"Bercerminlah di air jernih, jangan bercermin di air keruh."
Wanita-wanita yang terlalu bersyukur cenderung merasa dirinya harus menjadi cerminan atau panutan orang lain. Sementara wanita-wanita yang tidak bersyukur menjadikan hidup orang lain sebagai cerminan atau panutannya.
Menjadikan diri sendiri sebagai cerminan bagi orang lain, yaitu setiap kali ada masalah yang sampai di telinganya ia akan mengatakan:
"Coba aku dulu mengahadapi masalah seperti ini ...."
"Kalau aku ...."
"Aku akan ... kalau jadi dia."
Menjadi cerminan untuk orang lain terkadang memang diperlukan saat wanita ingin menyampaikan beberapa pengalamannya. Tapi, kalau selalu mencerminkan masalah orang lain ke diri sendiri itu berlebihan.
Bercerminlah terlebih dahulu sebelum mencerminkan diri pada orang lain. Sudah benarkah anda? Sudah sempurnakah tindakan anda? Benarkah pilihan-pilihan anda?
Contoh, ada seorang wanita yang menikah dengan pria yang teramat dicintainya. Mereka menikah di usia muda. Untuk melaksanakan upacara pernikahan, si pria hanya memberinya uang dua ratus ribu rupiah. Sisanya ditanggung oleh orang tua si wanita.
Kalau ditilik sekilas, wanita ini benar saja. Ia dan keluarganya tidak mempersulit pihak pria. Tapi, dalam budaya timur apakah layak semua itu ditanggung oleh pihak wanita saja?
Kalau di India, wanita yang melamar dan membiayai pesta pernikahan. Tapi, selama berjalannya pernikahan si pria lah yang menafkahi.
Namun, seiring berjalannya pernikahan mereka, si wanita lah yang dengan gigih mencari nafkah. Si pria membelanjakan penghasilannya untuk dirinya sendiri bukan keluarga.
Karena si wanita ini orang yang tergolong sangat bersyukur. Ia dengan bangga menceritakan kalau ia dinikahi dengan biaya orang tuanya dan memberi nafkah bagi suami dan anaknya.
Wanita ini berkata, "Aku kan pandai mencari nafkah, jadi suamiku tidak akan mudah meninggalkanku."
Di suatu momen saat wanita-wanita lain yang belum bersuami membicarakan soal mahar dan lain-lain, ia berkomentar, "Kalau aku cuma minta dua ratus ribu dari suamiku dulu."
Dari contoh wanita di atas, wanita ini selalu mengatakan dengan bangga perkara dirinya dan berharap pengalamannya jadi cerminan untuk orang lain. Ia ingin orang mengikuti jejaknya. Tanpa tahu kalau banyak cacat di dalam langkahnya sendiri.
Ia percaya diri kalau suaminya tidak akan mudah meninggalkannya. Padahal, ia sibuk bekerja sementara suaminya yang merasa tidak perlu bekerja keras terlampau menikmati hasil kerja istrinya. Di belakang istrinya ia mempergunakan penghasilannya sendiri untuk wanita lain.
Orang-orang yang mendengar ucapan-ucapan wanita tadi mungkin akan bersikap biasa saja. Tapi, tanpa ia sadari mungkin orang berpikir ia kurang baik dan lebih parahnya, orang akan membicarakan dirinya di belakang. Mungkin juga orang mengetahui fakta perselingkuhan suaminya dan enggan memberitahunya karena rasa percaya dirinya yang berlebihan tadi.
Dari contoh di atas, jelas bahwa benahi diri sendiri terlebih dahulu sebelum mencerminkan diri anda pada orang lain.
Kemudian, wanita yang tidak bersyukur. Ia selalu menjadikan orang lain sebagai cerminan untuk dirinya sendiri. Jika ia melihat orang lain melakukan sesuatu atau memakai sesuatu dan terlihat baik di matanya, maka ia akan mengikuti apa yang dilakukan atau dipakai orang tersebut.
Contoh, seorang wanita gendut melihat seorang wanita kurus mengenakan baju kaos dengan motif garis-garis melintang. Tentu saja terlihat bagus di tubuh wanita kurus tersebut.
Keesokan harinya si wanita gemuk mengenakan baju dengan motif yang sama. Apa yang akan terlihat?
Ya, tentu lebar tubuhnya akan terlihat jelas. Kemudian, lipatan tubuhnya akan terlihat menonjol karena bahan pakaiannya dari kaos.
Contoh lain, seorang wanita berkulit hitam ingin tampak cantik dengan kulit putih. Ia bahkan rela memutihkan kulitnya dengan berbagai krim kecantikan. Akibatnya, ia mengalami iritasi kulit yang berefek pada penyakit kulit, kanker, dan lain-lain. Putih sesaat, begitu pemakaian dihentikan ia kembali berkulit hitam.
Sebenarnya apa yang terlihat baik untuk orang lain belum tentu baik untuk anda. Begitu pun sebaliknya, yang baik bagi anda belum tentu untuk orang lain.
Kenalilah diri anda, potensi anda, keburukan anda, kebaikan anda, dan semua tentang anda. Berhentilah melihat apa-apa yang baik bagi orang lain.
Setelah itu, percayalah dengan apa yang ada di diri anda. Apa pun warna kulit anda, bagaimana pun tubuh anda, sesulit apa pun jalan hidup anda, syukuri dan nikmati.
Cukup bercermin pada diri anda sendiri. Tidak pada orang lain. Tapi, tidak pula mencerminkan diri anda pada orang lain.
Ingat, tidak ada manusia sempurna. Anda hanya perlu untuk menyempurnakan diri anda dengan mengembangkan potensi dan sikap yang arif dan pandai bersyukur.
Segala sesuatu yang berlebihan pasti tidak akan baik. Tidak terkecuali rasa syukur anda.[]
Linda, 17 November 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Wanita
Non-FictionIni bukan novel, puisi, atau cerpen. Ini adalah kumpulan artikel-artikel dari penulis berdasarkan pengalaman di lingkungan. Penulis menjabarkan mengenai beberapa stigma yang salah tentang wanita. Beserta pandangan baru dan solusinya. Jikalau ada kek...