Waktu menunjukan pukul enam pagi, matahari mulai menampakan diri, pertanda semangat baru di pagi hari muncul, sedangkan perempuan tinggi ber nametag Jang Gyuri itu malah terlihat murung, kantung matanya terlihat jelas, air wajahnya terlihat lelah, semalam ia dapat giliran jaga malam dan pukul 2 pagi ada wanita melahirkan membuat Gyuri mau tidak mau haru terjaga.
Ya, Gyuri ini adalah mahasiswi kedokteran yang tengah menjalankan koas di rumah sakit universitas, kebetulan sekali kali ini sedang dapat giliran di obgyn.
Though on sedikit tentang gadis ini, kalau kalian pikir Gyuri berasal dari keluarga kaya, jawabannya adalah tidak. Keluarga Gyuri bisa dibilang pas pasan, bisa sampai dititik ini saja Gyuri sangat bersyukur, berkat doa yang kuat ia lolos sbmptn dan tinggal bersama kakak laki lakinya yang memang sudah lebih dulu merantau di kota tersebut. Hidup jadi mahasiswi kedokteran memang susah, apalagi untuk keluarga yang serba pas pas an ,selain harus irit, waktu tidur selama beberapa tahun belakangan juga hanya sebentar, selain harus menahan diri untuk tidak hedon, Gyuri juga menahan diri agar tidak napsu mata. Gyuri memang bukan dari keluarga berada, tapi teman temannya iya, ada yang anak pemilih rumah sakit, anak DPR, anak dokter, dan banyak lagi. Kalau stres bisa pesan tiket pesawat hanya untuk sekedar menghirup udara segar di singapura. Tapi hebatnya Gyuri, gadis itu tidak pernah mempermasalahkan hal hal yang nantinya malah membuat ia pusing dan jadi lalai ujian block.
Dengan jas dokter yang masih melekat ditubuhnya , Gyuri berjalan keluar dari ruangan dokter sembari membawa pouch makeup. Wajahnya kantuk, ia baru saja selesai sarapan, tapi tidak bisa dibilang selesai juga karena ia bahkan hanya makan dua suap, masih terbayang bayang proses persalinan dini hari lalu, Gyuri memang sudah paham betul teorinya, tapi ia baru melihat persalinan langsung sebanyak 2 kali, dan ia baru ada di bagian obgyn satu minggu, jadi wajar saja kalau gadis ini belum terbiasa, lagi pula tadi pagi ia sempat memeriksa data pasien, dan pasien yang melakukan persalinan itu seumuran dengan Gyuri, pikiran Gyuri jadi melambung kemana mana. Wajah nya mengendur karena kekurangan tidur, tapi ia harus segera mandi dan bersiap lagi karena pukul 8 nanti ia harus berkeliling memeriksa pasien, harus terlihat siap dan segar.
Dengan satu tangan masuk ke kantong, dan tangan lainnya mengayun ayunkan pouch makeup, pandangan Gyuri terhenti pada sesosok laki laki yang duduk sambil setengah tertidur di ruang tunggu. Kedua tangannya saling bertautan , sepertinya baru saja memohon sesuatu. Tapi bukan kesana fokus Gyuri, laki laki itu, adalah laki laki dari masa lalu Gyuri,
Laki laki yang telah melambungkan harapan Gyuri sebegitu tinggi.
Kim Yugyeom.
Karena meninggalkan kacamatanya di meja kerja, Gyuri jadi tidak yakin apakah itu benar benar Yugyeom atau bukan. Dengan langkah pelan, Gyuri berjalan mendekat ke arah kursi ruang tunggu, ketika seorang laki laki datang dan menyenggol bahu yugyeom membuat langkah kaki Gyuri terhenti melihat Yugyeom terperanjat.
"Gyeom bangun, mau sarapan gak?"
"Hah? Eh.. Eunha gimana?"
"Udah sadar dia"
"Anaknya laki apa perempuan?"
"Liat aja sendiri"
Tak lama, laki laki yang tadi menegur yugyeom itu pergi. Digantikan dengan yugyeom yang malah mengeluarkan hapenya dan mulai berkaca sembari membersihkan noda di wajahnya dengan tangan.
Di samping itu Gyuri masih berdiri di posisinya, berusaha mencerna baik baik informasi yang baru saja ia dengarkan , 'jadi perempuan yang tadi pagi bersalin itu istri yugyeom? Udah move on toh dia'
"Dok, ruangan bersalin dima.. loh Gyuri ya?"
Gyuri terperanjat mendapati Yugyeom sudah berdiri dengan tatapan kebingungan tepat di depannya.
"Ah? A.. iya, gyeom"
"Widih bu dokter sekarang ya" senyum yugyeom mengembang sempurnya, tanpa rasa bersalah.
"Hahah, masi koas kok, doain aja"
"Lo koas disini?"
"Iya, ini kan rumah sakit univ gue. Lo kok disini, gimana kuliahnya?"
"Iya , calon bini gue bersalin , gue lagi skripsian nih Gyur"
"Ca..calon bini?" Bola mata gyuri membulat sempurna. 'jadi bener?'
"Ahahahahaaa gak usah panik gitu dong gyur, lo masih lucu aja deh hahaha"
"Hah?"
"Enggak , sahabat gue lahiran, terus kebetulan gue lagi di kota ini, jadi yaudah kesini sekalian"
"O..gitu"
"Iya gitu. Gyur lo makin cakep aja deh, kapan terakhir kita ketemu kapan ya? SMA ya? Sekarang udah makin cakep, jadi calon bu dokter lagi, makin plus plus deh"
"Apaan si plus plus, lo kira apaan"
"Lo pulang jam berapa gyur?"
"Gue? Jam 10, kenapa?"
"Shift malem ya? Pulang sama gue mau gak?"
"Iya, boleh sih, kenapa emangnya lo? Kangen sama gue?"
"Iya, tau aja"
"Dihh?" Bola mata Gyuri mengedar, menghindari tatapan mata Yugyeom, sedikit terlihat kalo Gyuri sedang salting.
"Emm, yang dulu gue minta tunggu itu, lo masih nunggu ngga gyur?"
Tubuh Gyuri menegang, tak menyangkan Yugyeom menanyakan hal ini, Gyuri pikir, yugyeom bahkan sudah melupakan omongannya sendiri. Tak terbesit di benaknya Yugyeom akan menanyakan hal tersebut.
"Ya.. yang mana?"
"Yang pas SMA"
Gyuri tak berkutik, bingung harus menjawab apa, bukannya menjawab ia malah milirik jam di tangnnya "aduhh gyeom, gue harus buru buru touch up, abis ini harus checking pasien, sampe ketemu nanti yaaaaa!!!" Gyuri langsung berlari tanpa arah, yang penting menghindar dari yugyeom.