[19] Pertemuan Yang Mengejutkan

114K 10.6K 153
                                    


ARES memijat pelipisnya yang terasa nyeri, kepalanya benar-benar pusing sedari tadi fokusnya mengarah ke depan layar laptop. Pria itu mendesah lelah, beberapa kali membuang napas beratnya. Matanya benar-benar berat, tapi tangannya kembali sibuk mengetik sesuatu di atas keyboard. Ares mulai merasa jengah, hanya di tinggal satu hari saja pekerjaannya sudah menggunung.

Ini semua gara-gara Galang yang memaksanya keluar dan pergi berlibur ke Dufan. Dengan gilanya Ares tidak bisa menolak, karena Galang mengancam akan membatalkan kontrak kerja sebagai photograper perusahaanya. Tapi ada untungnya Ares mengikuti ajakan Galang, karena pada akhirnya ia bertemu dengan wanita yang seharian kemarin mengusik ketenangannya.

Ares menghentikan aktivitasnya, menyenderkan punggungnya ke punggung kursi. Mencoba sedikit merentangkan tangan untuk merilekskan otot tubuhnya yang terasa tegang.

"Pak semuanya sudah beres." Resya memberikan setumpuk dokumen di meja kerja Ares.

Ares menoleh sekilas sebelum akhirnya kembali menyibukkan diri. Ia melupakan kehadiran Resya yang sedari tadi duduk di ruangannya membantu pekerjaan yang menumpuk.

"Hm." Ares hanya berdehem, mata pria itu terpejam.

"Apa ada yang harus saya kerjakan lagi?"

Ares menegakan tubuhnya "Buatkan saya kopi, kamu tahu kan, kopi apa?"

Resya mendengus ketika mendengar kata penuh perintah itu lagi.

"Saya tahu, pak." Resya mengangguk, mencoba memasang senyum semanis mungkin.

Ares mengibaskan satu tangannya, seolah mengusir Resya untuk segera melakukan apa yang ia suruh. Dengan kesal Resya keluar, sesekali mengatur napasnya.

"Kemarin dia mohon-mohon sama gue buat gak berhenti kerja. Dan sekarang? Gue kira dia bakal berubah, nyatanya masih sama." umpat Resya, menghentakkan kakinya di atas lantai.

Lagi Ares hanya bisa menghela napas melihat kepergian Resya. Yang membuat Ares pusing bukan hanya pekerjan. Tapi juga karena kehadiran wanita yang kini masih ia tahan untuk menjadi asistennya, Resya.

Akhir-akhir ini Ares sering kali terusik oleh Resya. Wanita itu selalu mengganggu pikirannya. Entah apa yang terjadi kepadanya. Ares tidak jarang kesal karena tidak bisa melihat Resya seharian.

"Hh! Fokus Res." gumamnya pada diri sendiri.

Toktok!

Tiba-tiba saja suara ketukan pintu terdengar, menghancurkan fokus yang baru saja hendak kembali untuk segera menyelesaikan pekerjaannya.

Dengan malas Ares menjawab "Masuk."

Seorang pria masuk ke dalam, pria itu tersenyum.

"Yo! Res." sapa Raka.

Raka, teman sekampus Ares saat di Ausi sekaligus rekannya dalam bisnis perusahaan ini. Mereka cukup dekat, Raka sendiri pria blasteran sepertinya, sejak kecil pria itu tinggal di indonesia dan pindah ke Ausi, mengikuti kedua orang tuanya. Dan di sana juga mereka bertemu dengan Galang, pria asli Indonesia yang kuliah di sana.

Ares mengerjap "Raka! Tumben, kesini. Bukannya hari ini ada meeting di Jepang?" tanya Ares bangkit dari duduknya.

"Hm, bukan meeting. hanya makan malam gak penting." jawab Raka yang langsung duduk di atas sofa.

"Tumben mau dateng di acara begituan." tanya Ares heran, pasalnya Raka orang yang tidak suka dengan keramaian.

"Terpaksa." Raka membuang napas lelah.

Ares tahu, itu pasti paksaan kedua orang tuanya Raka. Raka satu-satunya anak lelaki di keluarganya, sekaligus pewaris kekayaan orang tuanya.

Tidak lama suara pintu kembali terdengar, dua pria yang asik bercengkrama itu mengalihkan pandangannya ke arah suara.

Perfectionist BOSS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang