[9] Jangan Protes!

130K 11K 190
                                    

TIDAK tahu dan tidak mengerti akan jalan pikiran Bosnya. Serius, Ares memang memilih gambar pola yang di pilih oleh Resya untuk di minta pendapat tadi.

Pasca kejadian membuat kopi yang tiada akhir, Citra masuk ke dalam ruangan dengan beberapa asistennya. Resya yang berdiri di ruangan itu mengerutkan dahi, tidak tahu menahu dengan tujuan desainer Citra di panggil ke dalam ruangan.

Ares menyilang kan kedua tangannya di atas meja, memerhatikan raut wajah beberapa orang yang terlihat ketakutan. Resya meringis, mengapa pria itu terlihat sangat menyeramkan.

"Ada apa, pak?" tanya Citra, suara wanita berpenampilan modis itu terdengar menciut.

Ares kembali menyibukkan diri di antara kertas-kertas "Kenapa kamu pilih pola seperti ini?" tanyanya, menyodorkan kertas yang di pilih Resya.

Citra mengangguk mengerti, sedikit takut ketika melihat raut wajah Ares yang terlihat datar mirip jalan tol.

"Karena jaket itu akan disukai konsumen, pak. Jaket itu saya rancang untuk dewasa juga remaja." jelasnya.

Ares mengangguk "Bahan apa yang akan kamu pakai untuk ini?"

"Jeans berwarna dark blue pak, dengan dihiasi beberapa whiskers bermotif sunbleached di sekitarnya."

"Apa tidak terlalu mencolok, saya rasa... motif itu terlalu mengarah ke dalam warna cerah yang lebih cocok untuk remaja. Jika Jeans yang kamu pakai berwarna dark blue, mungkin whiskers yang kamu pakai itu terlalu terlihat jelas, saya tidak yakin yang berumur dewasa berminat membeli jaket ini."

Penjelasan Ares berhasil membuat bawahannya diam. Tidak tahu jika Bos mereka akan tahu soal berbagi macam motif meskipun gelarnya seorang CEO fashion. Karena yang mereka tahu, Ares Steven adalah pembeli, sekaligus pemilik terbesar saham perusahaan ini sebelum jatuh bangkrut.

Ya, Perusahaan besar ini sebenarnya sudah jatuh bangkrut di tangan pemilik saham yang lama. Dan datanglah Ares, membeli saham yang hampir jatuh dengan harga yang cukup fantastis. Mereka tidak tahu seberapa kaya Bosnya ini. Yang mereka tahu, Ares Steven adalah anak dari seorang milyarder.

"Ah, apa saya perlu membuat pola lagi, pak?" lirihnya. Tentu saja itu terlalu berat, tidak mudah membuat pola. Menggambar satu pola saja harus berpikir panjang.

Ares menyandarkan tubuhnya di punggung kursi.

"Menurut kamu, Resya. Selain motif sunbleached. Apa yang lebih cocok? Jangan terlalu mencolok, jangan juga terlalu gelap."

Dah Resya berkerut "Saya pak?" tanyanya, menunjuk diri sendiri.

Ares mengangguk "Iya kamu, kamu pikir di ruangan ini nama Resya ada berapa?"

Resya meringis "Tapi.... pak, saya..."

"Kamu gak setuju sama desain ini? Oke... Ci.."

"Bukan pak," pekik Resya, membuat semua yang ada di dalam ruangan terkejut.

"Apa?"

Resya mengigit bibir bawahnya, memandang Citra dengan pandangan tidak enak. Jelas saja, karena Citra yang membuat desain ini. Citra juga seorang desainer, jadi semua bahan ataupun warna semua sudah menjadi tanggung jawab seorang desainer. Tapi kenapa pertanyaan itu harus di lemparkan kepadanya.

Citra mengangguk, memberi tahu bahwa wanita itu setuju dengan apapun yang akan di katakan Resya.

Resya menghela napas "Kalo bapak gak suka motif terlalu cerah, saya rasa cocok memakai motif tonewashed. Karena warnanya tidak terlalu mencolok, meski cerah tapi sedikit dark." jelas Resya. Menaikan satu alisnya menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut Ares.

Perfectionist BOSS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang