Last Sadness-4

13.8K 883 22
                                    

Gue emang gak jatuh ke bawah tadi, tapi lo harus percaua kalau gue udah jatuh cinta sama lo
-Abigail-

Sama, semua masih sama. Awkarin masih mengejar Gaga, dan Gaga masih mengumpat dibalik Genta. "kamu kenaps sih beps?" Tanya Awkarin.

Gaga bertolak pinggang. "Enak aja lo panggil gue beps! Emang lo siapa?" Tantang Gaga. Afgan dan Genta melongo tak berarti. "Ternyata kalo udah jadi mantan, bisa jadi musuh bebuyutan yak, Gan." Ucap Genta.

"GUE BUKAN MANTAN AWKARIN!!!" Teriak Gaga.

Awkarin tersenyum menjijikan bagi Gaga, "ih Gaga! Yauds kita pacaran aja!" Ucap Awkarin.

Gaga menju mendekat ke Awkarin, dengan tatapan yang sangat amat membunuh. "O-G-A-H!! Gue mau cabut Gan, bilang Ara, pulang sama Abi aja! Jangan lupa nanti malem nginep dirumah gue, kita bakar-bakar." Ucap Gaga yang langsung pergi ke mobilnya.

"GA AKU IKUT YA?" Teriak Awkarin.

"G!"
***
Abi mengajak Ara ke rooftop sekolah. Angin yang berhembus kencang seakan menampar wajah mereka berdua. "Enak ya disini?" Tanya Abi.

Ara mengangguk. Ara memejamkan kedua matanya. Menikmati setiap hembusan angin yang menerpa. "Lo itu unik, Ra. Sejauh ini perasaan gue masih sama untuk lo." Ucap Abi yang membuat Ara menoleh.

Abi memposisikan Ara untuk menghadapnya. "Sejak awal kita bertemu, gue mulai jatuh cinta. Lo memang bukan yang pertama gue sukai. Karna masalalu gue pernah menjadi indah buat gue, tapi lo datang dan membuat gue lupa akan sakitnya masa lalu." Ucap Abi.

"Tapi B—"

Abi menahan bibir Ara yang hendak berucap. "Gue juga sadar kok Ra, sadar kalau cinta gak pernah bisa dipaksakan. Tapi jangan pernah menyuruh gue untuk menghapus cinta ini, sampai bintang gak bersinar lagi, baru gue mau untuk tidak mencintailo lagi." Ucap Abi. Abi sangat romantis, Abi sangat baik, Abi tidak dingin, Abi lebih menarik, tapi mengapa Aldi yang dicinta Ara?

"Berarti lo gak akan berhenti mencintai gue dong? Kan bintang pasti akan selalu bersinar." Tanya Ara dengan wajah yang entah mengapa menjadi polos.

Abi tertawa lalu mencoleh hidung Ara. "Nah itu tau!" Ucap Abi. Ara dan Abi tertawa dibawah langit yang cerah. "Sini Ra naik!" Panggil Abi yang sudah duduk disudut gedung. Ara shock melihat itu.

"Gak akh nanti jatoh. Sini dong turun! Nanti kalau jatoh siapa yang mau bawa cowo berat kaya lo, buat turun dari gedung ini ? Haha." Ucap Ara.

Abi tetap tidak mau turun, disini lebih enak. Saat Abi sedang bergerak tiba-tiba ia terpeleset. Tangannya memegang tembok gedung sekolah. Ara panik melihatnya. "Tuh kan dibilang apa? Aduh abi gimana. Sini pegang tangan gue! Ayoo!" Pinta Ara. Bagaimana ia tak panik. Ini dilantai empat. Kemungkinan mati saat jatuh dari sini adalah kemungkinan besar.

Abi menggeleng. "Nanti kamu jatuh. Biarin aja aku yang mati, dari pada kamu juga harus mati." Ucap Abi.

Ara yang paniknya bukan main, mulai tak karuan mencari bantuan. Ia juga sudah menangis dan mengigit kukunya karna takut. Abi tak tega sebenarnya dengan Ara. "Ayo, Bi! Biarin gue gapapa kok kalau emang harus mati juga. Penggang tangan gue Bi!" Ucap Ara. Abi masih bersih keras tidak mau melakukannya.

Abi terlihat lemas, tangan satunya sudah terlepas. Ara semakin takut melihatnya. "Ara aku udah gak kuat." Ucap Abi.

Ara tak mau mendengar penolakan Abi lagi. Yang terpenting saat ini adalah Abi selamat. Ara mendekat ke arah Abi. Dan melihat ternyata Abi tidak terjatuh. Ternyata disana ada talang air yang terbuat dari semen yang kokoh. "ABI!!! Ih lo ngeselin! Gue gak suka. Gue udah panik setengah mati, ternyata lo bohongin gue." Ucap Ara.

LAST SADNESS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang