ISTRI?

6.5K 615 4
                                    

Malam semakin larut, namun tak pernah menyurutkan aktivitas orang berlalu lalang di bandara ini. Malam terasa seperti siang, yang membedakan hanya kegelapan langit ditemani bulan sabit dan gemerlap bintang yang tersebar di angkasa raya. Berada di samping pemuda ini membuatku nyaman, walau tak banyak pembicaraan di antara kita.

Aku memang tak banyak tahu tentangnya, yang aku tahu dia hanya pilot yang masih Junior dengan pangkat Second First Officer, atau masih tahap training yang masih sangatlah jauh perjalanannya hingga menjadi seorang Captain. Tapi dia beda, yang membedakan bagaimana mungkin kakaknya sendiri tidak mengetahui tentang adiknya. Bukankah seorang kakak beradik adalah anggota keluarga yang sangat dekat, seperti aku dengan kak Reno mungkin?

Kakak beradik itu memiliki keterbukaan, tapi aku tak mengerti tentang silsilah keluarga Ali. Penuh misteri, dan sulit terungkap.

"Sepuluh"

Aku mengernyit kan dahi, sedari tadi Ali seperti menghitung sesuatu yang aku tak tahu itu. Dia tidak mungkin kan kurang kerjaan menghitung langkah kakinya sendiri. Oh iya, kami sedang menuju arena bermain anak-anak. Entah kenapa dia membawaku kesini, sementara aku dan dia tak membawa anak - anak.

"Kamu menghitung apa? " ku tanya.

" pesawat take off" jawabnya.

"Papa....." tiba-tiba ada anak kecil yang menghambur ke pelukan Ali, memanggilnya seorang Papa. Pa-pa?  Tak mungkin kan Ali sudah menikah? Bukankah dia seorang single, kok nyelekit ya di hati.

"Alfian kangen sama papa yaaaa?" Ali mengecup pipi anak laki-laki berumur 2 tahun itu, itu perkiraan ku. Kalau mlenceng ya minta maaf, namanya juga manusia. Tempatnya salah.

"Salim dulu sama aunty" Ali menatap diriku, kemudian dengan menurut anak ini mengambil tanganku lalu mencium nya, anak pintar aku membatin.

"nig onti antik"

"Hah... " Aku kebingungan.

" Night aunty cantik " Ali meralat sambil membawa Alfian ke gendongannya.

"Ooo... Aku kira aku antik he he"  Ali manggut - manggut mengerti.

"Mama mana?"

"Ain"

"Mama lagi main,"

Ma-ma? Fix, pothek nih hati dedek. Aku diam, pikiranku melayang dan bertanya-tanya siapa anak ini. Mungkin saja Ali sudah menikah, lalu mempunyai anak? Atau Ali seorang duda? Aku gak tahu, sebelum aku bertanya.

"Alfian ih... Mama di tinggal, gak sabar banget mau ketemu papa"

Tak lama muncul seorang wanita, ia membawa tas hermes mewah dan koper  di tangannya. Aku membuang arah, wanita itu mengecup pipi Ali sebelum mengambil anak itu dari pelukan Ali.

"Kamu mendadak sekali meneleponku,"

"Tadi aku tanya mama, dan dia bilang kamu sedang Flight ke Singapura. Jadi aku memilih transit disini untuk bertemu kamu "

Wanita itu menjelaskan, dan sudah aku duga mereka memiliki kedekatan khusus. Kenapa saat masa PDKT seperti ini malah aku harus tahu rahasia besar Ali. Dia pasti istrinya, itu pasti.

" Aku mau ke hotel " Aku melangkah pergi, aku merasa terabaikan disini. Namun baru setengah langkah, aku merasa tanganku di pegang. Aku tersenyum simpul, karena aku yakin ini Ali yang mencegahku pergi.

" Mau kemana? Kita baru saja bertemu "

Bukan Ali. Tapi wanita ini yang mencegahku pergi, Aku tersenyum kikuk " Ini kan sudah malam, jadi aku harus balik ke hotel" ucapku.

Potret Menembus Awan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang