Benarkah Semua Wanita Sama?

1.1K 31 31
                                    

Seringkali kita dengar statement dari mulut lelaki yang tersakiti oleh wanita seperti ini, "Semua wanita sama saja."

Tak jarang pula kita mendengar kalimat dari wanita patah hati seperti ini, "Semua lelaki sama saja."

Mereka yang mengucapkan kalimat itulah yang sama saja. Sama-sama dikuasai emosi hingga menyimpulkan kesulitan dengan pikiran yang terlalu sempit.

Apa yang anda rasakan sebagai wanita jika mendapati dua kalimat itu?

Tentu ingin protes, bukan?

Karena meski memang sama--sama jenis kelaminnya. Wanita yang satu dengan lainnya itu jelas berbeda. Di sini saya mengesampingkan perbedaan fisik.

Hal-hal yang membedakan wanita ada tiga, ettitude (etika), attention (perhatian), dan action (tindakan). Sama dengan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja, justru itulah pembeda wanita yang satu dengan lainnya.

Etika, seperti kita ketahui, etika selalu menjadi pokok utama bahan penilaian orang terhadap orang lain. Pada umumnya etika wanita itu lembut, meski tidak jarang kita temui wanita kasar, dan wanita semi kasar (terkadang lembut dan kasar) tergantung situasi.

Penyebab perbedaan etika ini tentu saja keluarga, lingkungan, dan pendidikan. Sama halnya dengan dampak dari etika wanita akan berimbas pada keluarga, lingkungan, dan pendidikannya.

Mengapa etika sangat diperlukan oleh seorang wanita?

Karya Tuhan memang luar biasa, bukan hanya rupa yang beraneka. Tapi, etika pun sama. Ada wanita yang tidak tahu malu, pemalu, dan kadang-kadang malu. Jadi, bersyukurlah anda jika masih memiliki rasa 'malu'.

Malu adalah kunci utama menjaga etika. Saat wanita kehilangan rasa malu, tentu saja ia akan bersikap semaunya seakan dunia miliknya pribadi.

Namun, sebaliknya jika wanita memiliki rasa malu yang tinggi maka ia akan selalu menjaga etikanya. Ia akan memikirkan setiap sikap yang akan diambilnya.

Sebenarnya, terkadang wanita perlu untuk tidak lagi merasa malu. Misalkan terhadap orang-orang yang dekat atau dapat dipercaya olehnya. Karena rasa malu yang berlebihan berimbas pada rasa pesimis yang berakibat fatal pada krisis percaya diri.

Jadi, untuk menjaga etika kembangkan rasa malu. Tapi, kontrol rasa malunya kapan? Di mana? Dan pada siapa? Rasa malu itu ditunjukkan.

Berikutnya adalah perhatian, perhatian bukan berarti banyak tanya.

Mengapa digaris bawahi? Karena hal itu memang sering disalah artikan.

Banyak wanita salah dalam mengartikan 'perhatian' baik untuk pasangan, teman, keluarga, tetangga, dll. Mereka memberi perhatian cenderung lebih ke 'banyak tanya'. Memang wanita tidak mampu memberi perhatian tanpa menanyakan. Tapi, ada cara yang lebih cerdas untuk menunjukkan perhatian.

Per-hati-an = kata yang mendapat awalan "per" dengan kata dasar "hati" dan akhiran "an". Jadi, dasarnya adalah hati.

Oleh karena itu, 'perhatian' itu sumbernya dari hati. Bukan bibir yang selalu bertanya.

Tidak jarang kita temui teman, keluarga, sekedar kenalan, tetangga, pasangan, bahkan anda sendiri suka menanyakan hal-hal yang itu-itu saja, hal yang terlalu mendetail, dan hal yang terlalu pribadi.

Apakah ada yang salah dengan pertanyaan semacam itu?

Tidak! Tidak sama sekali. Selama pertanyaan itu berasal dari hati dan bukan berasal dari bibir belaka dan parahnya sekedar bahan untuk digunjingkan.

'Perhatian' di sini adalah sebentuk pengertian terhadap segala hal di sekitar anda. Lalu bagaimana caranya memberi perhatian tanpa menanyakan?

Gampang, buka mata anda untuk melihat hal-hal kecil pada orang-orang di sekitar anda. Misalkan raut wajah, cara berpakaian, cara berjalan, cara bertutur, dll. Dengan catatan pandangan anda jangan sampai membuat orang-orang di sekitar anda jengah. Gunakan penglihatan anda untuk menilai suasana hati orang-orang tersebut. Jika anda maksimal menggunakan mata anda, maka anda tidak akan salah dalam penempatan diri terhadap siapa pun.

Lalu, buka telinga untuk mendengarkan keluh-kesah mereka. Jadilah pendengar yang baik, hanya dengan mendengarkan tanpa menyela mereka akan dengan sendirinya membuka diri mereka pada anda tanpa anda perlu menanyakannya. Ingat, semua manusia punya keluhannya masing-masing.

Kemudian, gunakan indera peraba anda untuk menyentuh orang-orang yang berkeluh-kesah. Jangan sungkan untuk meminjamkan bahu anda untuk mereka bersandar melepas kesedihan.

Terus, ucapkan kalimat-kalimat memotivasi agar mereka yang tengah bersemangat tambah semangat dan mereka yang tengah bersedih segera bangkit. Gunakan hati anda, posisikan diri anda di diri mereka. Maka ucapan anda tidak akan bertentangan dengan mereka.

Jadi, cukup anda maksimalkan empat indera anda untuk memberi perhatian pada orang-orang di sekitar anda--mata, telinga, kulit, dan lidah.
Jadi, masih perlukah anda bertanya untuk menunjukkan perhatian?

Terakhir adalah tindakan. Tindakan lebih kepada sikap anda untuk menghadapi segala situasi dan kondisi. Etika dan perhatian dapat dinilai dari bagaimana tindakan anda.

Setiap wanita pasti berbeda dalam menyikapi permasalahan. Meskipun permasalahannya sama.

Sebagai contoh, ada dua wanita X dan Y sama-sama berusia dua puluh tahun dan anak sulung. Mereka berstatus sebagai anak yatim. Jadi, nasib yang mereka alami sama.

Lalu, saat mereka kehilangan ayah mereka wanita X menangis, pingsan, dan frustasi. Butuh waktu satu bulan untuk wanita X kembali bangkit dan menjalankan perannya sebagai tulang punggung keluarga.

Sementara wanita Y, ia hanya diam dan berpikir keras saat hari pertama ia kehilangan ayah. Cukup satu jam setelah pemakaman sang ayah untuk wanita X bangkit dan bersikap biasa saja lalu menjalankan perannya sebagai pengganti ayah.

Usut punya usut perbedaan mereka adalah etika dan perhatian. Wanita X pada awalnya hanya terfokus pada dirinya sendiri, berimbas pada kesedihannya yang berlangsung lama. Sementara wanita Y, memerhatikan etikanya terhadap si ayah yang pergi dan lingkungannya. Ia tidak mau membuat yang meninggalkan merasakan kesedihannya dan ia tidak ingin lingkungannya ikut berduka bersamanya. Akibatnya, wanita Y bersikap biasa saja seolah tak ada yang terjadi.

Jika mereka dikumpulkan dalam situasi yang sama, waktu yang sama, dan kondisi yang sama. Jelaslah perbedaan perbuatannya.

Masihkah anda berpikir 'semua wanita sama'?[]










Linda, 28 Oktober 2017

Untuk WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang