bomber sialan

85 7 0
                                    

Perempuan tinggi ber lip cream tebal dan berbaju minim itu mengendap endap keluar rumah dengan handphone yang masih terhubung dengan sambungan telefon itu ditangannya.

Awalnya ia merasa aman setelah orang tua semata wayangnya alias hyunbin sudah tertidur di kamarnya. Namun ketika ia keluar rumah, ia malah berpapasan dengan kakaknya yang baru saja pulang.

"HEH!" Pekik Sanha sambil melotot, membuat lucy refleks berlari ke arah kakaknya dan menutup mulut kakak semata wayangnya itu dengan tangannya.

"Ssstt!"

Setelah Sanha tenang, barulah lucy melepaskan tangannya.

"Mau kemana jam segini? Pake baju kaya gitu? Bibir kaya gitu?" Cerocos sanha sambil turun dari motornya.

"Semalem aja kak, ya, please ya ya?" Rengek lucy.

Sanha sebenarnya ingin membiarkan saja, tapi masalahnya hampir setiap malam minggu lucy keluar, ia jadi waswas kenapa adiknya jadi ketagihan main malam.

"Sama siapa?"

"Kak eunbin, kak somi, terus Herin bilang mau ikut, nggak tau sih jadi apa enggak"

"Kemana sih lo hah tiap malem cabut mulu? Gua temenin aja apa?" Tawar sanha. Tapi lucy buru buru menolak.

"Nanti kalo papa tiba tiba bangun gimana ? Terus nyariin? Lagian aku tu ke club nya kak soyeon, makanya bisa masuk juga."

"Ya makanya ga usah pergi ck ah! Gue mau tidur jadi nggak tenang"

"Yaelah kak gue bisa jaga diri. Boleh ya, kak.." rengek lucy.

Membuat sanha jadi membuka jok motornya lalu melemparkan tisu ke wajah adiknya.

"Apus tu lipstik, ganti yang nggak ngejreng gitu" kata sanha galak.

"Beli dimana lagi begituan, yang ngajarin siapa" dumel sanha pelan sambil melepas bombernya. Lalu juga melemparkan ke lucy.

"Pakek nih. Baju model begitu biar apa?"

Lucy hanya cemberut sambil melalukan apa yang di perintah kakaknya sebelum tiba tiba ada klakson mobil dari luar gerbang, membuat kakak beradik itu jadi keluar dan mendapati mobil eunbin dengan empunya yang duduk di kursi kemudi.

"Pulang jam berapa ?"

"2" jawab lucy singkat lalu masuk ke mobil.

"Bin jagain adek gua. Lagian lo aneh aneh benget ngajak bocah"

Sedangkan eunbin hanya tersenyum mengamati sikap sanha. yA MEN? mana sanha yang suka nggak tau diri , nggak punya urat malu ,mulut lebar nggak sopan dll? Nyatanya sifat sanha yang seperti itu mendadak hilang ketika harus berhadapan dengan sikap lucy yang di luar lerlihat liar namun sebenarnya suka merengek sana sini.

"Kalo ada apa apa telfon kakak. Jakey jangan di lepas!" Kata sanha sambil memundurkan dirinya ketika mobil akan segera pergi dengan lambaian tangan dari somi dan eunbin.







"Adek mu pergi lagi?" Tanya hyunbin ketika sanha baru masuk ke rumah.

Ya, hyunbin memang sudah tau sejak lama kalo lucy mulai pergi malam. Dan sanha tau itu.

Sanha hanya mengangguk, lalu kemudian berjalan ke dapur diikuti hyunbin.

Hyunbin duduk di kursi meja makan ,disusul sanha di sampingnya setelah sebelumnya mengambil sebotol air minum dengan dua gelas kosong.

"Kak, adek mungkin emang belum ngapa ngapain sekarang sekarang ini, tapi hal kaya gini bakal jadi kebiasaan. Liat aja kalo suatu saat adek di jemput bukan lagi sama temen kamu. Tapi sama orang asing, laki laki. Liat aja ketika temen kamu udah jarang kesana tapi lucy masih kesana? Apa yang lucy lakuin?" Hyunbin menuang air kemudian meminumnya sebentar sebelum melanjutkan.

"Papa nggak mau ngekang adekmu, papa takut kalo seandainya papa ngekang lucy ini itu dia bakal pergi kaya mamamu, sekarang yang harus jagain lucy kamu kak, papa cuma bisa pura pura nggak liat"

"Iya pa. Ada saat nya aku bakal tegas sama lucy" sahut sanha menenangkan ayahnya.

"Dan ada saat nya juga lucy nggak akan minta izin ke kamu lagi, karena dia pikir kamu bakal ngizinin. Dan ketika kamu nglarang, ada waktunya ketika lucy nggak akan lagi ngrengek tapi mbangkang. Makanya selagi masih kaya gini, lucy harus berhenti"

"Iya pa malem ini yang terakhir"

Hyunbin tersenyum sambil mengelus lembut rambut anak sulungnya itu "kamu mau tidur apa PS sama papa sambil nungguin adek?"

"Enggak pa, capek, aku mau ke kamar aja"

"Tidur? Sini hape nya , nanti papa bangunin kalo lucy telfon"

"Aku tidur di kamar papa aja ya sampe lucy pulang? Takut ga bangun kalo adek telfon"







Sanha mengerjap terbangun ketika hp di sampingnya terus bergetar memunculkan display name nyai eunbin.

"Hal-"

"SANHAAA BANGUNNN" Pekik eunbin membuat sanha jadi terkejut dan melempar hapenya ke kasur.

Ia mengambil nafas kemudian meraih kembali hapenya

"Kenapa?"

"Lo ke rumah sakit sekarang cepetannn!!"

"Rumah sakit mana? Kenapa?" Entah karena alasan apa hati sanha jadi tak tenang, remaja itu kemudian berjalan keluar meninggalkan papa nya yang masih terlelap.

"Lucy! Tangannyaa aduh apa sih namanya! Kebakar iya kebayar! Kerumah sakit kasih bunda buruan!"

"Bangsat jauh bener!" Umpat sanha kemudian berlari ke kamarnya untuk mengambil jaket dan kunci motor.












"NYAII!" Teriak sanha dari koridor rumah sakit membuat eunbin jadi menoleh dan melambaikan tangannya.

"Mana adek gua?" Tanya sanha ngos ngosan.

"Di dalem"

"Kok bisa sih hah? Nggak lo jagain apa gimana?!"

"Ya mana gue tau! Tadi gue abis dari kamar mandi, terus ga tau gimana ceritanya pokoknya sampilng jaket sama bagian belakangnya lucy itu udah kebakar, si lucy nya nggak sadar kalo jaketnya kebakar, terus ya pokoknya tangannya kena"

"Ya disiram air lah!"

"Lucy sendiri yang nyiram! Tapi dia asal nyiram terus di siram pake gelas isinya minuman beralkohol! Ya makin makin lah tu api!" Jawab somi yang sedari tadi ikut panik.

Sanha mengacak rambutnya frustasi kemudian teringat satu hal "lo bilang apa tadi? Jaket nya kebakar? Jaket bomber item yang tadi di pake pas berangkat?"

Somi dan eunbin mengangguk bersamaan.

"Ya kan tadi berangkat pake itu" celetuk somi "gue suruh lepas nggak mau"

Bersamaan dengan itu seorang dokter ber name tag tiffany keluar dari ruangan itu.

"Keluarga pasien?"

"SAYA! SAYA KAKAK KESAYANGANNYA"

"Pasien mengalami luka bakar ringan. Bisa pulang malam ini, untungnya mendapat penanganan cepat"

Sanha langsung menerobos masuk menemukan lucy yang tengah pura pura tertidue karen takut pada kakaknya.

Tapi sanha tau, kelopak mata gadis itu berkedut.

"Dek"

Sanha tersenyum samar.

"Sakit nggak tangannya? Perih nggak?"

Dengan itu lucy malah menangis histeris sambil memeluk kakaknya.

"Sakit banget, kakak jahat!"






















"Kalo aku nggak bisa ketemu kakak lagi gimana gara gara jaket sialan itu!"

Bling BlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang