Jangan Biasakan 'Mengatur'

347 17 0
                                    

Kebiasaan dasar wanita pada umumnya adalah mengatur banyak hal. Semenjak usia muda hingga menua dan akhir hayat.

Karena kebiasaan inilah wanita yang telah lanjut usia menjadi sosok ibu atau nenek yang bawel. Kemudian, dijauhi oleh anak-cucunya. Membuat sosok wanita lanjut usia ini kesepian dan menyendiri.

Tidak ada yang salah dengan kebiasaan mengatur ini. Hanya saja jika benar-benar menjadi kebiasaan akan berakibat kesepian di hari tua.

Apakah anda mau mengalami hal mengerikan itu di waktu senja? Tentu tidak, bukan?

Tidak ada salahnya menjadi wanita yang suka bersikap seperti pria. Berpikiran sederhana, membiarkan orang-orang di sekitar berbuat sesuai porsinya, dan tidak membiasakan diri mengatur semua orang.

Satu hal yang harus anda sadari, yang baik bagi kita belum tentu baik untuk orang lain. Begitu pun sebaliknya.

Jadi, jika anda wanita dan suka mengatur semua orang sesuai harapan anda, maka persiapkan hati anda untuk kecewa. Karena meskipun anak-cucu anda yang notabene sedarah dengan anda pun berbeda cara berpikirnya. Apalagi menantu anda yang sudah jelas berbeda latar belakang dengan anda dan anak-anak anda.

Coba perhatikan sekitar anda. Berapa banyak wanita lanjut usia yang ditinggalkan anak-cucunya?

Kemudian, perhatikan cara wanita itu berbicara dan bersikap. Mungkin ada sebagian yang terlihat pendiam, lemah lembut, dan penyayang. Tapi, kebanyakan dari mereka adalah wanita-wanita pengeluh, pengatur, dan banyak bicara.

Sebenarnya memang masa senja wanita lebih tergantung pada nasib dan keberuntungan. Apakah akan ditemani anak cucunya atau tidak. Tapi, seperti bab-bab sebelumnya, penulis menyarankan untuk bercermin diri sebelum mempermasalahkan nasib. Karena apa yang terjadi di sekitar kita adalah efek dari sikap kita sendiri.

Namun, kebanyakan wanita selalu beranggapan semua salah orang, salah lingkungan, dan salah nasib. Padahal tidak mesti tiga hal tersebut salah. Cobalah benahi diri anda terlebih dahulu, apa yang salah dengan anda hingga membawa diri anda diperlakukan demikian.

Nah, untuk mencegah hal-hal tersebut, maka biasakanlah hal-hal yang baik. Selain itu, cobalah mengurangi keluhan dan omongan.

Hal-hal yang baik bagi kita pun sering kali tidak baik bagi orang lain.

Sebagai contoh, dua orang wanita sebut saja X dan Y. Mereka berdua adalah wanita-wanita berjilbab. Wanita X bekerja di sebuah warung malam, sementara Y bekerja di restoran yang hanya buka siang hari.

Manakah wanita yang dipandang rendahan oleh masyarakat?

Tentu saja wanita X, bukan?

Namun, pada kenyataannya beberapa bulan kemudian wanita Y hamil di luar nikah. Sementara wanita X, sebenarnya adalah wanita muslimah yang pandai menjalankan norma-norma agama dan masyarakat, hal yang bisa menjaganya meski bekerja di dunia malam.

Jadi, dari contoh di atas jelas bahwa pandangan masyarakat salah. Buruk dan baik bagi masyarakat. Tapi, pada kenyataannya jauh berbeda. Baik bagi kita, tidak untuk orang lain.

Begitu pun dengan wanita yang terbiasa 'mengatur' ini. Kebiasaan ini sebenarnya adalah kebiasaan buruk. Berakibat pada rasa tidak nyaman bagi orang lain.

Jika orang lain, mungkin dengan mudahnya memaki, meninggalkan, dan tidak bertegur sapa lagi dengan wanita seperti ini. Tapi, bagi keluarga anda justru sebaliknya. Mereka tidak akan memaki anda yang notabene orang tua mereka. Tapi, perlahan dan pasti mereka akan menjauhi anda secara permanen.

Alasannya cukup banyak. Dari alasan paling frontal yaitu perselisihan dengan anda. Hingga alasan paling sederhana, dari soal pekerjaan yang berjarak jauh dari rumah sampai hanya ingin menempati rumah baru.

Tragis bukan, jika anda mengalami hal tersebut di usia senja?

Mungkin saat ini bagi anda yang berusia muda tidak akan terbayangkan bagaimana hari tua anda. Pernah mendengar istilah "masa mudamu cerminan hari tuamu"?

Begitulah anda nantinya. Jika kebiasaan-kebiasaan buruk terus anda kembangkan di usia muda, begitulah hari tua anda--menyendiri dan kesepian.

Oleh karena itu, biasakan untuk tidak menjadi wanita yang suka 'mengatur'.

Aturan-aturan yang anda ciptakan sebenarnya berasal dari jiwa anda. Jika jiwa anda terbiasa berpikir hal-hal yang rumit, maka begitulah jadinya diri anda--jadi wanita 'pengatur'.

Namun, jika anda membiasakan menyederhanakan masalah, maka segalanya akan mudah. Anda akan menjadi pribadi yang pandai bersyukur, penyakit pun akan terminimalisir dengan sendirinya.

Karena kesederhanaan pemikiran anda inilah, anda dengan mudahnya menikmati segala nikmat yang ada. Tanamkan dalam benak anda bahwa dunia itu bagai bayangan, dikejar ia menjauh, ditinggalkan ia mengikuti setiap langkah anda.

Pada umumnya, kecerewetan wanita tercipta dari kebiasaannya memikirkan duniawi. Wanita selalu merasa kurang dengan nikmat yang diterimanya.

Jadi, nikmatilah apa yang ada dalam genggaman. Jangan memikirkan nikmat yang ada di tangan orang lain.

Tahukah anda bahwa segala aktivitas tubuh kita dikendalikan oleh otak?

Jadi, jika otak anda berisi hal-hal yang rumit. Bagaimana sistem kerja tubuh anda?

Ibaratkan sebuah kendaraan bermotor yang berbahan bakar bensin. Motor ini tentu akan dengan mudah beroperasi jika bahan bakarnya penuh dan bersih (murni), dalam kata lain tidak ada bahan lain yang tercampur ke dalamnya. Sebaliknya, jika bahan bakarnya terkontaminasi oleh air, maka tentu pengoperasiannya akan terkendala.

Begitu juga dengan otak anda. Jika terkontaminasi hal-hal rumit maka akan menghambat sistem kerja tubuh lainnya. Salah satu indikasinya adalah sakit kepala.

Tentu anda tidak mau mengalami berbagai macam penyakit, bukan?

Jadi, ringankankah sistem kerja otak anda.

Kebiasaan memaksa otak berpikir keras inilah yang mengakibatkan kecerewetan bagi wanita. Menjadikannya sebagai monster pengatur segala hal. Kemudian dianggap sebagai virus yang harus dihindari.[]








Linda Alenta, 10 Desember 2017

Untuk WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang