Wanita yang Cerdas

1.7K 69 58
                                    

"Untuk apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya di dapur juga?"

Kalimat ini seringkali didengar di lingkungan masyarakat pinggiran kota hingga pedesaan. Mengapa kalimat semengerikan ini sering digaungkan?

Kita memang hidup di budaya Timur. Di mana wanita diperuntukkan sebagai istri, ibu, nenek, lalu buyut. Bukan sebagai pencari nafkah.

Bahkan ada yang berkata, "Silakan jadi wanita pencari nafkah. Tapi, bukan berperan sebagai pencari nafkah utama."

Apa yang salah dari kalimat tersebut?

Tidak! Tidak ada yang salah kok. Hanya saja penafsiran maknanya kurang tepat.

Jadi, wanita harus berpendidikan tinggi setara pria. Berpenghasilan mapan. Tapi, bukan berarti mendominasi kaum pria.

Kodrat wanita memang sebagai pelengkap pria. Tapi, bukan berarti wanita harus bergantung pada pria, bukan?

Untuk apa wanita berpendidikan?

Bukankah wanita akan menjadi ibu? Oleh karena itu, pendidikan anak dimulai dari ibunya. Bagaimana bisa memiliki anak yang cerdas jikalau ibunya belum cerdas.

Bisa saja itu terjadi jika bapaknya lebih cerdas. Tapi, bukankah waktu anak lebih banyak dengan ibunya?

Tidak ada loh ilmu yang sia-sia. Walau nantinya takdir membuat seorang wanita divonis tidak bisa memiliki anak. Pendidikan tetap diperlukan di kehidupan selanjutnya.

Warisan, harta, takhta, dan cinta, semua bisa habis. Tapi, tidak dengan ilmu. Semakin banyak ia dibagikan, maka semakin berkembang. Tidak peduli itu untuk anak, cucu, maupun orang lain.

Lagi pula dengan ilmu, wanita bisa berkembang pesat menjadi apa pun yang diinginkannya. Tidak bergantung hanya pada kaum pria.

Ilmu bisa mengembangkan modal menjadi usaha. Ilmu bisa menemukan potensi menjadi pencaharian. Dan ... ilmu segalanya.

Bahkan untuk membuat suatu masakan di dapur pun harus berilmu. Baik itu otodidak atau pun di dapat dari media lain. Semua perlu pelajaran. Apa artinya seorang manusia tanpa ilmu?

Bukankah kita dilahirkan sebagai manusia tanpa apa pun--pakaian dan pengetahuan. Apakah wanita dibiarkan tanpa apa pun hingga akhir? Jika peruntukannya hanya untuk 'di dapur'.

Lihat wanita-wanita sukses di luar sana. Mereka semua beranjak dari ilmu. Tidak ada wanita bodoh yang mampu memimpin negara. Tidak ada wanita bodoh yang menjadi pahlawan bangsa. Tidak ada wanita bodoh yang menjadi seniman, pelukis, penulis, penyanyi, dan lain-lain.

Mereka semua berkarya, berkarir, dan menjadikan dirinya setara kaum pria. Bahkan melebihi pria. Lalu mengapa masih terpaku pada pakem 'dapur'?

Jadi, masihkah berpikiran bahwa pendidikan tidaklah penting bagi wanita?

Untuk apa wanita mencari nafkah?

Nafkah adalah kewajiban kaum pria.

Lalu, mengapa wanita harus mencari nafkah?

Ingat, rejeki, jodoh, dan mati sudah ada yang mengatur. Tapi, wanita tidak akan mendapatkannya dengan cuma-cuma. Ingat, usaha!

Rejeki, bisa saja seorang wanita lajang bergantung pada orang tuanya hingga jodoh menjemputnya. Tapi, apakah jodoh akan datang selama orang tua si wanita hidup dan mampu memberi nafkah?

Masa hidup orang tua ada batasnya. Jodoh ada waktunya. Dan rejeki harus ada usahanya.

Boleh saja wanita bergantung pada orang tuanya. Tapi, berhati-hatilah pada nasib yang akan menerpa. Orang tua tidak selamanya kaya dan orang tua anda bukanlah makhluk abadi yang kebal akan kematian.

Jika wanita terbiasa mencari nafkah, maka apa pun nasib yang menjelang ia akan kuat berdiri di atas kakinya sendiri. Tidak bergantung pada orang lain.

Ketika seorang wanita menjadi pendamping dan mengharapkan nafkah dari lelaki yang menjadi jodohnya. Untuk apa mencari nafkah lagi? Toh, sudah ada yang kasih makan dan mencukupi kebutuhan.

Ingat, manusia bisa mati. Pria anda tidak selamanya hidup. Jika wanita ditinggalkan tanpa bisa mencari nafkah, sementara anak-anaknya butuh biaya, bagaimana jadinya hidup anda?

Frustasi, lalu bunuh diri?

Minta warisan? Iya kalau ada. Kalau tidak ada? Apa yang anda lakukan? Kembali ke keluarga?

Ingat, uang tidaklah berkeluarga.

Keuntungan wanita ikut mencari nafkah adalah membantu perekonomian keluarga, cadangan jikalau nasib buruk menerpa hubungan--baik kematian atau perpisahan, dan tabungan di hari tua.

Banyak kok peluang karir yang bisa ditempuh wanita. Baik itu karir kantoran, perdagangan, maupun rumahan.

Modalnya cuma dua, pendidikan dan usaha.

Jadi, masihkah berpikir bahwa wanita dirancang untuk di dapur dan di kasur lalu di sumur?

Semua berawal dari wanita dan jadilah wanita yang cerdas.

"Wanita yang baik untuk lelaki yang baik, lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula."










Ttd,

Linda Alenta
22 Oktober 2017

Untuk WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang