[23] Semuanya Terasa Panas

139K 10.1K 185
                                    


HARI Ini Resya datang lebih pagi dari biasanya. Semalaman ia tidak bisa fokus karena memikirkan ciuman yang dilakukan bosnya. Resya tidak bisa melakukan apapun selain diam, membayangkan kembali apa yang baru saja terjadi kepadanya.

Sial!

Mungkin kata itu yang terus Resya pendam di dalam hatinya. Bukan hanya karena insiden tidak terduga itu yang membuat Resya kepikiran. Tapi juga setumpuk dokumen yang ia bawa ke kostnya.

Dokumen yang Resya bawa semalam adalah dokumen yang sudah ia selesaikan kemarin. Bagaimana bisa ia membawanya kembali? Membaca dan mengoreksi setiap kata yang tertera di kertas itu.

Dan satu hal yang Resya tahu, bahwa ia sudah di kerjain oleh Bosnya itu. Kurang ajar!

"Selamat pagi pak." sapaan karyawan sudah mulai ramai menyapa seorang pria bertubuh tinggi yang di balut jas berwarna abu-abu.

Pria itu terlihat sangat santai, tanpa membalas sapaan pegawainya. Ares terus berjalan menuju ruang kerjanya bersama seorang wanita yang sudah terbiasa berada di samping Bosnya itu.

Sebelum masuk ke dalam, Ares berhenti sejenak. Memandang Resya yang juga tengah memandang dirinya. Di kedua tangannya terlihat tumpukan dokumen.

"Ah, Tania. Ambil dokumen itu dan kembali koreksi jika ada yang belum saya tanda tangani." perintah Ares.

Tania yang sedari tadi ada di samping Ares mengangguk, mengambil paksa dokumen di atas tangan Resya. Wanita itu kembali melemparkan senyum sinis ke arah Resya, Resya sendiri tidak peduli sama sekali.

"Ada yang lain?" tanya Tania.

"Tidak ada, kamu boleh kembali keruangan kamu."

Tania tersenyum lalu mengangguk, pamit kepada Ares.

"Masuk."

Perintah Ares kepada Resya yang masih berdiri di tempatnya. Wanita itu masih memandang kesal Ares, ia merasa tertipu dengan apa yang sudah bosnya lakukan.

"Kenapa kamu memandang saya seperti itu?" tanya Ares, duduk di kursinya.

Resya masih berdiri "Maksud bapak apa?" tanya Resya tiba-tiba.

Ares yang baru saja membuka laptopnya mengerutkan dahi, mendongak memandang Resya yang masih memasang wajah kesal.

"Apa?" tanyanya.

Resya berdecih, menyilang kan kedua tangannya di dada. Masa bodoh dengan kata sopan.

"Apa? Bapak masih tanya apa? Harusnya saya yang tanya itu sama bapak. Maksud bapak apa kasih saya dokumen yang udah saya kerjakan? Bapak ngerjain saya?" cecar Resya, tidak peduli dengan kata protes yang sering kali di larang untuk dirinya.

"Kamu ngomong apa? Bukannya kamu sendiri yang bawa dokumen itu tanpa di periksa dulu? Kenapa salahin saya." elak Ares cuek, menyibukan diri ke dalam layar laptop.

Resya terdiam, memang dirinya yang asal mengambil dokumen itu. Tapi, semua itu terjadi juga karena ulah bosnya. Sial, karena ciuman mendadak itu Resya tidak bisa berpikir apapun semalam. Siapa yang salah? Lalu apa maksud dari ciuman semalam? Ares bahkan terlihat tidak peduli dengan apa yang sudah terjadi kepada mereka, pria itu seolah tidak melakukan apapun. Entah kenapa Resya merasa kesal melihat sikap itu.

"Jelas itu salah bapak, bapak yang cium saya." seru Resya, wanita itu langsung menutup mulutnya.

Ares menghentikan tangannya yang asik menari di atas keyboard. Mendongkak menatap Resya yang membelalak di tempatnya.

"Kenapa? Apa kamu belum pernah dicium?" tanya Ares, memandang Resya penuh cibiran.

Resya diam, sial!

"Kenapa bapak tanya privasi saya? Pokoknya semuanya salah bapak! Bapak juga yang janji gak akan kasih saya lemburan, ngapain semalam bapak suruh saya ke apartemen." kesal Resya, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Perfectionist BOSS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang