tetangga

115 27 3
                                    

“Iya Ten, iya, udah ya ini mau ketetangga dulu bentar kenalan”

Chungha kemudian melempar hapenya asal ke kasur lalu berjalan menuju dapur.

Ya, chungha memang baru pindah dari kost kost an ke apartemen setelah ayahnya akhirnya berbaik hati mau menyewakan Chungha apartemen untuk tiga tahun kedepan selama dia tinggal di kota yang jauh dari rumah ini.

Chungha memang sudah berniat memperkenalkan diri secara formal kepada tetangga barunya lewat makanan kecil kecil yang telah dibelinya, walaupun ia sudah bertemu dengan tetangganya tapi belum afdol kalo belum berkenalan secara formal.
Chungha mengikat rambutnya kemudian menyambar dua kotak donat yang telah dibelinya tadi.

Iya berjalan menuju apartemen disisi kirinya, pemiliknya adalah orang yang telah berpapasan dengannya di lift siang tadi.
Setelah mengetuk pintu, tak beberapa lama seorang perempuan cantik dengan tinggi yang melampui Chungha dan senyum bak malaikat membuka pintu.

“Oh hallo” sapa perempuan itu.

“Hai, Kak Bona ini ada sedikit makanan buat perkenalan hehe” kata Chungha kalem.

“Yaelah pake repot repot segala, makasih  ya” Kata perempuan itu sambil menerima kotak pemberian Chungha.

“iya, eh kak, itu kamar depan kosong ya?”

“iya, kosong, yang kanan lo tuh ada orangnya, manis” kata perempuan yang dipanggil Bona itu dengan kekehannya.

“Iya? Hehe, tadi gue juga sempet ketemu sih sama dia di lobby waktu buang sampah”

“seru kok orangnya hehe, oh iya mau masuk dulu nggak?”

“Kapan kapan aja deh kak, belum kelar juga beres beresnya” elak Chungha sebelum akhrinya perempuan itu kembali masuk kerumah dan Chungha berjalan ke arah pintu disisi kanan kamarnya.

Chungha mendekat dan menyentuh bel rumah.

Seorang laki laki dengan kaos you can see dan celana kolor ditambah dengan gigi kelincinya keluar dari dalam apartemen

“Eh , tetangga, hai”

“Hallo, ngg.. kak?”

“Sayang aja, lebih kane” celetuknya membuat Chungha tertawa nyaring.

“serius ini? Kalo di sini tuh apa ya? mas?”

“mas juga boleh. Cuma beda setaun kan?” lagi lagi gigi kelincinya ikut narsis.

“iya, ah ini, ada makanan kecil kecilan buat perkenalan”

“yailah, kaku amat perkenalan segala” kata pria ini, namun tetap menerima uluran kotak donat dari chungha.

“biar kane hehe” Chungha tertawa. Sang tetanggapun ikut tertawa.

“Oh iya, maaf ganggu ya mas Bobby, gue balik dulu deh kalo gitu, belum kelar beres beresnya”

“Iya, makasih ya”














Siang hari ketika Chungha keluar apartemen untuk pergi ke kampus, iya berpapasan dengan dua orang laki laki yang datang dari pintu lift dengan 2 koper dan beberapa kardus ditangan.

“Eh, tetangga ya?” celetuk salah satunya.

“Wah, ada tetangga baru ya?” sapa Chungha sumringah.

“kenalan dulu deh bang” interupsi laki laki di depan pada laki laki di belakangnya.

“Hanbin” kata laki laki itu setelah menurunkan kardusnya agar ia bisa berjabat tangan.

“Chungha” balas Chungha.

“Ong”

“Hn?”

“Ong Seongwoo, panggil aja Ong” srobot Hanbin ketika melihat wajah bingung Chungha.

“Aaa, Chungha”

“Chungha ini dek atau mbak?” tanya Hanbin lagi.

“96 Line sih”

“sama dong kalo gitu sama gue, kalo ini Mas Ong soalnya dia 95 hehe”

“kakak adik ya?” tanya Chungha sambil melirik arlojinya melihat apakah masih ada sedikit waktu untuk bicara lebih banyak.

“Sepupu” jawab Ong.

“Oh, eh yaudah sih ya, gue mau kampus, nanti sore lanjut lagi perkenalannya, dah” kata Chungha.











Sore hari ketika Chungha baru pulang dari kampus, ia melihat Hanbin dan Ong tengah berdiri di depan pintu apartemennya.

“Eh ini orangnya, kirain udah pulang dari tadi” kata Hanbin selaku orang pertama yang melihat kehadiran Chungha.

“Yailah, ayo masuk” titah Chungha sambil membuka pintu dan mempersilahkan mereka duduk di sofa.

“Ini, tadi beli pizza ayo dimakan bareng” kata Ong sambil membuka kardus pizza.

“Banyak banget, eh gue ada ide” chungha kemudian berlari keluar apartemen berniat mengundang Bona dan Bobby.



“Bang, dia kok nggak takut ya tinggal di lantai 4 nggak punya tetangga gini?” tanya Hanbin sambil memakan satu potong pizza.

“Dia pikir dia punya” jawab Ong pendek. Dahi Hanbin berkerut bingung.

Tak lama Chungha kembali masuk “Kak Bona sama Kak Bobby nggak dirumah kayanya, padahal asik lo mereka se Line sama kak Ong jadi seru” cicit Chungha sambil berlalu melewati Hanbin dan Ong untuk mengambil cola di dapur, Hanbin tidak ambil pusing dengan omongan Chungha, tapi berbeda dengan Ong.

Setelah Chungha duduk sambil mengambil satu potong pizza dari kardus, Hanbin menuang cola dari botol “Chung nggak serem apa tinggal disini nggak punya tetangga”

“Kan ada kalian” Jawab Chungha santai.

“Sebelumnya”

“siapa bilang sendiri? Ada kak Bona di kiri terus kak Bobby di kanan, ya walaupun mereka juga jarang banget keluar sih, rasanya kaya emang Cuma gue yang beraktifitas sedangkan mereka kaya yang berak aja digaji”

“Kan” kata Ong tiba tiba.

“Kenapa?” tanya Chungha kemudian “Kalian belum mampir ke sana ya?, besok aja deh kayanya nggak dirumah, nggak tau juga kapan perginya”

“Chung?”

“Hn”

“Lo nggak diwanti wanti dulu apa sama yang nyewain apartemen waktu transaksi pertama?”

“wanti wanti apa? Yang transaksi ayah sih, gue nggak ikut” Kata Chungha sambil mengambil potongan lain dari kotak pizza.













Ong meneguk cola nya lalu mulai membuka suara “lantai ini udah kosong 2 tahun lebih, kecuali apartemen lo sama kita yang terakhir di pakek sekitar 6 bulan yang lalu”

Chungha mulai menelan salivanya dengan tubuh merinding.

“dan kita berani ambil karena kita nunggu lo, sebagai orang pertama yang nempatin apartemen di lantai ini biar kita tau kalo kita ada tetangga nyata”

Chungha ngrogoh kantong buat telfon ayahnya.

Bling BlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang