part 14

984 104 7
                                    

*Happy reading*


*****

Pipi Wonwoo bersemu merah. Dia langsung menyambar handuk yang berada dekat dengannya yang menggantung ditiang gantungan disamping lemari dan mengikatnya di pinggang menutupi asetnya.

"Kau! Dasar cabul!" Wonwoo menunjuk Mingyu dan mengembungkan pipinya. Mingyu terkekeh, "aku? Kau bilang aku cabul? Sayang... kau bahkan yang terus mendesah meminta lebih setiap sentuhanku.."

"Hentikan Gyu!" Wonwoo mengembungkan pipinya gemas. Mingyu terkekeh geli. Wonwoo-nya sangat menggemaskan dengan wajah yang bersemu merah malu. Mingyu berjalan perlahan menghampiri Wonwoo dengan percaya diri tanpa peduli tatapan memperingati Wonwoo. Hey, Mingyu menghampirinya tanpa sehelai benangpun alias telanjang bulat. Dan lagi, dia seperti tidak mempedulikan asetnya yang sudah menengang. Wonwoo merinding dibuatnya.

Mingyu menarik pinggang Wonwoo begitu sudah berhadapan dengan Wonwoo, bisa Wonwoo rasakan milik Mingyu yang sudah mengeras dan menggesekkan miliknya dengan milik Wonwoo. Mingyu mengangkat dagu Wonwoo dan mengecup singkat bibir ranum Wonwoo.

"Hentikan Gyu, kau harus bergegas!" Wonwoo mendorong dada Mingyu. "Baiklah.. hanya morning kiss" Mingyu melanjutkan kegiatannya yaitu membuat bengkak bibir Wonwoo yang hanya bisa pasrah dan membalas pangutan bibir Mingyu. Meskipun Wonwoo ingin menyangkal dan menyudahinya, sesungguhnya Wonwoo juga tidak ingin kegiatan ini berakhir. Sungguh ada apa dengan dirinya yang tidak bisa lepas dari pesona Kim Mingyu? Ah, apa Mingyu juga merasakan apa yang dia rasakan sekarang?

"Sudah.." Mingyu tersenyum saat dirinya menangkap pipi Wonwoo menyudahi morning kiss mereka yang panas. Wonwoo tersenyum lembut sementara Mingyu mengecup cepat dahi Wonwoo dan mengelus pipi Wonwoo. Oh kenapa Mingyu harus semanis ini? Gumam Wonwoo dalam hati membuat pipinya bersemu.

"Sebaiknya kau juga bersiap, sayang. Bukannya hari ini kau ada jadwal mengajar?" Ucap Mingyu dari dalam kamar mandi yang masih bisa didengar Wonwoo yang sedang berada di dalam walk in closet untuk menyiapkan keperluan Mingyu seperti kemeja, celana bahan, dasi, dan tuxedo.

"Jadwalku siang." Jawab Wonwoo singkat dan meletakkan perlengkapan Mingyu diatas kasur dan masuk kedalam kamar mandi begitu Mingyu keluar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Mingyu sudah rapih dengan kemeja abu-abunya yang kancing teratasnya dia biarkan terbuka saat Wonwoo keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menggantung di pinggangnya. Mingyu hampir saja kembali menerjang Wonwoo kalau saja Wonwoo tidak menyilangkan tangannya didepan dada, "hentikan atau kau akan benar-benar terlambat Kim Mingyu!" Dan Mingyu hanya menunjukkan cengirannya dan memberikan dasinya pada Wonwoo.

Terlihat sesempurna apapun seseorang, tidak ada yang benar-benar sempurna. Mingyu contohnya. Dia tidak bisa memakai dasi untuk dirinya sendiri dan dengan seenaknya menugaskan hal tersebut pada Wonwoo. Meskipun Wonwoo tidak keberatan sama sekali.

Wonwoo berjalan mendekat dan mengalungkan dasi dikerah kemeja Mingyu yang tersenyum penuh arti dengan tangan yang ia letakkan di pinggang Wonwoo yang berusaha untuk bersikap biasa saja dan berharap Mingyu tidak mendengar debaran jantungnya yang berdegup kencang. Demi apapun Wonwoo harus secepatnya menyelesaikan ini atau hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi. Mingyu harus ke kantor dan dirinya juga harus bergegas ke kampus untuk mengajar.

Wonwoo langsung berbalik dan berjalan menuju walk in closet setelah selesai menyimpulkan dasi Mingyu untuk bersiap-siap juga tanpa menatap Mingyu lagi. Wonwoo menggeleng untuk mengenyahkan pikirannya yang entah kenapa hari ini hanya ingin bermanja dengan Mingyu seharian. Tapi itu tidak mungkin karena Mingyu harus mengurus perusahaannya dan ia juga harus mengajar.

Sebuah tangan tiba-tiba memeluknya dari belakang saat Wonwoo sedang mengancingkan kemejanya. Mingyu memeluknya dan mengendus lekukan lehernya. Wonwoo mengusap lengan kokoh Mingyu yang melingkar diperutnya. "Ada apa?" Wonwoo sedikit menoleh dan pada saat itu pula Mingyu langsung menyambar bibir Wonwoo dan menghisapnya. Mingyu memutar pinggang Wonwoo untuk berhadapan dengannya dan Wonwoo tanpa sadar mengalungkan tangannya dileher Mingyu.

Suara lenguhan keduanya memenuhi walk in closet yang sempit namun panjang itu. Padahal tubuh Wonwoo sudah merapat ke tembok tapi Mingyu terus mendesaknya. Wonwoo mengacak rambut Mingyu begitu Mingyu turun kelehernya dan meniup dengan sangat halus leher putih Wonwoo. Sangat disayangkan karena rambut Mingyu yang awalnya sudah tertata rapih jadi berantakan.

"Haruskah kita dirumah saja?" Ucap Mingyu dengan mata berkabut. "Ah?" Wonwoo yang sedang mengap menikmati service Mingyu hanya membalas seadanya, sulit untuk menjawab karena kenikmatan yang diberikan Mingyu. Sungguh, mereka harus bergegas demi apapun! Tapi Wonwoo juga sudah diambang tanggung dan Mingyu dengan sialannya malah mengentikan aksinya membuatnya frustasi.

Tidak, mereka benar-benar harus bergegas. Wonwoo berdeham dan menepuk pipi Mingyu, "kau harus ke kantor!" Mingyu cemberut, "aku masih ingin.."

"Tidak." Ya! Hati Wonwoo menjerit.

"Aku akan pulang cepat." Ucap Mingyu akhirnya. Wonwoo tersenyum dan merapikan kembali rambut Mingyu yang berantakan.

"Aku juga.." dan Mingyu memeluk Wonwoo untuk terakhir kalinya sebelum dia berangkat ke kantor.









****













kyaaaaa! Aku rindu kaliaaaaan! >< Apa kalian rindu aku? Hehehe.. sungguh aku disibukkan dengan kerjaan di kantor yang sebenernya sih gak numpuk tapi aku yang emang pengen kejar target hihi.
Karena ini long weekend, aku berniat menulis lagi. Dan emang mood aku lagi bagus juga sih untuk nulis hehe.

Maaf aku udah gantung ini cerita hampir sebulan lebih dan mungkin akan terasa gak ada feel saat baca part ini karena gak aku revisi. Lgsg ku publish setelah kelar ngetik:(

dont forget to votment guys:*

Bring him back [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang