E

1.4K 180 6
                                    

Vote sebelum baca.😊

Happy membaca...

"Fffuuuhhh....." gue ngehembusin asap rokok gue ke udara. Asap rokok ini ibarat ingatan buruk yang gue harap bisa hilang terbawa angin. Tapi tetap saja ingatan itu akan datang sewaktu-waktu tanpa gue ketahui.

Gue sekarang lagi di tempat nongkrong gue yang ke dua, yaitu di atap sekolah. Awalnya gue pengen ke pondok, tapi gue urungin niat gue kesana karena gue takut ada hal-hal yang terjadi seperti hari 'itu'. Hari dimana seseorang sedang 'bercinta' di sana.

Jadi gue mutusin untuk ke atap sekolah. Tempat di sini lumayan nyaman buat gue. Angin-angin di sini benar-benar membuat jiwa dan pikiran gue jadi tenang.

Gua berdiri sambil ngerentangin ke dua tangan gue kesamping, merasakan angin yang menerpa wajah dan tubuh gue.

Bebas.

Itulah yang gue rasakan saat ini.

Setelah puas melakukan hal itu, gue berjalan maju kearah pembatas yang terbuat dari tembok. Pembatas itu tidak terlalu tinggi, hanya sebatas dada gue.

Tangan gue bertumpuh diatas dinding pembatas itu sambil liat murid-murid yang sedang berolahraga. Gue sendirian disini, Yuta dan Jennie nggak ikut gue karena mereka sedang mengikuti pembelajaran di kelas.

Yah, gue lagi bolos sekarang. Gue nggak ikut mata pelajaran yang ke 3-4 karena pelajaran di jam itu sangatlah tidak menarik. Jadi gue mutusin buat berkelana guna menghilangkan rasa bosan dan nenangin jiwa dan pikiran gue. Dan atap sekolah ini lah yang jadi tujuan perjalanan gue.

Sesekali gue ngehisap rokok yang ada di tangan kiri gue. Entah kenapa ingatan buruk itu kembali lagi berputar di otak gue. Dan hanya dengan ngerokok gue bisa tenang, yah walaupun tidak sepenuhnya.

Gue masih fokus ngeliat murid-murid yang sedang asik mengikuti mapel olahraga. Mereka terlihat sangat bahagia. Tertawa lepas layaknya tidak ada beban di pikiran mereka.

IRI.

Itu lah yang gue rasakan saat ini. Gue juga ingin bisa hidup bebas dan tenang seperti mereka, tanpa harus memikirkan apa pun. Tapi nyatanya, hal itu sama sekali tidak bisa gue lakuin. Karena ingatan gue masih terikat dengan masa lalu yang buruk itu.

"eodum soge nan honja seoissjyo
machi gireur ilheun aicheoleom geob-ina
eol-eobut-eun nae mam"
(Saat aku sendirian di kegelapan,
aku bagai anak yang tersesat ketakutan.
Hatiku pun membeku)

Gue bersenandung lirih.

"Waahh.... Gue nggak nyangka kalo lo jago nyanyi. Yah walau pun suara lo pas-pasan."

Gue langsung noleh ke belakang ketika gue denger suara seseorang mengusik ketengan gue.

Hhhh.... Dia lagi.

"Mau apa lo?" tanya gue rada nyolot.

"Wwuueess... Swantai dong, gue kesini cuman iseng doang kok." jawab pria yang bernama Taeyong ini.

Sungguh, dia benar-benar pria yang menyabalkan.

Author POV :

Lisa menggeram kesal karena ketenangan yang dia rasakan tadi harus hancur karena kedatangan pria ini.

Lee Taeyong.

"Gue kesini karena di kelas gue lagi jamkos. Gue bosen di kelas, makanya gue kesini." ucap Taeyong menjelaskan alasan dia ke atap sekolah.

"Nggak nanya." jawab Lisa acuh.

"Cuman ngasih tau." ucap Taeyong sambil berjalan mendekat ke arah Lisa.

Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang