"Nona Lisa bangun, udah sampai."
Setelah supir bangunin gue, gue pun langsung keluar dari mobil. Gue ketiduran karena gue mendadak pusing tadi. Gue pusing bukan karena habis ikut lomba, tapi karena ada masalah lain.
Masalah hidup gue.
Entah lah gue ngerasa hidup gue itu berantakan. Gue ngerasa kalau hidup ini begitu tidak adil. Orang tua gue yang bercarai di saat gue masih kecil, dimana gue yang masih membutuhkan kasih sayang dari keduanya. Dan gue masih belum bisa merasakan hal itu seutuhnya. Masalah ketika ayah tiri gue yang hampir memperkosa gue waktu gue masih kelas dua SD. Masalah TERBURUK yang menimpa gue dan masih menyisakan trauma bagi gue. Belum lagi gue dilarang-larang buat ketemu papa.
Gue rasa Tuhan sama sekali nggak adil ke gue. Apa salah gue? Gue tau di setiap kehidupan pasti ada cobaan. Tapi kenapa cobaan ini begitu berat buat gue?
Kadang gue betanya-tanya kapan cobaan ini berakhir?
"Lisa pulang." gue melangkah memasuki rumah. Dan di dalam gue udah di sambut oleh mamah yang berdiri di tangga dengan salah satu tangan mamah menggengam sesuatu. Entah apa itu.
"Kenapa baru pulang?" mamah nanyain gue dengan nada yang cukup tidak mengenakkan.
"Tadi Lisa kan udah bilang kalo Lisa habis mampir ke toko buku." gue bicara setenang mungkin.
Gue nggak tau kenapa, tiba-tiba mama bersikap dingin ke gue sekarang. Seolah-olah gue membuat kesalahan padanya.
"Mamah mau tanya sama kamu. Jawab yang JUJUR." ucap mamah dan menekan kata terakhirnya.
Gue cuman diem, posisi gue masih tetep berdiri di ruang tamu. Sedangkan mamah berdiri di tangga.
Tukk...
Mama melempar benda kecil yang berbentuk persegi panjang.
Gue membulatkan mata gue sempurna setelah gue mengetahui benda itu.
BUNGKUS ROKOK.
MAMPUS!! Gue lupa ngunci pintu kamar gue. Dan gue juga lupa untuk membereskan barang itu.
Dasar cereboh kau Lalisa.
"Punya siapa itu?" kedua tangan mamah menyilang di depan dadanya. Dari matanya pun gue bisa ngeliat kalau dia bener-bener marah sekarang.
"Mmmm.... I-i-tu...."
"JAWAB LISA!!!" bentak mamah.
"Itu punya Lisa." gue ngejawab dengan nada yang terkesan dingin.
Jangan salahkan gue kalau gue ngerokok. Salahkan orang yang udah bikin gue ngerokok.
Mamah jalan ke arah gue dengan langkah cepatnya. Gue bisa liat tiap langkah mamah penuh dengan emosi. Tapi hal itu sama sekali nggak bikin gue takut, karena gue tau hal ini pasti akan terjadi.
Saat sudah sampai di depan gue mamah menatap gue penuh dengan amarah dan kekecewaan. Mungkin dia tidak menyangka putrinya yang selama ini ia kenal sebagai gadis penurut dan pendiam. Ternyata diam-diam ngerokok.
PPLLAAKKK.....
Mamah menampar pipi kiri gue cukup keras, hingga cairan asin kental bewarna merah keluar dari sudut bibir kiri gue. Gue cuman diem menerima tamparan mamah, karena gue tau mamah pasti benar-benar kecewa sama gue.
Setelah menampar gue, tangan mamah terangkat memegang pundak gue.
"LISA! SIAPA YANG NGAJARIN KAMU NGEROKOK? MAMAH NGGAK PERNAH DIDIK KAMU JADI SEPERTI INI!!! MAMAH KECEWA SAMA KAMU!!!" mamah goyang-goyangin pundak gue. Gue masih aja diem membiarkan mamah melampiaskan amarahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl
Teen FictionBaca gak? Baca gak? Baca lah... Masa nggak... :v #220817 #slow_update...