A/n : Yebin ini yebin pristin ya alias Rena, bukan yebin uni.T thankyou.
Yugyeom baru saja pulang dari kampus dan tengah mampir ke toko kue milik mamanya ketika menemukan adiknya tengah duduk melamun di salah satu meja pelanggan.
“Si bontot kenapa mah?”
“nggak tau. Gih kamu tanyain, dari pulang sekolah belum ke rumah, ngejogrok aja di situ” jawab mama kim sambil tersenyum kepada pelanggan yang baru saja pamit pergi.
Yugyeom pun kemudian mendekati adiknya lalu menyenggol pelan bahu donghan. “asem banget tu muka” tegur Yugyeom.
Donghan hanya melirik sekilas lalu membuang muka“ayo balik dah, belum ganti gitu bajunya, udah sore”
“ogah ah, masih mau nemenin mama”
“ye si botot, gue beli pizza noh di mobil, lo kalo nggak mau balik nggak kebagian”
“sisain lah sepotong dua potong. Kuat amat tu perut makan 360 derajat” sindir donghan. Ingin pizza namun ia malas pulang.
“nggak mau yaudah” ujar yugyeom lalu pergi menuju mamanya. “ma, aku pulang ya”
“nih kasih kue baru ke mamanya eunha” ujar mama kim sambil memberikan sekotak kue kepada yugyeom yang membuat pemuda itu berdecak.
“eunha nanti kesini, kasih langsung aja. Tadi bilang mau beli donat” tolak yugyeom.
“loh eunha belum pulang? Dia nggak pulang sama kamu terus sama siapa?”
“pacarnya kali, au dah. Udah aku pulang ya” ujar yugyeom sebelum akhirnya meninggalkan toko tersebut menuju parkiran.
“ma, aku ikut pulang yugyeom ya. dadah!”
.
“han?” tegur yugyeom ketika memperhatikan adiknya hanya diam saja sambil makan.
Kali ini pun donghan tidak memberi respon.
“Yebin?” tebak Yugyeom yang seratus persen akurat karena donghan langsung melotot.
“kan gua udah bilang. Ngapain sih lo ngejar ngejar cewe yang udah jelas punya orang”
“yebin tu nggak pacaran ya sama vernon asal lo tau. Lagian gue udah bilang sama tu anak. Vernon itu bosenan, gue kenal dia dari smp, vernon nggak pernah serius sama cewe”
“yebin bilang apa?”
“tau apa lo?”
Yugyeom tersenyum, tawanya tercekik, ingin tertawa tapi pasti donghan akan marah.
“sama itu aja noh, siapa yang dulu waktu kelas 10 pernah kesini ngerjain tugas?"
“sinbi? Dah ada pawangnya”
“atau yang partner nari lo waktu acara sekolah itu tuh. Lumayan juga”
“soyeon? Dih?! Ogah.galak bangett, Gue duduk sebelah sama dia aja nggak betah”
“banyak aturan lo. Kapan lakunya?” hina yugyeom. Membuat donghan langsung mengumpat. Walaupun akhirnya pandangannya teralihkan oleh sebuah mobil yang berhenti di depan halaman rumah eunha.
“bang. Kak euna ada pacar ya?”
Yugyeom langsung melirik tajam.“buset dah tuh tajir amat pacarnya kak euna, mobilnya bagus banget gitu. Cakep lagi”
“cakepan gue”
“ya dikira kira aja sih. Kalo cakepan lo kenapa kak euna maunya sama orang lain?”
“banyak bacot”
“Mau kemana lo?”
Bukanya menjawab, donghan malah meraih kunci motornya lalu turun menuju tangga.
Yugyeom yang penasaran akan pergi kemana adiknya itu saat jam hampir menunjukan tengah malam ikut turun.“mau kemana han?” tanya yugyeom sambil mempercepat langkahnya menuruni tangga.
Donghan siap keluar rumah ketika akhirnya yugyeom meninggikan suaranya.
“mau keman dek!”
Donghan berbalik, menatap tajam ke arah kakaknya, nafasnya memburu, membuat yugyeom jadi ngeri.
“Yebin berantem sama vernon, di turunin di tengah jalan sama si bangsat! Gue abisin tu anak” ucap donghan kemudian pergi meninggalkan rumah.
Yugyeom masih terpaku ketika tak lama mamanya datang memasuki rumah.
“adek mu mau kemana gyeom?” tanya sang mama keheranan.
“berantem kayanya deh ma” kata yugyeom tak yakin, membuat wajah mamanya jadi berubah pucat.
“berantem apa? Mana bisa donghan berantem?”
“yugyeom susulin deh. Bentar ngambil jaket dulu”
Pada akhirnya, keraguan yugyeom tidak terbukti, nyatanya ia sekarang berada di dalam mobil tengah mengamati betapa jantannya adiknya yang tidak gegabah dan justru menenangkan yebin yang tengah menangis di pinggir jalan. Detik itu, yugyeom baru benar benar menyadari satu hal, bahwa adiknya adalah seorang laki laki, ia laki laki yang tengah beranjak dewasa, dan terlihat sangat jantan bagi yugyeom, tidak seperti dirinya yang pengecut dan hanya membiarkan perempuan yang ia sayangi selama bertahun tahun kini bahagia dalam pelukan laki laki lain.
Yugyeom tidak pernah berusaha berjuang, ia hanya diam ditempat, menyakisakan bagaimana perempuan yang ia sayangi didapatkan oleh laki laki lain. Menjadi saksi patah hatinya sendiri. Ia terlalu gengsi, ia terlalu takut, ia terlalu malu. Pada dasarnya, ia mengaku, bawa donghan jauh lebih baik darinya.Yugyeom terus mengikuti donghan dari ia mengantar yebin hingga kembali lagi ke rumah.
“dari mana bang?” tanya donghan yang baru saja akan menaiki tangga menemukan yugyeom baru saja masuk ke rumah dengan muka lesu.
Yugyeom hanya berjalan menuju ke arah adiknya, menepuk pelan pundak donghan sambil tersenyum dan mengacungkan jempol, lalu ia meninggalkan donghan sendiri yang kebingungan.
“MA YUGYEOM KELUAR MALEM NEH”