Wanita dan Keluhan

664 22 14
                                    

Seberapa sering kita mendengar wanita mengeluh?

Kalau dikalkulasikan, keluhan wanita jauh lebih banyak dari pria.

Mengapa ini terjadi? Karena seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya. Wanita itu mampu berpikir banyak hal dalam satu waktu. Inilah penyebab keluhan-keluhan itu, terlalu banyaknya hal yang berseliweran di kepala berakibat pada rasa stress dan frustasi tanpa alasan yang jelas.

Tidak ada yang salah dengan wanita yang mengeluh. Tapi, sadarkah anda bahwa keluhan merupakan bentuk ketidak syukuran?

Sebagai contoh, seorang wanita sebut saja dia A. Dia mengeluhkan segala hal terkait pekerjaannya. Baik itu mengenai rekan kerja yang terlalu kepo, bos yang suka menumpuk pekerjaan di atas mejanya, maupun gaji yang tidak kunjung naik. Wanita A ini menumpahkan keluhan-keluhannya di sosial media maupun secara langsung terhadap orang-orang di sekitarnya.

Wanita lainnya, sebut saja dia B. Dalam dunia nyata B memiliki pekerjaan yang jauh lebih banyak dari A dan gaji lebih kecil dari A. Tapi, B sama sekali tidak pernah terdengar mengeluh.

Dari contoh di atas, sekilas kita akan beranggapan, "Ah, itu cuma masalah kepribadian masing-masing."

Namun, kalau kita amati lebih dalam ternyata wanita B bukannya tidak memiliki keluhan. Ia justru menumpahkan segala keluhannya secara pribadi, di diary atau dalam sebuah platform yang tidak diketahui oleh orang-orang yang dikenalnya.

Jadi, pada dasarnya semua wanita memang memiliki keluhan-keluhan. Tinggal mengungkap keluhan yang bijak itu bagaimana.

Bukankah anda memiliki orang-orang yang anda percaya dalam hidup anda? Kalau anda tidak bisa mengungkapkan keluhan dengan cara wanita B, bisa saja anda bercerita pada orang tua, saudara atau sahabat.

Saudara atau sahabat, berkemungkinan untuk menggunjingkan keluhan anda pada orang lain. Tapi, tahukah anda kalau orang tua anda tidak akan melakukan itu. Kebanyakan anak sebenarnya enggan berbagi pada orang tua, dengan alasan, "Curhat sama orang tua itu tabu."

Oleh karena itu bagi anda ibu, calon ibu, atau yang belum menjadi ibu, jadilah sahabat yang baik bagi anak anda kelak agar anak anda akan terbuka pada anda. Tidak seperti yang mungkin anda alami saat ini yaitu tabu berbagi cerita dengan orang tua.

Karena orang tua adalah orang yang jauh lebih mengerti anda lebih dari diri anda sendiri. Bayangkan, anda tercipta dari mereka, dikandung selama sembilan bulan sembilan hari, dibesarkan dan dirawat hingga kini.

Orang tua juga memiliki pengalaman hidup yang jauh lebih banyak dari anda. Mereka selalu bijak dalam menyikapi masalah. Meski tidak semua orang tua sebijak itu. Tapi, kalau diperhatikan pola pikir mereka yang berbeda dari anda sering lebih benar dari cara pandang anda sendiri.

Berbagi cerita dengan orang tua ditabukan oleh anak-anak karena merasa ada jarak pemisah antara kedua belah pihak. Baik karena kurangnya waktu berkualitas bersama, sikap tertutup satu sama lain, maupun masalah masing-masing.

Oleh karena itu, cobalah memahami alur berpikir orang tua anda. Bukankah kita akan memiliki kesepemahaman dengan pemikiran yang sealur. Jangan melakukan pendekatan hanya dengan lawan jenis, lakukan pendekatan pada orang tuamu terlebih dahulu.

Mari bijak dalam mengungkapkan keluhan agar pribadimu akan selalu menjadi rahasiamu. Berikut tempat wanita biasanya mengungkapkan keluhan:

Media sosial

Media sosial seperti facebook, twiter, instagram, line, whatsapp, BBM, dll sekarang menyediakan tempat berbagi status. Baik berupa foto maupun sekedar tulisan.

Tidak jarang ditemui status-status seseorang yang dipublikasikan tiap menit, berisi semua keluhannya di dunia nyata. Survei membuktikan, orang seperti ini adalah orang yang kesepian di dunia nyata sehingga ia mencari perhatian di dunia maya. Dunia di mana dia pikir orang tidak mengenalnya, sehingga ia bebas untuk berkata apa saja.

Untuk WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang