh dariku. Aku menatap wajahnya dan dia sama sekali tidak berekspresi.

Aku tertawa dan V mengangkat alisnya.

"Kau yang sudah benar-benar jatuh padaku." kataku.

"V, aku tidak bodoh," lanjutku, "kau pikir aku benar-benar memikirkanmu sebagai seorang pembunuh?" aku bersandar pada kursiku.

V melakukan hal yang sama, kemudian dia memandang ke luar jendela dan tertawa, "Lalu kau memikirkanku sebagai apa?" tanyanya saat menoleh padaku.

Matanya seolah menggoda.

"Kau bukan pembunuhnya, tapi aku yakin kau berhubungan dengan sesuatu di baliknya." kataku tegas.

V bersiul. "Perjalananmu masih panjang untuk sampai di sana." katanya.

"Oke, kalau begitu katakan telah sampai di mana aku sekarang." kataku.

V menggoyangkan gelas minumannya lalu meminum isinya. Dia tidak segera bercerita, tapi justru memandang ke luar jendela lagi. Aku tidak tahu apa yang sedang dilihatnya, tapi yang jelas pikirannya sedang tidak berada di sini.

Aku harus cukup sabar untuk mendengarnya. Aku harus selalu sabar jika berhadapan dengannya. Sangat menyebalkan.

"Aku baru saja mendapatkan satu bukti lagi di sini. Itu menguatkan perkiraanku." katanya.

Aku mengerutkan alisku, "Di sini? Kau bercanda?"

V menyuruhku mendekat padanya dan aku memajukan tubuhku ke arahnya.

"Kau akan menyesal jika aku sudah mulai bercanda." ucapnya.

Sial!!

Aku akan memundurkan tubuhku tapi V segera memegang pundakku. Dia melirik Jin sebentar kemudian menatapku dengan tajam.

"Dengarkan baik-baik apa yang akan aku katakan." katanya, "Menurutmu, kenapa Fei tidak mau kembali ke kelas setelah pertengkaran itu?" tanyanya.

Dia pusing dan lelah gara-gara pertengkaran itu, oke, itu wajar. Tapi pasti ada alasan lain, kan? Aku mengingat-ingat pembicaraan dengan Fei tadi..

"Dia tidak mau bertemu dengan orang itu di kelas." jawabku.

"Siapa menurutmu?" tanyanya.

Apa dia tidak bisa memberikan jawabannya langsung begitu saja tanpa harus membuatku bingung seperti ini?!

Siapa? Bukan Sonia, kan? Mereka sepertinya sudah baikan setelah menulis permohonan maaf itu. Lalu siapa orang yang kira-kira tidak mau ditemui oleh Fei? Itu sudah pasti adalah orang yang telah membuat mereka bertengkar, orang yang mereka perebutkan, tapi siapa dia?

AKRASIA [VKOOK] -- [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang