Last Sadness-56

4.6K 516 36
                                    

Seorang lelaki memegang surat yang baru saja ia terima. Surat yang datang dari seorang kurir, tetapi surat yang ditulis oleh seorang Caramel. Lelaki itu adalah Raja. Ia menghilang sejak 3 bulan yang lalu. Ia tak tahu bagaimana Ara mengetahui tempatnya bersembunyi.

Bukannya Raja ingin melarikan diri dari perasaan yang tak seharusnya ia miliki. Namun ia hanya ingin merapikan hatinya bahwa tak selamanya cinta perlu dimiliki. Terkadang pergi lebih masuk akal dibandingkan bertahan pada cinta sendirian.

Raja masih enggan membuka surat itu. Ia masih tak bisa terima, jika isi surat itu cukup menyakitkan hatinya. Namun, apalah artinya menebak-nebak, jika semua yang ia tebak tak selalu sama dengan kenyataan. Akhirnya ia berdamai dengan hatinya. Dengan perlahan tangannya membuka surat itu.

Surat tulisan tangan yang tampak rapi membuat Raja semakin penasaran. Ia membaca keseluruhan isi surat tersebut. Betapa terkejutnya ia saat melihat isi surat itu. Surat yang menceritakan alasan Ara tak menerimanya. Raja salah membenci Ara karna keegoisannya. Ia salah meninggalkan gadis itu sendiri dalam keterpurukannya. Ia meruntuki kebodohannya. Segera mungkin ia bergegas mengambil jaket kulitnya. Serta memasukan beberapa baju dalam ranselnya.

Diambillah kunci motor diatas nakas. Ia segera keluar dari kamarnya, untuk memperjuangkan sesuatu hal. Dilihatnya Masya yang sedang membuat masakan di dapur. "Bu, Raja pergi ke Jakarta. Doakan Raja agar berhasil." Ucap Raja. Belum sempat Masya menjawab, Raja lebih dulu pergi. Suara motor milik Raja menggema, membuat Masya berfikir apa yang sedang anaknya perjuangkan. "Apapun itu. Ibu mendoakan yang terbaik untukmu, Nak." Ucap Masya.
***
Tawa Ara tak henti saat seorang Badut penghibur rumah dakit jiwa beratraksi lucu dengan berbagai kegagalan-kegagalannya. Aneh. Disaat badut-badut lain mempraktikan keahliannya, badut itu justru mempraktikan kegagalannya. Dan hal itu lah yang membuat Ara berkali-kali tertawa. Rasa sakitnya sudah hilang, karna tak menunggu waktu lama lagi, ia akan segera lepas dari semua yang menyakitkan.

Saat sedang menari kesana kemari, Ara melihat orang gila yang berlari ke arah badut itu. "BADUT AWAS!" Teriak Ara yang membuat dirinya menjadi pusat perhatian.

Bruk

Badut itu terjatuh dan kepala kostumnya terlepas. Ara menghampirinya, dan betapa terkejutnya ia saat melihat badut itu adalah Abi. "Abi?" Ucap Ara tak percaya. Bahkan tangannya sudah membungkam mulutnya sendiri. Airmatanya tiba-tiba menetes begitu saja. Abi menatapnya bersalah. "Maafin aku." Ucap Abi.

Kepalanya tertunduk. Usahanya menghibur Ara gagal saat Ara mengetahui siapa ia. Abi yakini Ara akan kecewa setelah ini. Namun...

Brugh

"Kenapa lo lakuin ini, Bi? Gue sudah memaafkan lo. Lo gak perlu bersembunyi lagi. Lo harus percaya gue ikhlas menerimanya." Ucap Ara dengan tulus. Ia memang sudah mengikhlaskan semuanya. Lagi pula luka-lukanya tak separah dulu. Meskipun namanya sudah jelek di publik, Ara yakin ia masih memiliki banyak teman yang akan mendukungnya. "Ayo duduk." Ucap Ara kepada Abi.

Abi memeluk Ara erat. Ribuan maaf ia lontarkan, ia merasa bersalah. Ia merasa menjadi lelaki bodoh. "Gue kangen lo, Bi. Meskipun lo brengsek. Lo tetap spesial. Lo itu kaya tokoh-tokoh di novel yang gue baca. Brengsek tapi ngangenin. Jangan pergi lagi, Bi." Pinta Ara yang membuat Abi tersenyum.

Abi menghadapkan Ara kepadanya. "Ra, maafin gue. Maafin gue karna lo kehilangan semuanya. Lo kehilangan nama baik lo, kehilangan abang lo, kehilangan harga diri lo, kehilangan masa muda lo yang seharusnya indah. Maafin gue karna gue menjadi lelaki brengsek buat lo." Ucap Abi.

Ara tersenyum lalu mengangguk. "Gue udah maafin lo jauh sebelum lo minta maaf. Lagi pula, karna lo gue mengerti kalau masa lalu tak sepernuhnya hilang meski telah digantikan." Ucap Ara. Abi kembali datar. Ia sadar, karna masalalunya memang membuat ia bimbang. Namun ia sadar, wanita seperti Ara tak seharusnya menjadi pelarian. "Lo kemana aja?" Tanya Ara.

"Gue di dekat lo. Saat lo di penjara, gue tinggal di balik dinding ruangan yang lo tempati. Setiap malam gue tahu apa yang lo rasakan, lo menangis, lo mengadu, lo menahan rasa sakit, lo ingin teriak, lo bahkan menahan semuanya pada diri lo, Ra. Apa boleh gue mengobati luka yang lo dapatkan?" Tanya Abi. Ara menganggukkan kepalanya.

Abi segera berlari menuju mobil milik adiknya untuk mengambil kotak P3K. Motornya rusak karena kecelakaan yang menimpanya. Untung saja ia tak apa-apa. Dan sekarang, Abi menggunakan mobil milik Avel, jika ia ingin pergi kemana-mana. Ia dan Avel sudah berdamai, orangtuanya pun sudah memaafkannya. Bagi Abi semua terlalu baik, sehingga membuatnya menjadi pria yang paling jahat.

Abi kembali berlari menuju seorang gadis yang tersenyum kearahnya. Dengan hati-hati ia membersihkan luka-luka Ara. Lalu melapisi luka itu dengan perban yang ia bawa. Kemudian ia membersihkan dahi Ara, menempelkan pleater pada dahinya yang terluka. Tanpa di duga Abi mencium luka itu. "GWS, Bidadari." Ucap Abi gombal. Ara segera menoyor kepala Ara. Sudah ia duga, dibalik rasa sakitnya, akan membuahkan kebahagiaan yang tak terbayangkan.
***
Disini lain, Seorang pemuda tersenyum miris menatap sepasang kekasih yang sedang tertawa di bangku taman. Ia meratapi nasibnya yang tak sejalan dengan inginnya. "Semoga lo bahagia dengannya. Biarkan aku disini, menjagamu saat ia menyakitimu lagi." Ucap lelaki itu.

Cie baikan cie😂😂😂 Ara Abi aja baikan. Nah lo kapan baikan ama mantan😂

Jangan lupa vote dan comment

LAST SADNESS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang