maaf

47 2 0
                                    

Sebuah malam di Singapura terasa begitu dingin sekaligus indah, umunya orang orang yang berlibur juga menikmati indahnya malam di kota ini. Tapi berbeda dengan kelompok pertemanan yang satu ini. Empat laki laki, empat perempuan. Sibuk dengan dunianya masing masing di bawah satu atap apartment yang sama.

Begitu juga seoyeon, perempuan berkacamata ini masih sibuk mengerjakan tugasnya yang deadline besok pagi, malam sudah menunjukkan pukul sebelas malam waktu setempat. Perempuan itu keluar sembari memeluk cardigan tipis, satu satunya outer yang ia bawa, ia berniat menatap bintang melalui balkon karena langit tidak terlihat begitu jelas melalui kamarnya.

Disisi lain, Mark lee, laki laki yang tengah tergeletak di kasurnya karena alerginya kambuh melirik ke arah jendela. pemuda ini datang paling awal tadi pagi sehingga ia bisa memilih kamar, dan pilihannya adalah kamar utama di lantai atas yang jendelanya berbatasan langsung dengan balkon, jadi ia bisa melihat kalau ada seseorang berada di balkon.

Dengan tangan kanan menggenggam perut ia perlahan berusaha bangkit, berjalan pelan menuju jendela, ringisan di mulutnya akibat menahan sakit kemudian meredup, digantikan dengan raut wajah tertegun, padahal di luar sana hanyalah ada seoyeon yang tengah mendongak menatap langit, tapi lebih dari itu, lebih dari sekedar sesosok seoyeon, mark merindukan gadis itu.

Kalau hari ini adalah tiga bulan lalu, maka mark akan berlari keluar tanpa memperdulikan alerginya hanya untuk berdekatan, bahkan bersentuhan dengan sang kekasih. Tapi hari ini berbeda, mark bukan lagi siapa siapa, karena keteledorannya sendiri, kini ia hanya bisa menatap perempuan baik itu melalui jendela.

Merasakan hawa dingin mulai menusuk, seoyeon mulai mendekap erat kedua lengannya, malas harus kembali masuk dan mengambil selimut. Kakinya tak tenang karena ia hanya memakai baju terusan pendek untuk tidur. Tangannya juga tak henti hentinya bergesekan dengan lengannya sendiri yg berbalut cardigan, tapi matanya terpejam, kepalanya tetap mendongak, pikirannya berkecamuk memikirkan berbagai hal. Tapi seoyeon tetaplah seoyeon dengan pakaian tipis nya, maka dari itu ia mengeluarkan hp nya

Wakanda Foreva (8)

Seoyeon : tolong bawain selimut ke balkon dong

Eunbin : aduh gue lagi keluar sama bomin sama jinyoung, cari kudapan malam

Seoyeon : anyone please, gue mls bgt mau masuk

Eunbin : pada tidur semua yeon yang di lantai bawah, gue tadi udah nawarin mau makan apa gak gak ada jawaban

Seoyeon : Kok lo gak nawarin gUA??

Eunbin : abisnya lo lagi nugas, kata jinyoung jangan di ganggu tar ngamuk

Bomin : lagian katanya 'makan harus sebelum jam 7' emangnya ente kalo di tawarin maoo?

Seoyeon : iya juga sih, terus mark kok gak makan?

Bomin : kualat noh dia, tadi sore makan sendiri, alergi dah sukurin

Mark : banyak cakap kau

Seoyeon : alergi? Makan seafood?

Di tepi jendela, dada mark berdesir, rasa menyesal kembali menghantuinya, terpuruk kenapa harus berbuat kesalahan yang berakibat kandasnya hubungan yang sempat ia pertahankan selama lebih dari satu tahun itu.

Tanpa banyak pikir, ia langsung menyambar selimut tipis yang ia bawa sendiri dari rumah itu dan berjalan cepat keluar kamar. Di balik pintu kaca menghadap balkon itu, ia ragu ragu untuk keluar dan memberikan penghangat pada gadis kesayangannya itu. Ia terlalu takut, merasa bersalah, mark hampir tak punya muka sedangkan seoyeon bertingkat seperti tidak pernah ada apa apa diantara mereka.

Dengan langkah berat ia membuka pintu balkon, bersamaan dengan seoyeon yang menoleh. Tertegun sebentar, walau kemudian tersenyum.

"Katanya alergi" ucap gadis itu, benar benar terasa seperti tidak pernah terjadi apapun diantara mereka.

Mark berjalan mendekat menyerahkan selimut yang tak kunjung diterima oleh lawan bicaranya "iya tadi gak tau ada udang nya di dalem sup"

Bukannya menerima, seoyeon malah berbaik kembali menghadap langit. Mark jadi bingung, ia berjalan mendekat hingga akhirnya mereka sejajar.

"Kok gak diambil selimutnya?"

"Lo mau masuk nggak?"

Pemuda itu menggeleng pelan "enggak, mau disini"

"Yaudah pake aja, kan lo sakit, gue mah gapapa"

"Ck, gue kan bawain ini buat lo"

Seoyeon langsung menoleh cepat, tak mau berdebat, ia hanya menatap mark sebentar kemudian beralih lagi.

"Yeon maaf ya"

"Buat apa? Bawain selimut?"

"Buat yang dulu, gue bego banget, sorry"

"Dulu apa?" Gadis itu kembali menoleh, ia berusaha sekuat mungkin berdiri di posisinya, wajahnya tak gencar, namun mark tau, bola mata perempuan itu berair. "Kan gak pernah terjadi apa apa?" Sambungnya.

Mark tersenyum tipis, ia tahu, sekeras apa perempuan ini berusaha melupakan alasan mereka berpisah dan hari hari yang sudah mereka lalui, pemuda itu melihat tekat kuat sekaligus rasa sakit yang masih berbekas melalui tatapan mata Seoyeon, mark sadar, Seoyeon belum benar benar sembuh.

Pemuda berkemeja hitam yang sekitar setengah jam yang lalu masih meringkuk di atas kasur itu kini mundur selangkah, membuka lebar lebar selimut yang ada didekapannya. Mengalungkan kain lembut itu ke tubuh perempuannya, kemudian memeluknya erat dari belakang.

Air mata seoyeon pecah, tapi mark tidak tau, seolah olah luka yang masih basah itu kembali disentuh, perih, ia ingin menolak, tapi seoyeon rindu mark, sangat rindu.

"Mark.." panggilnya rilih, berusaha meminta agar mark tau mereka seharusnya tidak pada posisi ini.

Mark mundur selangkah kemudian meraparkan kembali selimut itu.

"Maaf ya, aku kangen, maaf, kamu tau aku nyesel yeon, maaf"

Bling BlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang