"Hidup itu sederhana, manusia saja yang mempersulitnya dengan rencana."
Wanita adalah sosok yang punya segudang rencana dalam hidupnya. Selalu memikirkan masa depan--esok, minggu depan, bulan depan, tahun depan, dua tahun lagi, tiga tahun lagi, dll.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan banyaknya rencana masa depan. Tapi, sungguh-sungguhkah anda dengan rencana tersebut?
Rencana hidup bagai outline dalam tulisan. Perjalanannya bagai merangkai kata demi kata menjadi bab. Tapi, kita perlu improvisasi untuk menyuguhkan konflik demi konflik agar menarik minat pembaca.
Seperti fungsi dari outline pula, rencana membuat hidup kita jadi terarah. Tapi, hidup pun perlu improvisasi agar tidak monoton dan selalu itu-itu saja.
Namun, semakin banyak berencana semakin banyak menuai kekecewaan. Mengapa?
Kecewa terjadi saat harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Sementara harapan erat kaitannya dengan perencanaan. Tidak ada orang yang merencanakan sesuatu tanpa menaruh harapan di dalamnya.
Bukan berarti di sini wanita dilarang untuk berencana. Tapi, jika anda memiliki rencana jangan terlalu muluk-muluk. Kasihani batin anda yang nantinya akan mengalami kekecewaan.
Sebagai contoh, sepasang manusia yang berencana menikah membuat perjanjian pranikah. Entah itu ditulis atau pun hanya dilisankan. Si wanita meminta dalam pernikahan mereka untuk memiliki anak sebanyak lima orang. Artinya mereka berencana sebegitu muluknya di masa depan. Apa yang terjadi jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan? Bagaimana kalau salah satu dari mereka mandul? Bagaimana jika mereka mengalami keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan untuk memiliki anak sebanyak itu? Lalu, bagaimana jika setelah memiliki lima anak sang suami meninggal dunia?
Tentu wanita ini akan mengalami kecewa dan kesulitan dalam hidupnya. Lalu bagaimana merencanakan sesuatu dengan resiko kecewa dan yang kecil?
Mudah saja, rencanakanlah sesuatu yang sederhana. Misalkan apa yang akan anda capai hari ini dan besok. Sebaiknya anda tidak perlu merisaukan lusa, minggu depan, bulan depan, apalagi tahun depan.
Jika anda memang memiliki mimpi yang besar dan banyak, sebaiknya simpan untuk diri anda sendiri. Bukan untuk diceritakan atau dibagikan dengan orang lain. Tulis saja mimpi-mimpi anda pada lembaran kertas, letakkan di kamar anda. Jika satu mimpi tercapai, coretan mimpi tersebut. Jika anda terus berusaha mewujudkan semuanya perlahan dan pasti kertas itu akan penuh dengan coretan anda hingga tak ada lagi catatan mimpi yang tersisa. Anda tinggal menambahkan daftar mimpi-mimpi baru anda di kertas yang baru.
Mimpi anda adalah milik pribadi anda bukan orang lain. Jika anda menceritakan mimpi anda pada orang lain, suatu hari orang tersebut akan menanyakan pada anda, kapan mimpi itu akan terwujud? Kalau ternyata mimpi anda belum juga tercapai, maka anda selain mengalami kekecewaan secara pribadi, anda juga sedikit banyaknya merasa malu terhadap orang tersebut. Apalagi jika anda menceritakan rencana-rencana anda di media sosial. Bayangkan saja berapa individu yang mengetahui rencana tersebut.
Jika anda menyimpan sejuta rencana anda secara pribadi, maka frekuensi kekecewaan akan berkurang. Setidaknya anda hanya akan menikmati rasa kecewa itu sendiri tanpa menambahkan rasa malu karena pertanyaan dan pengetahuan orang lain terhadap rencana anda.
Ingat, manusia hanya pandai berencana. Si penentu adalah Yang Maha Kuasa. Sehelai daun kering yang jatuh ke tanah saja telah direncanakan-Nya. Apalagi tentang kita makhluk yang hanya menjalankan peran dalam drama yang sudah disutradarai-Nya.
Buatlah sejuta rencanamu di kertas. Jalanilah semua jalan menuju rencanaitu satu persatu dan lakukan improvisasi yang memudahkan untuk mencapainya. Tapi, jika rencanamu mengalami kegagalan, jangan lupa untuk terus mencoba lagi, lagi, dan lagi.
Namun ingat ilmu keledai, sebodoh-bodohnya keledai, ia tidak akan jatuh di lubang yang sama. Jika gagal dengan jalan A, maka ambil jalan B, C, D sampai Z hingga rencana itu tercapai.
Ketahuilah sebenarnya sesuatu yang lebih ke spontanitas jauh lebih cepat terealisasi daripada hanya sekedar rencana dan rencana.
Pada umumnya, wanita seringkali terjebak di zona nyamannya. Ia memiliki sejuta rencana. Tapi, karena terlalu nyaman dengan zonanya, maka ia malas untuk mencoba mewujudkan rencana itu. Ia lebih memilih menunggu orang lain untuk menggerakkan dirinya melakukan rencana itu.
Sebagai contoh, wanita ini adalah penulis. Ia memiliki outline yang luar biasa dari prolog hingga epilog. Tapi, ia membutuhkan orang lain untuk mempertanyakan kapan ia melanjutkan untuk menulis lagi, menunggu komentar dan pujian orang lain, menunggu suara dari orang lain, dan sebagainya.
Apa jadinya jika semua orang hanya mendiamkannya karena enggan mengatakan bahwa tulisannya biasa saja, tidak berbobot, dll. Orang-orang enggan melukai hatinya membuat mereka hanya membaca lalu meninggalkan tulisannya begitu saja. Haruskah si penulis ini berhenti?
Berhenti? Benarkah tindakan itu?
Sederhana saja, tanyakan pada diri sendiri apa tujuan dan rencananya menulis? Karena manusia tidak semestinya bergantung pada orang lain. Mengharapkan orang lain sama saja dengan menggantungkan diri sendiri di tangan orang lain. Pertanyaannya adalah, apakah si empunya tangan akan membantu anda melewati masa-masa sulit anda? Mengapa anda tidak berusaha bergantung pada diri sendiri? Bukankah tangan anda tidak akan mengkhianati diri anda sendiri.
Contoh lain, ada seorang wanita yang memiliki rencana untuk menjelajahi Indonesia. Tapi, ia enggan terbakar matahari, diterpa debu, dan diserang hujan. Dengan kata lain, ia ingin menjelajahi Indonesia dengan mobil. Tapi, ia tidak memiliki mobil dan untuk menjelajah sesuai dengan impiannya harus mengajak banyak teman untuk meringankan biaya. Karena wanita ini memiliki perekonomian menengah ke bawah.
Bagaimana jika teman-temannya tidak mau diajak untuk mencharter mobil? Sudah bisa dipastikan wanita ini tidak akan meraih rencananya, bukan?
Sementara itu, ada wanita lain yang telah menjelajahi Indonesia hanya dengan motornya saja. Ia sebenarnya tidak berencana untuk menjelajahi sedemikian jauh. Tapi, karena ia tidak terlalu berencana dan hanya melakukannya saja sesuai dengan situasi dan kondisi, maka dengan sendirinya rencana sebesar itu telah direalisasikannya.
Dari kedua contoh di atas, jelas terlihat bahwa wanita mana yang dengan mudah untuk menjelajahi Indonesia. Dengan cara yang sederhana, ia bisa melakukan rencana itu dengan mudah. Karena rencana tidak akan ada artinya tanpa tindakan.
Jadilah wanita dengan sejuta rencana yang disimpan sendiri dan lakukan dengan cara yang sederhana. Semakin sederhana rencana anda, kemungkinan kecewa akan semakin tipis. Ingat, jangan pernah bergantung pada orang lain, percayakan semuanya pada diri anda sendiri. Karena diri anda tidak akan mengkhianati rencana yang anda buat, apa pun itu.[]
Linda, 11 November 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Wanita
Non-FictionIni bukan novel, puisi, atau cerpen. Ini adalah kumpulan artikel-artikel dari penulis berdasarkan pengalaman di lingkungan. Penulis menjabarkan mengenai beberapa stigma yang salah tentang wanita. Beserta pandangan baru dan solusinya. Jikalau ada kek...