PART 9

843 118 4
                                    

~Happy reading~

"Apa-apaan ini?!" Seungcheol menghampiri Mingyu yang masih mematung. Seungcheol memukul bahu Mingyu membuat Mingyu melompat kaget. "Hyung, ada apa?"

"Jelaskan padaku apa maksud ucapan Ayahmu tadi?"

Tiba-tiba Mingyu langsung memeluk Seungcheol dan menaruh keningnya dibahu Seungcheol. "Tolong aku Hyung.." ucap Mingyu dengan suara tertahan.

Untung saja saat ini ruangan sudah sepi karena semuanya telah turun ke aula untuk menikmati penjamuan, jadi Seungcheol tidak perlu khawatir ada yang melihat Mingyu yang seperti ini. Bagaimanapun Mingyu tetaplah anak dari pemilik perusahaan raksasa ini.

"Tenanglah." Seungcheol mengusap punggung Mingyu yang naik turun. Seungcheol merasakan hangat di bahunya dan itu sedikit membuatnya merasa khawatir.

"Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa, Hyung, tolong aku tolong" Mingyu meracau dipelukan Seungcheol sambil menangis pilu.

"Kau tenanglah dulu. Kita bisa memikirkannya bersama jika kau sudah tenang, oke?"

Mingyu menarik dirinya dan menghapus sisa air matanya yang keluar begitu saja tanpa permisi.

"Kau ingin turun? Kita butuh minum dan juga bertemu yang lainnya"

"Tidak, Hyung. Aku tidak ingin bertemu pria tua sialan itu."

"Arra arra, jadi?"

"Bawa aku ke Wonwoo, Hyung. Aku.... Aku takut dia mengetahuinya. Aku.. aku takut, Hyung.." Mingyu menjambak rambutnya. Sangat terlihat jika Mingyu frustasi.

"Baiklah. Ayo." Ucap Seungcheol tanpa basa-basi.

Saat Seungcheol dan Mingyu keluar dari ruangan, Vernon dan Seokmin ternyata menunggu diluar.

"Sir, anda dipanggil Tuan Kim" ucap Vernon.

"Tidak. Aku muak. Kau saja yang menemuinya. Atau kau buat alasan apapun terserahmu. Aku sedang tidak ingin menemui pria tua sialan itu!" Mingyu berjalan meninggalkan Vernon yang menunduk hormat.

"Kau temani Vernon saja, nanti ku telpon dan pastikan kau mengangkatnya jika aku membutuhkanmu!" Seungcheol menunjuk wajah Seokmin.

"Siap!" Ucapnya dan berpose hormat dengan cengirannya yang tidak pernah pudar.

"Mingyu aman bersamaku, tenang saja" Seungcheol menepuk pundak Vernon dan menyusul Mingyu yang sudah lebih dulu menuju pintu belakang.


*****


Tolonglah. Wonwoo ingin sekali teriak. Ingin sekali berlari. Ingin pula menangis meraung.

Tapi, raga Wonwoo seakan sudah tidak berada ditempatnya. Semua indera seakan mati. Lidahnya kelu untuk sekedar mengeluarkan isakan. Kakinya kaku untuk berlari pergi dari tempat ini menuju manapun asal dia bisa melampiaskan dan menguapkan semua yang menyesakkan ini.

Sudah lebih dari setengah jam Wonwoo mematung setelah tersendak nasi gorengnya. Junhui pikir, Wonwoo diam karena nasi gorengnya yang masih tersangkut di tenggorokan, tapi kemudian Junhui menyadari kediaman Wonwoo, Junhui sempat mengenali seseorang di televisi yang tadi sedang Wonwoo pandangi hingga sekarang dengan tatapan kosong.

Tiba-tiba bel rumah Junhui berbunyi terus menerus seperti seseorang yang tidak sabar untuk segera membukakan pintunya. Junhui bangkit menuju pintu untuk mengecek keadaan.

Bisa Junhui lihat seseorang yang tadi ada di televisi sekarang berada didepan rumahnya bersama Hyung yang kala itu meminta Wonwoo ikut padanya.

Junhui keluar dan membukakan pintu gerbang untuk keduanya.

Bring him back [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang