Pekerjaan Yang Pantas Untuk Wanita

420 19 2
                                    

Pada umumnya wanita yang telah menempuh pendidikan yang tinggi enggan melakukan pekerjaan kasar yang bisa membesarkan otot bisep meskipun berpenghasilan besar. Wanita-wanita ini lebih memilih untuk bekerja yang mengutamakan keahlian dan permainan pikiran meskipun berpenghasilan kecil. Walaupun penghasilan kecil, wanita-wanita ini lebih mengutamakan penampilan dan gaya dibanding pundi-pundi rupiah.

Sementara itu, wanita yang berpendidikan rendahan mau bekerja apa saja selama penghasilannya mencukupi kebutuhan sehari-hari. Wanita berpendidikan rendahan tidak mementingkan penampilan dan gaya. Hal terpenting bagi wanita-wanita ini adalah penghasilan.

Namun, seperti kita ketahui bersama, banyak wanita dengan pendidikan selangit dan berstatus pengangguran. Mengapa demikian?

Sederhana saja, penyebabnya adalah ego.

Pada umumnya orang berpikir bahwa wanita atau orang berpendidikan tinggi harus bekerja kantoran, instansi pemerintah, instansi pendidikan, dll. Padahal tidak mesti harus bekerja di tempat seelit itu. Bukankah pekerjaan diperuntukkan mendapat penghasilan?

Memang sih kalau bekerja di instansi-instansi di atas bisa membuat wanita terlihat elegan, berkelas, berstrata sosial tinggi, bersih, cantik, dll. Tapi, coba pikirkan kembali untuk apa pekerjaan seelit itu jika penghasilannya jauh lebih kecil dari wanita yang bekerja kasar?

Di sebuah Ibukota Kabupaten--kota besar--gaji guru honorer tertinggi adalah Rp. 300.000,- sebulan, artinya dalam sehari ia dibayar Rp.10.000,-. Sementara gaji penjaga toko dan penjaga mini market sebesar Rp. 30.000,- per hari, artinya dalam sebulan ia menghasilkan Rp.900.000,-.

Namun, kalau ditilik dari segi penampilan:

-Guru honorer bersepatu tinggi, seragam guru atau batik, dan make-up yang cantik.

-Penjaga toko dan mini market hanya mengenakan pakaian seadanya dan dandanan ala kadarnya.

Ditilik dari strata sosial, orang akan lebih menghormati guru honorer dibanding penjaga toko dan penjaga mini market. Alasannya sederhana, orang pada umumnya melihat dari penampilan.

Mari pikirkan kembali, kalau anda dalam posisi sebagai tulang punggung keluarga. Ada tiga orang yang harus anda jamin kehidupannya. Lalu, manakah di antara profesi di atas yang penghasilannya dapat diandalkan?

Untuk apa gaya selangit jika untuk bergaya, tenaga dan pikiran anda nyaris tergratiskan lantaran pendapatan anda hanya cukup untuk membeli make-up dan pakaian saja, itu pun belum cukup.

Kemudian, di sebuah instansi Rumah Sakit swasta, karyawannya hanya digaji sebesar Rp. 800.000,- per bulan. Penghasilan yang masih di bawah penjaga toko dan mini market. Tapi, wanita-wanita di sini tampil elegan dan menarik. Untuk mendapatkan tampilan seperti itu, mereka rela berhutang sana-sini. Gaji yang didapatkankan di awal bulan habis dalam dua hari pertama hanya untuk membayar utang.

Jadi, pekerjaan apa yang pantas untuk wanita?

Jawabannya tentu saja pekerjaan dengan penghasilan cukup dan halal.

Soal gaya, anda bisa mendapatkannya jika penghasilan anda mencukupi. Tidak perlu mempersulit diri dengan utang hanya untuk sesuatu yang nyaris kurang bermanfaat seperti penampilan.

Soal sosial atau anggapan orang, untuk apa anda melelahkan diri mendengarkan dan menuruti apa kata mereka. Apakah anggapan orang bisa menghasilkan beras di rumah anda? Apakah obrolan mereka tentang anda bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah di kantong anda?

Jadi, abaikanlah apa kata orang selama anda berada di jalur yang benar, berbuat kebaikan, dan menghasilkan hal-hal yang halal. Bekerjalah dengan penghasilan yang sepadan dan bergayalah sesuai isi kantong.

Namun, kebanyakan wanita memang selalu ingin tampil lebih cantik di antara wanita lainnya. Lebih bergaya di antara wanita lainnya. Lebih segalanya di antara yang lain. Tanpa memedulikan isi kantong sendiri.

Tidak jarang pula kebiasaan ini memberatkan pasangan, bagi yang telah berkeluarga. Memberatkan orang tua, bagi yang masih sendiri.

Apa sih susahnya belajar untuk mandiri?

Mandiri itu sederhana kok. Anda hanya perlu berpenghasilan yang mencukupi diri anda sendiri, syukur-syukur kalau bisa membantu ekonomi keluarga. Kalau tidak bisa membantu, minimal tidak memberatkan.

Wanita mandiri itu akan siap dalam segala kondisi. Karena ia tidak akan bergantung pada orang lain. Ia memercayakan segala sesuatunya pada dirinya sendiri.

Karena kebiasaan bergantung pada orang lain itu tidak baik. Selain menyusahkan, kebiasaan ini akan merugikan diri sendiri. Karena makhluk yang hidup pasti akan mati dan pertemuan ada perpisahan.

Bagaimana jika orang yang anda gantungi itu meninggal dunia? Bagaimana jika anda harus berpisah dengannya?

Sebagai contoh, ada seorang wanita. Ia adalah anak tunggal. Wanita ini bekerja sebagai guru honorer dengan gaji Rp. 300.000,- per bulan dan dia belum menikah. Ia sangat bergantung dengan sokongan dana dari sang ayah. Suatu hari, sang ayah meninggal dunia. Sementara wanita ini tidak memiliki keahlian lain selain menjadi guru dan untuk jadi guru dengan penghasilan besar harus menjadi PNS. Sementara menjadi PNS dewasa ini sangat sulit diraih.

Bayangkanlah bagaimana kehidupan wanita dalam contoh di atas sepeninggal sang ayah.

Jelas bahwa memandirikan diri itu sangat penting, bukan?

Sekarang, masihkah anda malu bekerja di tempat yang kurang elit jika penghasilannya jauh lebih elit dibanding tempat elit?

Masihkah anda malu berpakaian apa adanya tanpa memikirkan utang?

Mandirilah untuk dirimu dan mandirilah untuk orang lain.[]












Linda, 28 November 2017

Untuk WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang