[5] Ngode Saya?

147K 12.7K 1.1K
                                    

Versi lengkap sampai extra bab sudah tersedia di karyakarsa atau playbook berstie❤️

🌼🌼

SABAR mungkin satu-satunya cara agar kita menahan diri ketika sebuah amarah akan membeledak. Mungkin lebih baik diam dan mengabaikan semuanya, diam saja sampai semuanya kembali tenang.

Tapi kesabaran Resya itu ada batasnya, diam hingga suasana tenang? Fuck! Orang gila mana yang akan melakukan itu ketika emosinya sudah mencapai ubun-ubun.

"Sabar Re, sabar."

Resya mencoba mengontrol dirinya, menarik napas lalu menghembuskan nya. Resya terus melakukan itu hingga berulang-ulang hingga hatinya bisa merasa sedikit tenang.

Drrt!

Ponselnya kembali bergetar, ini bukan getaran pertama. Karena sedari tadi ponsel Resya terus saja bergetar, ia enggan mengambilnya. Resya sedang dalam mood buruk malam ini.

Dengan jalan gontai Resya melangkah, menelusuri jalanan yang masih terlihat ramai. Kenapa tidak ada satupun kendaraan lewat.

Drrt!

Lagi, ponselnya bergetar. Resya menggeram, ingin memaki si penelpon. Dengan kesal Resya merogoh, mengusap tombol warna biru di layarnya.

"Halo?" kesal Resya.

"Kamu di mana?" suara bariton familier yang membuatnya kesal kembali terdengar di indra nya.

Resya menjauhkan ponsel dari telinga, melihat nomor yang terlihat di layarnya. Sama, ini nomor yang tadi menghubunginya.

"Ada apa Bapak telepon saya?"

"Kamu di mana?"

Dahi Resya berkerut "Huh?"

"Kamu ini kenapa sih kalo di tanya gak bisa langsung jawab, selalu saja di ulang." suara di sana terdengar kesal.

Resya menghela napas "Maaf, pak."

"Kamu di mana?"

"Jalan."

"Ngapain?"

"Lihatin orang pacaran," jawab Resya iseng, hatinya sedang kesal karena orang ini.

"Kamu gak lagi ngode saya buat minta di temenin malam mingguan, kan?"

Resya mengerjap, meringis "Siapa yang ngode Bapak."

Lagian siapa yang mau malam mingguan sama pria perfeksionis kayak lo, yang ada gue udah kabur duluan.

"Kenapa? Saya tahu kalo saya ganteng."

Resya seolah ingin muntah mendengar pengakuan Bosnya yang terlalu percaya diri. Sekalipun tampan, percuma saja jika sifatnya menyebalkan seperti itu, siapa yang mau.

"Terserah bapak, ada apa menelpon? Mau nyuruh saya ke tempat bapak lagi buat bawain Jas?" Resya menekan kata bagian terakhirnya.

"Buat apa? Saya bisa bawa sendiri."

Resya menggeram, lalu tadi apa maksudnya menyuruh Resya jauh-jauh datang hanya untuk membawakan Jas jika ia bisa melakukannya sendiri.

"Oke, ada apa bapak telpon saya?"

"Saya minta besok pagi kamu sudah ada di kantor, minta berkas desain yang di buat Citra untuk produk bulan ini."

Resya mengangguk, ia ingat jika desainer Citra sedang melakukan membuat sebuah desain baru untuk produk baju pakaian wanita.

Perfectionist BOSS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang