Last Sadness-10

7.8K 648 19
                                    

Ara tak lagi berada di sekolah bersama teman-temannya, kini ia telah berada di rumah besar milik keluarga Mahendra, kalian pasti mengenalnya. Sosok lelaki dingin yang selalu bertengkar dengan Aldi setiap harinya. Banyak alasan untuk mereka bertengkar, tapi tak ada alasan sedikitpun untuk mereka akur.

Ara berjalan masuk ke rumah yang di design mewah namun sederhana, karna Aldi lebih menyukai hal sederhana.

Gadis berambut blonde lurus itu menunggu Aldi di sofa empuk milik Aldi. Ia melihat banyaknya figura yang terpajang di rumah ini. Hingga sosok kucing persia lucu datang menghampirinya. "Heii lucu banget. Nama kamu siapa kucing manis?" Ucap Ara.

Kucing itu menjilati tangan Ara, seakan-akan seorang anak yang sedang manja dengan ibunya.

"Miawww."

Ara menggendongnya penuh kasih sayang, mengelusnya dengan penuh kelembutan. Bulunya indah, membuat Ara menginginkannya. Ara memberikan makanan kucing yang ada pada sudut ruang tamu Aldi, namun sedetik kemudian, kucing lucu itu berubah menjadi lemas.

Ara mengelus tubuh kucing milik Aldi yang kini sudah terkapar. "APA YANG LO LAKUIN?!" Bentak Aldi dengan nada yang tinggi. Aldi menghampiri Ara dan melihat kucing kesayangannya sudah terkapar dilantai. "LO APAIN KUCING GUE HAH?!" Masih dengan nada yang tinggi.

Ara tak suka dibentak, Ara tak suka dikasari, ia tidak melakukan apapun pada kucing itu, ia hanya memberinya makan. "Gu-gu-gue gak tau, pas gue kasih makan, dia langsung kaya gitu." Ucap Ara.

Aldi langsung menghempaskan tangan Ara yang hendak menyentuh kucing kesayangannya. Aldi langsung membawanya pergi ke rumah sakit hewan, hal itu membuat Ara semakin merasa bersalah. Aldi terlihat sangat marah dengannya, sosok kucing itu sangat special untuknya.
***
"Kucing anda terkena kanker otak stadium akhir, dimana masa hidupnya dapat dihitung dengan jari." Ucap seorang dokter hewan yang baru saja memeriksa kucing Aldi.

Aldi menggeleng tak percaya. "Tapi dia gak terlihat sakit dok. Apa tidak bisa ia di operasi?" Tanya Aldi.

Aldi akan melakukan apapun demi kucing itu. Kucing yang ia temukan di jalan, kucing yang ada pada saat kecelakaan tahun lalu. "Kami tidak bisa melakukan tindakan operasi, resikonya sangat tinggi, dan hasilnya tetap sama, biarkan dia bahagia di akhir-akhir hidupnya!" Ujar sang dokter yang langsung pergi meninggalkan Aldi.

Aldi menghampiri kucingnya yang terlihat lemas, mengelusnya dengan penuh kasih sayang. Aldi menangis, membayangkan sebentar lagi ia akan kehilangannya. "Miawww." Suara kucing itu seakan menyuruh Aldi untuk tak menangis. Aldi tersenyum dan membawanya pulang kembali.
***
Aldi memasuki rumahnya. Ia teringat bahwa ia sempat membentak Ara yang tak bersalah. Maafin gue! Gue terlalu naif tadi. Batin Aldi. "Ara pulang. Dia titip ini." Ucap Lidya, bunda Aldi.

Aldi membuka kertas kecil itu.

Dear Aldi,

Mungkin lo benar, gue terlalu jahat dan membawa sial. Karna gue, kucing lo jadi sakit. Tapi jujur gue gak lakukan apapun ke kucing manis tadi, tiba-tiba dia datang dan menjilati tangan gue. Tapi mungkin dia terlalu berharga untuk lo, dan mungkin penjelasan gue gak akan ada artinya. Gue minta maaf.

-CW-

Aldi langsung pergi ke rumah Ara yang baru. Ia ingin meminta maaf karna sempat membentaknya. Ia tak habis fikir dengan dirinya yang seperti tadi. Ara pasti kecewa dengannya.

Dengan senyum mengembang, Aldi memasuki rumah Ara. Langkahnya terhenti ketika melihat Ara sedang menangis dalam dekapan Abi. Aldi mengumpat dibalik pohon besar. "Tapi gue gak tau kenapa kucing itu bisa sakit, sampai Aldi marah besar sama gue." Ucap Ara pada Abi.

Aldi dapat melihat ketenangan yang Abi berikan kepada Ara. Ia menyandarkan tubuhnya di pohon. Lalu perlahan tubuhnya terjatuh ditanah. "LO BODOH, AL. LO CUMA BISA BUAT DIA NANGIS." Ucap Aldi meruntuki dirinya sendiri. Tangannya menjambak rambutnya frustasi, airmatanya mengalir begitu deras. "Kenapa lo cuma bisa nyakitin orang yang lo sayang,Al? Kenapa?!" Aldi semakin frustasi.

Aldi bangkit lalu kembali menatap mereka. Mereka yang masih sama. Dengan Ara yang masih menangis didalam dekapan Abi, serta Abi yang masih menenangkan Ara. "Kali ini, gue bebasin lo,Ra! Melepaskan memang sakit, namun akan lebih sakit jika gue mempertahankan lo." Ucap Aldi.

Ara yang melihat Aldi, langsung bangun dan memanggilnya. "Aldi!!" Panggil Ara. Aldi menoleh dan tersenyum paksa, Ara melihat matanya tak ingin tersenyum, matanya memendam sebuah rasa sakit. Ara mengalihkan pandanganya ke Abi, lalu mengembalikannya ke Aldi. Aldi tersenyum dan mengangguk. Lalu ia pergi begitu saja.

Tbc...
Jangan lupa vote dan comment!!

MY BOY PLAYBOY AKU UNPUBLISH KARNA AKU MAU FOKUS KE CERITA INI...

Sampai jumpa...

LAST SADNESS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang